Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seksualitas Sebuah Dimensi Kehidupan

17 Desember 2021   15:31 Diperbarui: 17 Desember 2021   15:37 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kotbah Ustadt tentang Akrobat Bola ".

Ada dalam catatan saya  suatu malam saya mendengar seorang ustadt berkhotbah yang memberi cermin perumpamaan bahwa orang hidup itu bagaikan seorang pemain akrobat. 

Dia memainkan lima bola yang dilempar ditangkap berganti-ganti. Lima bola itu tiga diantaranya adalah bola kaca, menggambarkan bola Pertemanan, Bola Keluarga, dan Bola Semangat hidup.. Itulah Tiga bola yang gampang pecah. 

Satu lagi bola karet menggambarkan Bola Mata-pencaharian atau Duit. Tidak terlalu riskan, bila jatuh tidak pecah dan akan melentur dan mudah kembali ketangan karena karet yang lentur. Yang sangat berharga serta mudah pecah  juga adalah Bola Iman yang terbuat dari kristal yang indah.

Dimensi kehidupan memang sering membuat gagap dan galau dalam pengelolaan atau managemennya. Bidang profesi/kerja sering menuntut lebih perhatian sehingga dirasa merugikan bidang yang lain. Semuanya karena ada kepentingan dan kebutuhannya yang berbeda. Demikian pula Seksualitas sering menjadi salah satu dimensi kehidupan yang menghebohkan 

 Cara pandang terhadap realita  diperinci sesuai dimensi kehidupan tersebut diatas memang lumayan sudah, tetapi posisi dan kondisi pribadi dewasa itu membuat keragaman dimensi lebih tajam dan luas. 

Dalam kita beragama pun ada yang radikal ada yang moderat. Ada yang alkitabiah ada yang lebih tradisional. Dalam watak kepribadian secara moral ada orang yang longgar ada yang ketat dan perfeksionis..

Saya pikir berbahagialah mereka yang mampu menjadi acrobat bola yang lihai dan trampil dalam kehidupan ini. Awas jangan ada bola yang terjatuh.

"Pendapat penulis :  Jendela toilet" 

Sebelum Covid-19 saya sering bepergian Yogya-Jakarta dengan mobil travel langganan. Saat-saat jalan tol belum seperti sekarang seringkali kami biasanya lewat jalur selatan Yogya Kebumen Tasikmalaya Bandung. Sudah ada tempat tertentu untuk istirahat makan dan lain lain. Sesuai dengan waktu pemberangkatan yang berbeda dari Jakarta ke Yogya lain dari Yogya ke Jakarta. Karena terhambat kemacetan maka sangat variatip tempat istirahat dari Jakarta ke Yogya.

Pada suatu hari saya berhenti istirahat di salah satu rumah makan di kawasan Bandung selatan. Disana berhenti beberapa mobil travel .Untuk ke toilet kami harus turun tangga sekitar 2 meter, lalu pria kekanan dan wanita kekiri. Untuk keperluan buang air kecil pria ternyata posisinya terbuka, tampak dari tangga turun naik dimana orang bebas naik turun pria maupun wanita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun