Mohon tunggu...
Aswan Saleh
Aswan Saleh Mohon Tunggu... Sales Manager -

These Too Will Pass

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Revolusi Mental Sang Petani

27 Desember 2015   08:33 Diperbarui: 27 Desember 2015   12:03 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Alkisah disebuah desa yang penuh dengan suara merdu burung2 dipepohonan dan hamparan hijau sawah-sawah..ada 5 orang petani : SI MALAS, SI GALAU, SI PIKIR, SI BIASA dan SI TEKUN.

Suatu saat, musim kemarau tiba dan banyak sawah yang dilanda kekeringan lalu GAGAL PANEN, Walaupun TIDAK SEMUA *garis bawah.

Setelah diteliti, ternyata semua tergantung dari usaha si Petani (Wong jenis tanahnya sama, sumber airnya sama, pupuknya sama, sampai bibitnya pun sama)

--- SI MALAS gagal panen! Dia menyalahkan cuaca dan tidak memikirkan apalagi melakukan sesuatu untuk mensiasati agar sawahnya bisa panen. Dia bukannya tidak melakukan apa2, tetapi yang dia lakukan hanya menanam dan berharap masih ada air yg mengalir di irigasinya yang jelas2 kering karena kemarau. Yang dia tunggu adalah : MUSIM HUJAN!

--- SI GALAU gagal panen! lalu pindah haluan. Yang dilakukan hampir sama dengan SI MALAS, tetapi dia mencoba berfikir bagaimana caranya untuk mendapat penghasilan dari cara lain : menjadi petani Buah Naga, buah yang kebetulan saat itu harganya mahal, yang membuat hampir semua warga desa yang memiliki kebun menanam buah itu, yang membuat supply menjadi banyak sehingga harganya pun jatuh (daripada busuk, gak jadi duit) dan tidak menarik lagi karena tidak cukup menghidupkan mereka. Sedihnya, sawah SI GALAU telah dijual untuk membeli kebun. Mungkin pada saat musim hujan dia dapat kembali membeli sawah dari hasil menjual kebunnya, TETAPI tentu bukan sawah yang dulu lagi! Kita Do'akan supaya petani ini mendapat sawah yg lebih subur : Amin.

--- SI PIKIR gagal panen! Padahal dia petani paling pintar, lalu mengapa Gagal Panen? Karena TIDAK ADA KEMAUAN (atau Mungkin kerelaan) untuk menyisihkan seluruh pikiran dan tenaganya pada saat 'jam sawah' untuk mengerjakan pemikiran cemerlang nya tersebut dan cenderung memperumit pemikirannya sendiri. Serta lebih banyak menyibukkan diri dengan menonton acara "The Golden Ways" melalui TV tuanya, sambil membiarkan sawahnya me-nyoklat!

--- SI BIASA 20% Panen! Wow hebat..dia TERKADANG mengikuti salah satu metode SI TEKUN menyirami sawahnya dari sumber air yang ada Walaupun agak jauh.

--- SI TEKUN SAWAHNYA HIJAU! Ah pasti dia lebih pintar dari SI PIKIR? Ternyata TIDAK! Ternyata SI TEKUN ini hanya memiliki logika sederhana : Musim kemarau HANYA membuat aliran irigasi kering, berarti dia harus mencari cara bagaimana sawahnya Terus basah seperti pada saat tidak musim kemarau! Dia dapat memaksimalkan Anugerah dari Tuhan yang sebenarnya diberikan kepada Semua manusia : Pikiran dan Tenaga. Dia mampu menetapkan tujuan dengan pikirannya dan berusaha dengan sekuat tenaga untuk mencapainya. Sehingga dia bisa TETAP PANEN dengan harga jual otomatis lebih Mahal, lalu memperluas sawahnya untuk mempersiapkan panen yang lebih besar KETIKA MUSIM HUJAN TIBA! Lalu apa yang sebenarnya dia lakukan? Jawabannya ada di dalam pikiran kita, Jika...kita telah berhasil menetapkan tujuan, menyusun langkah kecil perbaikan, serta TIDAK ADA KERAGUAN untuk menjalankannya karena yakin bahwa TIDAK ADA yang bisa dituai dari apa yang Tidak kita tanam!

Note : Kelima Petani tersebut semuanya rajin Berdo'a tetapi Ternyata Tuhan pun Maha Adil dan setuju bahwa akan ada Pemberian lebih kepada yang BEKERJA (tenaga dan pikiran) LEBIH. 

Ganjaran layak untuk sebuah eksistensi dan persistensi. Setiap sektor usaha pasti mengalami siklus up & down. Up adalah waktu terbaik utk panen, sedangkan Down adalah waktu terbaik utk belajar, berkaca diri dan improvisasi secara organik karena terpacu oleh pikiran 'bagaimana caranya agar tetap menghasilkan di siklus down seperti ini'.

Jawaban yang paling tepat utk sebuah pertanyaan : 'apa yang harus dilakukan agar terus survive?' 

adalah dengan pertanyaan : 'anda seorang survivor atau bukan?'

 

Salam Kompasiana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun