Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman dalam kehidupan sosialnya baik dari segi budaya maupun adat istiadatnya. Adat istiadat atau tradisi ini berkembang di masyarakat secara turun temurun. Salah satu yang paling kental tradisinya yaitu masyarakat suku Jawa.
Tradisi dapat berupa ritual atau nilai-nilai tertentu. Tradisi dan nilai-nilai ini merupakan salah satu kearifan lokal yang berkembang di tengah kebudayaan masyarakat suku Jawa. Kearifan lokal sendiri diartikan sebagai makna hidup yang telah diwariskan oleh para pendahulu (Kusuma, dkk, 2020, hlm. 120).Â
Kearifan lokal ini merupakan hasil dari olah pikir manusia yang telah beradaptasi dengan lingkungan dalam bentuk karya atau nilai. Kearifan lokal bersifat dinamis mengikuti pola pikir manusia yang semakin berkembang (Eltivia,dkk, 2019, hlm.139).
Dalam upaya melestarikan kearifan lokal ini tentu perlu dilakukan rasionalisasi dan pemahaman secara fundamental, agar generasi sekarang tidak kehilangan makna dari nilai-nilai yang berkembang.
Salah satu nilai yang berkembang dalam kebudayaan Jawa yaitu sedulur papat limo pancer. Nilai ini mengajarkan rasa kesadaran pada manusia yang terdiri dari jasad bersama empat unsur alam pembentuknya yaitu tanah, api, air, dan udara dengan arah tersendiri. Sedangkan, elemen kelima yang merupakan center berada di pusat.Â
Mitologi Jawa menghubungkan hal ini dengan proses lahirnya bayi yang didambakan sang ibu. Kelima pancer ini kemudian membentuk satu kesatuan utuh yaitu manusia. Penghormatan terhadap manusia ini juga tidak hanya pada proses lahirnya sang bayi, namun juga sejak dalam kandungan (Suwandi & Setyobudi, 2020, hlm. 269).
Istilah sedulur dikonstruksi dalam lima unsur dasar yaitu Watman, Wahman, Rahman, Ariman. Watman merupakan rasa hormat, Wahman sebagai bentuk perlindungan dan penjagaan, Rahman merupakan rasa semangat menjalani hidup, dan Ariman yaitu sikap tolong menolong untuk menjaga kehidupan. Nilai-nilai ini jika dihubungkan dengan konteks nyata yaitu cipta, rasa, dan karya.Â
Rasa sebagai bentuk dari hati yang tulus, karsa sebagai tekad seseorang untuk meraih keinginan, dan karya sebagai kemampuan dalam melakukan suatu hal (Kusuma, dkk, 2020, hlm. 141).Â
Adapun istilah pancer diartikan sebagai kesadaran (Eltivia,dkk, 2019, hlm. 141). Pancer juga berfungsi sebagai pusat yang pengendali (Meylinda, 2018, hlm. 560) keempat elemen penting yang mengkontruksi sedulur papat limo pancer yaitu ammarah, supiah, aluammah, dan mutmainnah (Kusuma, dkk, 2020, hlm. 141).
Masyarakat Jawa mengenal sedulur papat limo pancer juga sebagai term yang terdiri dari empat unsur alam berupa tanah, api, air, dan udara, dan sebagai pusatnya adalah jiwa/jiwa yang menyatu dalam unsur-unsur dengan hakikat Tuhan (Imani & Ropi'ah, 2021, hlm. 28).Â