Mohon tunggu...
Aswin
Aswin Mohon Tunggu... Lainnya - Setiap waktu adalah kata

Berusaha menjadi penulis yang baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apresiasi Peduli Seniman Dikooptasi Kekuasaan

23 Februari 2023   06:55 Diperbarui: 23 Februari 2023   07:17 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: asof12. Taufik Ismail Feat Fahkry Viola dalam acara Malam Peduli Seniman, 21-02-2023

Semakin menjelaskan, dan juga menguatkan teori fisika dalam dunia sosial-politik. Sebagaimana diketahui, para ilmuwan menjelaskan, "Bahwa ruang semesta bukanlah ruang hampa". 

Dalam setiap ruang fisika, tidak hanya terdapat kuantitas atom, melainkan juga terdapat kualitas zarah. Demikian pula halnya, dengan setiap ruang sosial, senantiasa bersentuhan dengan kuantitas dan kualitas peristiwa didalamnya, baik itu peristiwa politik, ekonomi, hukum, seni, budaya, dan seterusnya. Dan sebagai konsekwensinya, kita manusia yang hidup dalam ruang kesemestaan, akan ikut terpengaruh ataukah dipengaruhi oleh peristiwa peristiwa yang lahir didalamnya.

RUANG APRESIASI INEK

Fenomena fenomena yang mendorong lahirnya apresiasi karya seni-budaya haru terus menerus dilakukan secara konsisten diruang publik. Apalagi dalam konteks merubah ruang publik menjadi ruang budaya. Fenomena fenomena itu, sangat penting untuk didorong, sehingga Indonesia memiliki kekuatan budaya ditengah derasnya budaya luar yang perlahan dan pasti telah menggerus kebudayaan kita di Indonesia, baik secara internal maupun eksternal. 

Secara internal, bagimana suatu karya mampu memantik dan menuntut publik supaya dapat memperhatikan dan menikmatinya. Dan secara eksternal, publik pun membutuhkan suatu karya demi memenuhi dan melengkapi hidupnya sebagai manusia, sehingga kelak dapat melahirkan suatu perjumpaan produktif atau sintetis antara pengapresiasi karya seni-budaya dengan seniman-budayawan didalamnya. Berkomunikasi, saling memberi makna, menghargai tanpa sakwasangka, dan mengembangkan diri.

Serupa halnya dengan perjumpaan. Demikian pula halnya dengan proses dialektika. Tesa akan selalu bersentuhan dengan antitesanya, guna melahirkan suatu sintesa. Dan sintesa itu pun akan kembali mengurai menjadi suatu tesis dan antitesis, guna melahirkan suatu sintesis baru, hingga segalanya menjadi sempurna. Tak lagi mengalami perubahan. Perjumpaan dan dialektika adalah identik. 

Dan proses dialektika atau perjumpaan itu akan segera terganggu dan macet, jika terjadi persoalan didalamnya. Misalnya ruang apresiasi (perjumpaan) dikuasai oleh sakwasangka, atau menghadirkan komunikasi secara sepihak atas pihak lain-pengapresiasi karya seni-budaya dengan seniman-budayawan, atau sebaliknya. Dan jika hal itu dibiarkan berlanjut, maka dapat dipastikan ruang apresiasi sebagai sistem-penguatan kebudayaan akan semakin lemah dan akan mudah dikuasai oleh kepentingan tertentu. 

Fenomena fenomena mengenai lemahnya kekuatan materi dan fisik para seniman (menderita sakit), sehingga mampu mempengaruhi produktifitas karyanya adalah suatu persoalan sangat serius. Dan betapa pentingnya bagi kita bangsa Indonesia untuk membangun kesadaran atas persoalan tersebut, dan mencarikan jalan keluarnya segera. Jika tidak segera dilakukan, maka hal itu akan berdampak serius pada sistem kebudayaan kita bangsa Indonesia. Penguatan kebudayaan, perlahan dan pasti akan melemah dan meredup mercusuarnya. 

Terkait dengan persoalan tersebut, seorang sutradara Putu Widjaya, telah membaca dan mengamati fenomena fenomena itu, dan berusaha mengejawantahkan gagasannya tentang suatu apresiasi terhadap para seniman yang telah memasuki usia lanjut dan menderita sakit serius, tanpa ditopang dengan kemampuan finansial yang cukup. 

Dan seiring berjalannya waktu, usaha Putu Wijaya itu, pun disambut positif oleh sejumlah lembaga dalam acara Malam Peduli Seniman, yang digelar di Gedung Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat. Sejumlah seniman dan pesohor, pejabat lembaga, dan wartawan pun tampak hadir memenuhi ruangan untuk mengapresiasi kegiatan tersebut. Tampak hadir dan memberikan apresiasi tersebut ialah Dewi Motik Pramono, Taufik Ismail, Dedy Mizwar, Linda Jalil, Niniek L Karim, Fahkri Violin, dan lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun