"Kotbah Ustadt tentang Akrobat Bola ".
Ada dalam catatan saya  suatu malam saya mendengar seorang ustadt berkhotbah yang memberi cermin perumpamaan bahwa orang hidup itu bagaikan seorang pemain akrobat.Â
Dia memainkan lima bola yang dilempar ditangkap berganti-ganti. Lima bola itu tiga diantaranya adalah bola kaca, menggambarkan bola Pertemanan, Bola Keluarga, dan Bola Semangat hidup.. Itulah Tiga bola yang gampang pecah.Â
Satu lagi bola karet menggambarkan Bola Mata-pencaharian atau Duit. Tidak terlalu riskan, bila jatuh tidak pecah dan akan melentur dan mudah kembali ketangan karena karet yang lentur. Yang sangat berharga serta mudah pecah  juga adalah Bola Iman yang terbuat dari kristal yang indah.
Dimensi kehidupan memang sering membuat gagap dan galau dalam pengelolaan atau managemennya. Bidang profesi/kerja sering menuntut lebih perhatian sehingga dirasa merugikan bidang yang lain. Semuanya karena ada kepentingan dan kebutuhannya yang berbeda. Demikian pula Seksualitas sering menjadi salah satu dimensi kehidupan yang menghebohkanÂ
 Cara pandang terhadap realita  diperinci sesuai dimensi kehidupan tersebut diatas memang lumayan sudah, tetapi posisi dan kondisi pribadi dewasa itu membuat keragaman dimensi lebih tajam dan luas.Â
Dalam kita beragama pun ada yang radikal ada yang moderat. Ada yang alkitabiah ada yang lebih tradisional. Dalam watak kepribadian secara moral ada orang yang longgar ada yang ketat dan perfeksionis..
Saya pikir berbahagialah mereka yang mampu menjadi acrobat bola yang lihai dan trampil dalam kehidupan ini. Awas jangan ada bola yang terjatuh.
"Pendapat penulis : Â Jendela toilet"Â
Sebelum Covid-19 saya sering bepergian Yogya-Jakarta dengan mobil travel langganan. Saat-saat jalan tol belum seperti sekarang seringkali kami biasanya lewat jalur selatan Yogya Kebumen Tasikmalaya Bandung. Sudah ada tempat tertentu untuk istirahat makan dan lain lain. Sesuai dengan waktu pemberangkatan yang berbeda dari Jakarta ke Yogya lain dari Yogya ke Jakarta. Karena terhambat kemacetan maka sangat variatip tempat istirahat dari Jakarta ke Yogya.
Pada suatu hari saya berhenti istirahat di salah satu rumah makan di kawasan Bandung selatan. Disana berhenti beberapa mobil travel .Untuk ke toilet kami harus turun tangga sekitar 2 meter, lalu pria kekanan dan wanita kekiri. Untuk keperluan buang air kecil pria ternyata posisinya terbuka, tampak dari tangga turun naik dimana orang bebas naik turun pria maupun wanita.