Mohon tunggu...
Aswin
Aswin Mohon Tunggu... Lainnya - Setiap waktu adalah kata

Berusaha menjadi penulis yang baik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Qurban, Dekatkan Hati dengan Berbagi

10 Juli 2022   15:22 Diperbarui: 10 Juli 2022   15:24 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemotongan hewan qurban, masjid sukamulia. Foto: aswin/ilustrasi

Sadar atau tidak,  hati merupakan pusat bagi kehidupan ummat manusia diseluruh dunia, tak terkecuali ummat manusia yang beriman kepada Tuhannya. 

Persoalan hati merupakan daya tarik tersendiri bagi kaum furifikasi atau kaum sufi, untuk mendapatkan pencerahan dalam kehidupannya. Karena persoalan hati itu terkait erat dengan aqidah dan akhlak makhluk ciptaan-Nya, terutama makhluk yang bernama manusia. 

"Tidaklah Kami ciptakan jin dan manusia, melainkan untuk beribadah kepada-Ku, "demikian Tutur-Nya dalan Surat Cinta-Nya. (Quran). 

KETENTUAN HATI ILAHI 

Sebagimana diketahui, didalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Jika segumpal daging rusak, maka rusaklah struktur tubuh didalamnya. Dan sebaliknya, bilamana segumpal daging itu baik, maka akan baik pula struktur tubuh manusia didalamnya. Sebagaimana diungkapkan oleh Kanjeng Rasul saw:

.

"Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)".

Mengenai hati adalah sangat menarik jika kita menilik hasil kajian seorang imam besar dan juga sufi terkenal Islam, Imam al Ghazali. Sejarah mencatat, bahwa Ghazali, mengalami kegelishan hati (bathin). Pekerjaannya sebagai pengajar disalah satu madrasah ternama, tidak mampu memberikan kepuasan hati dan bathin dalam diri seorang Ghazali. 

Menurutnya, apa yang ia ajarkan kepada murid muridnya selama in, telah dibangun atas landasan yang lemah dan tidak memberikan suatu kepastian yang kuat dan mengikat didalamnya. Ia pun pergi meninggalkan jabatannya sebagai guru besar di madrasah tersebut. Ia hidup menyendiri dan mengalami sakit sakitan. 

Dokter pun tak sanggup mengobati penyakitnya. Dan hanya menyerahkan pengobatan dan penyembuhannya kepada Imam besar itu sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun