Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kerja-Kerja-Kerja-Kerja

7 Februari 2022   18:49 Diperbarui: 7 Februari 2022   18:58 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

(Ada apa hasil kerjaku menurun?)

Terinspirasi oleh dua tulisan rekan Kompasianers, Muhammad Nauval dan Damanhuri Ahmad, perihal Seragam dan Kerja, di awal Februari ini saya lalu merenung tentang "kerja nyata sesuai dengan garis organisasi (kerja)",(kata Damanhuri) dan refleksi pekerjaan saya.

Muhammad Nauval, menulis dengan judul "Mengulik Alasan Pentingnya Seragam kerja bagi Peruisahaan dan Keryawan.".  Damanhuri Ahmad, memaparkan pengalaman dalam tulisannya "Kinerja jang mantap lebih bagus dari seragam yang gagah" Dikatakan : "Kerja nyata sesuai garis aturan organisasi".

Kedua tulisan ini telah bagus mengutarakan perihal kerja dalam kaitannya dengan Seragam. Seragam mempunyai peran positip bagi beberapa aspek kerja dan kinerja karyawan atau anggota organisasi kerja. Tetapi lebih penting mantapnya kerja. Mantap itu nyata sesuai dengan aturannya. Dapat digali lebih jauh tentang kemantapan kerja nyata itu. Dan Muh Nauval telah membeberkan luas aspek-aspek "seragam-kerja" secara luas.

Dari tulisan terkutip saya belajar tentang identitas profesi, yang mengajarkan bagi saya bahwa kerja/pekerjaan/bekerja adalah kehidupan seseorang, yang eksistensial dan "mempribadi" sekali, dan bernilai sosial. Secara lahiriah hal itu mengena dengan fenomena seragam, keseragaman, berseragam.

Dan saya menemukan sesuatu dalam aspek "kerja-pekerjaan-bekerja"itu ,ada dua kata ini : Efektivitas dan Efisiensi kerja., sebagai nilai yang ditargetkan, dan mengukur semangat, dipengaruhi sekali oleh motivasi dan kepercayaan atau believe seseorang. Secara lahiriah ditampakkan pada keberseragaman yang dikatakan memberi semangat dan pengaruh pada pelaksanaan aturan kerja dan hasilnya..


Maka mari kita fokus renungkan pandangan (visi) tentang Kerja, dan Efektivitas, dan Efisiensi kerja. sebagai refleksi Pekerjaan kita. Saya mulai dengan yang kedua : Efektivitas dan Efisiensi.(kata benda), atau Efektif dan Efisien (kata sifat)

Mengacu pada KBBI, efektip berarti membawa hasil atau berhasil guna. Sedangkan efisien, melakukan pekerjaan, menjalankan tugas dengan cermat dan berdaya guna, yaitu cermat, tepat waktu serta hemat beaya. Definisi yang sangat berbau tugas waktu dan anggaran.

Dua duanya sering bias, karena keduanya membawa makna menjalan tugas dan berhasil. Tetapi yang berbeda adalah ketika "efektip" menekankan hasil, bagaimanapun caranya, berhasil sungguh baik; sementara "efisien" menekankan guna yang maksimal diukur dari energi/beaya yang dipakai.

Mengacu pada kamus bahasa asal-aselinya, keduanya berasal dari satu kata bahasa Latin: Kata kerja : Efficere, dibentuk kata sifat : effectivus, memberi pengaruh, mengeluarkan daya mempengaruhi. Bisa juga bentuk kata sifat : Efficiens, beraktivitas berdaya guna sangat bermanfaat dan hemat energi.

Belajar dari makna kata asal dengan beberapa synonim yang tersaji dua kata itu  sepertinya bisa dimaklumi bila terbiaskan. Kata dasar: membuat keluar, mengeluarkan, mengupas, mendirikan, menimbulkan akibat baik,memberi pengaruh, membangun, menghasilkan, mengerjakan yang positip.

Selanjutnya terbangun kata sifat yang mengambil makna dari kegiatan tersebut dalam kata kerja itu. Kata sifat itu mengarah pada kata efektif (bekerja sungguh), dan ada kata sifat yang mengarah pada kata efisien (efficiens,tis, bekerja berhasil).

Kedua makna itu sama terhadap pekerjaan atau tugas dengan segala kaitan di kehidupan sehari hari sama-sama merupakan nilai yang pantas ditargetkan diupayakan. Maka pertanyaan saya bagaimana dalam kehidupan sehari hari kita pekerjaan itu dimaknai.?

Tidak semua orang sama dalam melihat perkerjaan, tugasnya, dan bagaimana menilai diri sendiri dengan pekerjaannya itu. Pandangan terhadap pekerjaan secara mendasar mempengaruhi bagaimana orang melaksanakan pekerjaannya itu. Dan pekerjaan bagi manusia seyogyanya jangan dipandang sebatas sebagai tugas dari atasan dengan target dan anggarannya. Ada kata yang menjadi pemeo sejak dulu : Cipta, Rasa, Karsa, Karya.

Dalam kehidupan sehari hari pekerjaan juga dikatakan "penghidupan" artinya kegiatan untuk memenuhi kebutuhan untuk hidup. Pekerjaan biasa dipandang sebagai mata pencaharian. Upaya memenuhi kebutuhan hidup itu upaya menyelenggarakan kegiatan kehidupan.

Dalam keadaan yang demikian sebenarnya penganut filosofi yang positip dan optimis menyadari sebagai partisipasi Penyelenggaraan Illahi. Kepercarayaan seperti ini memberi motivasi kuat untuk bekerja melakukan pekerjaannya. Dari sana pula muncul kata Panggilan hidup.

Kegiatan itu adalah membuat, mengubah,  memanfaatkan, menyempurnakan, dapat dengan atau tanpa menggunakan sarana prasarana, agar manusia hidup, sejahtera dan bahagia.

Maka tampak bagi kita pekerjaan mengacu pada pentingnya suatu bentuk kegiatan, waktu, dan tenaga yang digunakan dan imbalan yang didapat. Bicara soal bentuk kegiaatan maka terpikirkan bahwa pekerjaan merupakan suatu rangkaian ketrampilan, kompetensi tertentu yang selalu harus ditingkatkan setiap waktu. Dan disinilah menjadi penting segala bentuk teknologi.

Manusia dewasa ini semakin tergantung pada teknologi. Dalam pekerjaan segala yang teknis teknologis lebih harus diperhatikan lebih daripada nilai pekerjaan itu sebagai identitas kepribadiannya, Panggilannya.

Seorang pastur kemarin kudengar khotbahnya , meskipun bahasa Jawanya tidak bisa dikatakan mulus, tetapi mulai dengan kearifan pitutur filosofi Jawanya, untuk me-efektifkan khotbahnya bagaimana mempribadikan pesan keimanannya kepada umatnya.

Pada zaman dulu bila orang tua memberi saran nasehat anaknya atau membuat pertimbangan tentang calon menantu, dikatakan tiga pokok ini : "Bibit, -Bebet, -Bobot."

Bibit artinya benih, maksudnya asal usul, pribadi dari keluarga seperti apa, dari orang tua atau lingkungannya, ada kejelasan tentang identitas aslinya.

Bebet artinya pakaian, maksudnya adab dan kebiasaan. Dari pakaian orang bisa dinilai adabnya. Perilaku sosial kesantunannya dan status sosial tampak dari "seragam"nya.

Bobot artinya berat bawaannya. Keberhasilan yang sudah dicapai. Mungkin istilah sekarang trekrikotnya. Atau mungkin gelar dan kekayaannya. Atau Nilai dan Prestasi.

Demikian identitas seseorang diukur oleh Filosofi Jawa, umat pendengar khotbah itu. Pesan khotbahnya sebenarnya mau mengatakan bagaimana menghayati kerendahan hati dan sikap keterbukaan.

Bagi saya renung lanjut :  Bagaimana yang namanya mempribadikan nilai agar menjadi identitas yang mempribadi sebaik baiknya, sehingga bisa mengemban tugas sosialisasi kebaikan Tuhan. Menjadi manusia yang efektif dan eficien sebagai partisipan Penyelenggaraan Illahi.

Kelola baik-baik bibit, bebet, bobot kita itu jawaban, mengapa hasil kerjaku menurun.

Renungan tak bisa berlanjut untuk hening. Tetapi sebelum menutup permenungan tentang kerja dan kerja yang efektif dan eficien ini bolehkanlah saya menyampaikan salam hormat saya.

Ganjuran, Feb.07, 2022. Emmanuel Astokodatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun