Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengapa Gaya Hidup Agamis Tidak Cukup Efektif?

10 Agustus 2014   13:15 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:55 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Berangkat dari belajar baik melalui pengamatan peristiwa dewasa ini maupun paparan actual khusus dari Kompasiana saja, muncul dibenak ini pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan pokok hanya melengkapi judul diatas : Mengapa Gaya Hidup Agamis tidak cukup efektif membimbing orang Indonesia mencegah dan memagari dari kejahatan, korupsi dan kekerasan… dan tidak mendorong kepada permaafan kelembutan hati dan kesopanan ? Agama dan Hukum justru seperti pedang bermata dua.

Situasi kini tidak perlu direkam ulang disini. Pemuka masyarakat politik agama dan kebangsaan sedang memerankan adegan perang dalil hokum dan tuntutan politik. Ada banyak hati terbakar. Debar jantung kemarahan dan ada tanggapan keheranan dan menyayangkannya.

Permaafan/pembenaran diri ada. Demi keadilan, hak konstitusional, demi pembelajaran bangsa membangun demokrasi dan seterusnya.Juga demimelatih kesabaran, agar mendapat belas kasih Tuhan yang menyayangi umatnya yang sabar.

Penulis disini mencoba membuat Pendekatan fenomenologis yang sederhana saja. Sembari membuka Google saya dipenuhi tulisan-tulisandi Kompasiana yang sangat marak membahas apa yang sedang terjadi dinegara tercinta ini.

Sebelum bicara tentang Gaya Hidup Agamis, sebenarnya saya berawal dengan saran kesehatan dari teman : Menjaga kesehatan dan kebugaran coba upayakan Pola Makan, Pola Gerak dan Pola Pikir yang harmonis. Jaga keseimbangan pola makan yang cukup bergizi, volume dan frekwensi cukup tidak kurang tidak berlebihan. Pola gerak dijaga seimbang, olah raga, bekerja, dan istirahat yang cukup. Ada relaksasi atau bila perlu rekreasi. Pola pikir antara ketenangan, ketegangan, dan keceriaan.

Apabila pola-pola tersebut berkesinambungan tertata tentulah diperoleh Gaya Hidup tertentu. Gaya hidup menurut Google adalah bagian dari kebutuhan sekunder manusia yang bisa diubah tergantung dari zaman atau situasi seseorang. Masih menurut Google Pengertian sempit itu sekarang dipahami lebih luas lagi. Maka Gaya hidup meliputi : Segala sesuatu kebiasaan yang dipolakan seperti : bahasa, pakaian, makanan, kebiasaan dsb. Maka : Gaya hidup dapat menjadi “Nilai”. “Gaya hidup bisa dinilai relatif tergantung penilaian dari orang lain. Gaya hidup juga bisa dijadikan contoh dan juga bisa dijadikan hal tabu. Contoh gaya hidup baik: makan dan istirahat secara teratur, makan makanan 4 sehat 5 sempurna dan lain-lain. Contoh gaya hidup tidak baik: berbicara tidak sepatutnya, alay, makan sembarangan dan lain-lain. Gaya hidup dapat mempengaruhi kesehatan juga seperti kanker, diabetes dan lain lain.” (Google) Gaya hidup yang baik bisa menjadi nilai dan ukuran atau pedoman hidup.

Paham Gaya Hidup sebagai nilai atau pedoman hidup sebenarnya telah berkembang di dunia Filsafat Yunani sejak tahun 200 Sebelum Masehi. Sebab pada saat itu “Ilmu” awal yaitu Filsafat dipelajari demikian rupa pada sekolah-sekolah atau perguruan dengan siswa yang sudah membutuhkan aturan tata tertib. Siswa dalam bahasa kuno itu discipulus/discipolos yang harus tertib (dan sekarang ada pengertian disiplin = taat aturan tata tertib), dan juga ada “otium”saat-saat istirahat dan rilek. Ada istilah istirahat untuk mengerjakan yang lain selain belajar ada istirahat untuk santai dan mengerjakan yang tidak bermanfaat. Dan berkembang gaya hidup santai. Maka untuk melawan gaya hidup santai filsafat pun berkembang kearah “pedoman hidup”.(ajaran moral, filsafat ethika.) (“A lifestyle typically reflects an individual's attitudes, values or world view. Therefore, a lifestyle is a means of forging a sense of self and to create cultural symbols that resonate with personal identity”)

Gaya hidup yang juga dalam bahasa Inggris disebut “Lifestyle” Kompasiana memberi kolom/kanal : Hobby, Urban, Catatan Harian. Hobby terkait dengan Otium tersebut diatas, sebagai pengisi waktu yang bermanfaat. Urban dan Catatan Harian merupakan bidang luas dari pemenuhan kebutuhan sekunder yang mengkait kehidupan berbudaya dalam keseharian yang beraneka ragam. Sebenarnyalah sebuah gaya hidup yang dihidupi secara konsisten tentunya berdampak pula pada seluruh kehidupan pribadi seseorang. Buah dari gaya hidup semestinya adalah kemanfaatan dan keseimbangan yang memberi kenyamanan hidup bersama dalam masyarakat atau lingkungannya. Apa lagi kalau kita bicara sebuah Gaya Hidup Agamis.

Penganalisaan Gaya Hidup Agamis menurut pengamatan saya lebih-lebih mengkait factor Pola Pikir seseorang dan kebiasaan Berdoa. Dalam Doa nampak adanya sisi Ritual, sisi Niatan, dan sisi Waktu. Pola pikir tentu dipimpin oleh Iman, dan Ajaran/Tuntunan agama, sementara dampak dan buahnya dari doa yang frekwensinya teratur berbuah pada perbuatan yang juga menjadi konsekwensi imannya.

Dalam permenungan yang sedangkal ini mestinya sudah bisa bertanya Mengapa Gaya Hidup Agamis kita belum membuahkan atau belum efektif menjaga kejahatan besar seperti kekerasan, korupsi, penyalah gunaan kekuasaan, bahkan berani menggunakan agama sebagai kedoknya.

Meskipun dinasehatkan bahwa : Hidup itu bukan tentang mengejar kesempurnaan, namun tentang menjalaninya dengan segala ketidaksempurnaanmu. Kata Muhammad Agus Syafii, di Mukjizat Sholat Dan Doa sebuah akun di Fb. Akan tetapi ………… Salah satu jawaban tawaran saya adalah peningkatan mutu Doa. Doa jangan berhenti pada ritualitas dan formalitas tetapi Doa juga suatu “pengalaman” pertemuan dengan Tuhan yang Maha Baik………. Buahkan doa anda dengan perbuatan baik, konsekwensi iman yang dewasa.

Ada tulisan yang saya ingin rekomendasikan bagi pembaca penggemar baca, yaitu: Adi Murtiadi, S.I.Kom,M.I.Kom @AD1KM.FB: Raden Adi Karya Murtiadi menulis : Ada 3 nasihat al islam yang sudah hilang dari kehidupan muslimin saat ini. Tidak panjang maka silahkan membaca sendiri dihttp://filsafat.kompasiana.com/2014/08/10/3-nasihat-islam-sudah-hilang-672336.html

Wassalam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun