Serbelawan ni Huta memang memiliki daya tarik historis dengan peninggalan bangunan tua khas Belanda. Daerah ini dulunya merupakan bagian penting dari jaringan perkebunan dan aktivitas kolonial di Sumatra Timur.
Serbelawan, yang kini menjadi kelurahan di Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalungun, dulunya adalah salah satu sentra penting bagi perkebunan skala besar yang dikelola oleh pemerintah kolonial Belanda atau perusahaan swasta Belanda.
Wilayah Simalungun secara umum, termasuk Serbelawan, dikenal sebagai daerah penghasil komoditas perkebunan seperti karet, kelapa sawit, dan teh.
Perusahaan-perusahaan Belanda membuka perkebunan luas dan membangun fasilitas pendukungnya, termasuk kantor administrasi, rumah dinas staf, gudang, dan perumahan buruh. Untuk mendukung aktivitas perkebunan dan transportasi hasil bumi, Belanda membangun berbagai infrastruktur.
Jaringan jalan dan jembatan dibangun untuk menghubungkan perkebunan dengan pusat-pusat kota atau pelabuhan. Beberapa jembatan peninggalan Belanda masih bisa ditemukan di Simalungun, meskipun kondisinya mungkin sudah tua.
Di beberapa area perkebunan, terdapat jalur kereta api kecil atau "muntik" yang berfungsi untuk mengangkut hasil pertanian seperti karet dan sawit .
Ini menunjukkan betapa terorganisirnya sistem logistik pada masa itu. Adanya "Pemandian Sweembath" di Desa Naga Soppa, dekat Serbelawan, yang dulunya merupakan tempat pemandian orang-orang Belanda. Adanya fasilitas rekreasi bagi para pejabat dan pekerja perkebunan Belanda.
Dengan adanya aktivitas perkebunan, Serbelawan berkembang menjadi semacam pusat perdagangan dan administrasi lokal. Hal ini memicu pembangunan ruko dan gedung-gedung dengan arsitektur khas Belanda yang fungsional dan kokoh.
Jalan utama seperti Jalan Merdeka di Serbelawan masih mempertahankan jejak arsitektur ini. Secara keseluruhan, sejarah Serbelawan tidak bisa dilepaskan dari narasi besar perkebunan kolonial di Sumatra Timur, yang mana Belanda membangun sistem yang terintegrasi untuk mengeksploitasi sumber daya alam dan menciptakan pusat-pusat ekonomi baru.
Kondisi Bangunan Tua Khas Belanda di Serbelawan saat Ini bervariasi. Banyak bangunan pertokoan (ruko) di sepanjang jalan utama Serbelawan, khususnya di Jalan Merdeka, masih mempertahankan arsitektur khas Belanda.
Bangunan-bangunan ini umumnya masih kokoh meskipun sudah termakan usia, dan tetap difungsikan sebagai toko atau tempat usaha oleh masyarakat setempat.
Kekuatan bangunan Belanda memang dikenal awet karena kualitas material dan teknik konstruksi yang teliti. Beberapa bangunan mungkin masih terawat dengan baik oleh pemiliknya yang menyadari nilai historisnya.
Namun, ada pula yang kondisinya kurang terawat, terlihat kusam, atau mengalami beberapa modifikasi yang mengurangi keasliannya. Tanpa upaya pelestarian yang serius, bangunan-bangunan ini berisiko kehilangan karakteristik aslinya.
Bangunan-bangunan tua ini memiliki potensi besar sebagai daya tarik wisata sejarah. Jika dikelola dan dipromosikan dengan baik, area ini bisa menjadi "kota tua" mini yang menarik bagi pengunjung yang ingin merasakan nuansa masa lalu.
Revitalisasi Terminal Serbelawan menjadi pusat kuliner, seperti yang kita diskusikan sebelumnya, bisa melengkapi pengalaman wisata di area ini.
Mempertahankan dan merevitalisasi bangunan-bangunan bersejarah ini adalah penting untuk melestarikan memori kolektif dan kekayaan budaya Serbelawan.
Apabila itu terjadi, Serbelawan ni Huta akan terlihat cantik , bersih dan berwibawa ala ala kota zaman Kompeni. Serasa suasananya kembali ke tahun 50 an.
Pohon beringin daunnya lebat,
Tempat berteduh si anak rusa.
Kota Serbelawan itu warisan berkat,
Jaga lestari sepanjang masa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI