Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Bersyukur Bisa Membaca

6 April 2017   07:33 Diperbarui: 6 April 2017   07:43 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ingin berbagi Catatan singkat tentang membaca. Membaca bagi anda mungkin seperti bernafas saja tanpa berfikir anda sedang membaca. Kapan anda membaca, apa yang anda baca, mengapa anda membaca ?.  Kok repot repot amat. Tetapi cobalah baca tulisan ini.

  • Pak Kemat. Setelah sejak tahun 1953 saya tidak bertemu, bertemu pada tahun 1995, Pak Kemat masih manyisakan kenangan kuat bersama saya. Betapa tidak. Dengan rasa syukur teman saya ini membanggakan kenekatannya menyembunyikan umurnya. Diwaktu kami klas 4 SD. (saat itu namanya Sekolah Rakyat (SR) Sekolah menganjurkan setengah memaksa mengarahkan agar anak yang telah berumur 14 th keatas di kelas 4 itu berhenti sekolah dan merintis mulai bekerja. Sebab nanti setamat klas 6 mereka yang sudah berumur diatas 17 th tidak boleh ujian negera. Ketika itu diklas 4 Pak Kemat telah berumur diatas 15 th sebenarnya, sementara saya baru berumur 8 th. Memang saat itu banyak anak anak terlambat bersekolah. Dan atas anjuran sekolah kami saat klas 4 SR itu ada lebih 10 orang anak teman saya keluar sekolah. Dikatakan pada umur diatas 15 th anak dianggap cukup berbekal untuk merintis kerja dengan kemampuan “mambaca” – “menulis” – “berhitung”.Pak Kemat bersaksi mengaku kepada saya pada pertemuan di tahun 1995 itu bahwa dia tetap tidak mengaku umur sebenarnya untuk boleh melanjutkan sekolahnya. Dia sadar sejak saat muda itu mampu membaca-menulis-berhitung belum cukup untuk bekal kerja dan hidup di masa depan menurut pemahaman anak muda Kemat itu. Dan memang Kemat muda itu bisa melanjutkan sekolah dan menjadi guru SD dan saat bertemu saya bahkan menjadi sekretaris desa.Jadi ada dua pendapat saat th 1953 itu Baca-Tulis-Hitung cukup dan tidak cukup untuk bekal hidup. Kemat beda dari 10 temannya yang lain yang keluar sekolah untuk bekerja….
  • Pak Datu. Pada tahun 1999 dia sakit, kaki dan tangan tidak nyaman digerakkan dan lemas. Dokter setelah memberi injeksi dan mengamati sehari semalam, mengambil kesimpulan tegas katanya seraya bergurau : “Pak, badan bapak ini bukan aparatnya yang lemah tetapi komandannya. Bapak harus dirawat di RS.” Di RS pak Datu kena “tuduhan penyakit kanker otak dan besar atau kecil harus operasi.” Dengan dijelaskan manfaat dan resiko operasi kecil : otak diambil sedikit lapisannya untuk diketahui jenis penyakitnya ; atau langsung operasi besar : otak dibuka dan dibersihkan. OK akhirnya vonis dijatuhkan harus operasi besar. Dokter selalu membaca gejala dan memberi penilaian serta mengambil keputusan. Diagnose. Mecermati dan menilai situasi serta perkembangannya. Termasuk mengamati dengan membaca gejala setelah tindakan medis diambil. Setelah pak Datu selesai operasi dan diamati dirawat di ruang setelah operasi. Dokter bertanya kepadanya : Selamat sore pak, ini jam berapa ? Dengan terheran heran disuruh melihat jam tangan pak dokter. Melihatnya dan menjawab : Jam 4 sore. Maka kata pak dokter dengan tertawa lebar : Nah, ini Bu Datu ya pak. Tidak ada yang lupa kan, Bapak siapa namanya.? Maklum bahwa dokter hanya mau menguji kesadaran dan memori pasiennya setelah mengalami tindakan medis operasi otak, semua yang hadir tertawa gembira. Sebab setelah operasi otak, dokter mau melihat hasil kerjanya berhasil baik atau ada gejala baru yang menyimpang. Pada waktu itu tidak semua hal Pak Datu diberi tahu selain apa yang harus dikerjakan, seperti minum obat dan latihan bersama fisioterapis untuk pemulihan syaraf kaki dan tangan. Baru belakangan ditempat kerja Pak Datu diberi tahu hasil pemeriksaan laboratorium terhadap lapisan tipis otak yang dibuka : cancer, stadium 1.  

Dalam dua peristiwa terkutip diatas ada beberapa kata “membaca” dalam arti dan makna yang berbeda. Pada cerita pertama mau mengatakan “membaca” sebagai kemampuan dasar kita untuk menangkap banyak hal melalui lambang lambang yang bernama huruf. Membaca ini dikaitkan dengan kemungkinan kehidupan yang luas praktis kini dan yang akan datang. Sedangkan cerita kedua bicara soal “membaca” dengan nilai professional tinggi terhadap realitas yang mungkin sederhana untuk tujuan kemanusiaan menyangkut nyawa orang. Demikian strategis dan pentingnya membaca dalam kehidupan kita dari dulu hingga nanti.

Menelusuri perihal membaca maka kita bisa pula melihat bagaimana bagi kita “membaca” itu dalam keseharian kita :

  • Membaca tanpa sengaja, melihat baliho dijalanan, iseng mengambil Koran lama, dsb. Katakan itu membaca sambil lalu. Tetapi seringkali justru membaca seperti ini hidup kita dipengaruhi secara intensif tanpa kita sadari. Dan itu sangat diperhitungkan oleh orang lain seperti pemasang iklan, Juru penerangan pemerintah, partai politik, dll, untuk mempengaruhi pemikiran massa.
  • Sengaja Membaca.Daripelbagai lapangan bisa disebut Membaca untukbelajar, untuk memenuhi keinginan tahu, mencari jawaban, melakukan tugas membaca laporan kerja bawahan dll. Maka :
  • Untuk itu Membaca harus Memilih,perlu ditemukansasaran yang tepat, agar ada manfaat maksimal seperti yang diharapkan.
  • Juga Membaca perlu seksama dan kritis. Disini kita boleh belajar dari pekerjaan dokter, seksama /analitis dan memilih / kritis
  • Membaca juga perlu kreatip, siap spontan mengembangkan substansi yang ditangkap, dan melihat konteksnya secara holistic.
  • Membaca dengan Catatan, Merekap dan menilai Hasil Membacamerupakan kegiatan lanjutan yang untuk suatu tujuan tertentu sangat perlu dilakukan. Bagi banyak orang menjadi kebiasaan baik sehingga kemudiannya bisa dimanfaatkan untuk :
  • Kebiasaan Membaca Mencatat untuk Menulis.

Ada seorang penulis yang mengaku bahwa dia menulis dimulai bila dia melihat ada permasalahan. Sedangkan saya ingin mengajak berrefleksi atau merenungkan perilaku kita, daya kemampuan kita, cita cita dan harapan kita, dengan mengemukakan Perspektif sederhana dibawah ini. Dengan menyebut beberapa sisi ini diharap bisa membantu menemukan permasalahan, membuat pertanyaan, untuk menemukan bahan bacaan, menulis, maupun sekedar merenung demi perkembangan diri.

  • Catatan Perspektif daya manusiauntuk dibaca direfleksi :
  • Perspektif Internal : seperti passoin, fokus, kerja keras, kejujuran dan integritas, Self confidence, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual.
  • Perspektif Eksternal : seperti kepemimpinan. Komunikasi, teamwork,pelayanan dan supporting
  • Perspektif Ekonomi : misalnya hemat, investing
  • Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran : antara lain keterbukaan, kreativitas,

Catatan yang terakhir bisa dibaca selengkapnya dalam buku yang sangat dipuji oleh 64 pakar termasuk Ahok semasa menjadi Wakil Gerbernur DKI. Buku karya Ritha J.Nainggolan, dan Frans Budi Pranata, Personal Success Cockpit, Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Kompas Gramedia

Semoga ada manfaat, dan tolong terima salam hormatku.

Ganjuran, 7 April 2017, Emmanuel Astokodatu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun