Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Gaya Hidup Komprehensif dan Multivisi

22 Oktober 2021   13:10 Diperbarui: 22 Oktober 2021   13:13 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengembangan proses berfikir (1)nampak jelas bila kta pernah memperhatikan sejarah Filsafat dan Ilmu pengetahuan. Sejarah pemikiran Asia, Timur tangah, Persia, Hindia , Tiongkok, Nusantara mempunyai warna dan arah tersendiri, dan tidak kalah kunonya. Saya menggambarkan saja sebagai illustrasi sederhana proses dari keilmuan barat. Yang dianggap sebagai kuno dari tahun 650 sebelum masehi, awalnya sejarah ilmu pengetahuan dan filsafat., karena sebelum itu manusia disana diselimuti oleh cara berfikir yang serba mithos, mistik, mithologia.

Dimulai munculnya seorang Thales yang melihat alam dan kenyataan dengan budi murni, yang bisa diukur ya diukur seperti ilmu pengetahuan alam (saat ini). Tetapi dengan budi murni manusia bisa menyadari yang lebih dalam (istilahkan saya : Prinsip, Logos). Seorang Pithagoras, Archimedes, ahli mathematika, sementara filisof Herakleitos,melihat bahwa semua realitas pada hakekatnya itu "Mengalir" "Panta Rei" Socrates diikuti dua murid Plato dan Aristhoteles yang masing masing juga dengan watak dan alirannya yang berbeda. Yang satu menggunakan mata hati yang lain lebih akal budi murni untuk analisa dan pengolahan batinnya... Semua awalnya murid tetapi tidak semua berhenti diajaran gurunya. Generasi berikut dengan ajaran semakin maju. Dan dari hal yang prinsip warisan guru berkembang semakin diolah untuk kemanfaatan bagi sesama dijamannya. Maka berkembang ajaran ethika dan kebahagiaan.

Dalam pembukaan buku yg sedang saya baca ada dua kutipan. Satu,  bila kuterjemahkan demikian bunyinya : Sebagian orang melihat dunia dengan mata hati, sebagian lain dengan mata kepala. Dan anda bagaimana ?

Yang Kedua : Apa itu Beban? (beban adalah)Lautan pasir Penyesalan. Apakah Rapuh ? Rapuh itu Pancarobanya remaja. Apa itu Pendek ? Pendaklah hari ini menjelang esoknya. Apalah yang dalam itu ? Itulah Samodra Kebenaran.

Seorang EFENDI WANG, yg mengaku sebagai Ilmuwan Spiritualitas atau Spiritual Scientis.menawarkan suatu Mata Ketiga. Dengan mata ketiga sebagai cara pandangan yg jernih kita dibebaskan dari ilusi derita, dan dibina melihat di kedalaman juga. Bahkan mata ketiga mengarah untuk membebaskan orang dari "ilusi pencerahan". Yaitu ketika kita membaca buku suci atau dengar khotbah orang sucipun kita berilusi menerima pencerahan. Effendi mengarahkan pada penelusuran semua realita seputar kita. Dan itu sebenarnya adalah 'relasi kita dengan obyek'. Selanjutnya mengajak melihat semuanya bertumpu pada "keseimbangan", saya suka pakai kata harmoni.

Paul G Stoltz Ph.D mengajarkan 5 langkah/ sikap dalam orang menghadapi permasalahan dengan kecerdasan melawan hambatan (AQ), yaitu  dua Jaga Diri (introspesi), dan tiga Pahami kenyataan sesuai perspektifnya:  Bila berhasil maka akan mengalami yang semula hambatan ternyata menjadi berkah, berupa tantangan dan peluang. Pemikir pemikir belakangan seperti Marshal Goldsmith, Ritha J Nainggolan CS, selalu membuka prinsip atau kata kunci dan mengarah pada pelaksanaan untuk sukses, dan bahagia, dst..Bahkan Margie Warrell setelah berbincang tentang prinsip bisa menemukan 50 kasus kehidupan yang membutuhkan keberanian.

Saya sangat senang mengulang suatu kritik tentang visi dan cara berfikir manapun. Dalam bukunya The Biology of Belief, Bruce Lipton mengingatkan bahwa memang ada disana sini penyimpangan dari perkiraan ilmiah sedalam manapun, ditulis: "Sayangnya para saintis seringkali mangabaikan pengecualian-pengecualian, anomali-anomali yang bisa terjadi." (opcit, halaman 237) Itu kritik dari seorang ahli bagi para orang ahli lainnya. Bagi otak yang pas-pasan sepertii saya itulah saat-saat perlu penguatan oleh doa, keyakinan dan kepercayaan akan Penyelenggaraan Illahi.

Jadi tidak aneh dan proses yang wajar bila Pastor A.Budyapranata Pr mengajak memahami pengertian mengenai penyakit dan gejalanya berkaitan dengan alam dan manusia. Selanjutnya mengajak pembenahan diri dan doa sehingga sembuh tanpa obat. Menurut saya proses itu lebih memerlukan pemahaman pada peringatan Bruce Lipton tersebut diatas tentang penyimpangan dari perkiraan ilmiah pun.

Jadi ada pengembangan Proses berjalannya pemikiran orang dari waktu ke waktu dari kasus ke kasus dan dari generasi ke generani. Disana kebebasan dan harmoni terjadi dan dibutuhkan.

Rekreasi (2)  Selanjutnya abstraksi kedua dari pengalaman tadi adalah kata / visi tentang Rekreasi. Rekreasi secara harfiah berarti 'membuat-ulang',mencipta lagi. Itu adalah kegiatan yang dilakukan untuk penyegaran kembali jasmani dan rohani seseorang. Hal ini adalah sebuah aktivitas yang dilakukan seseorang di samping bekerja. Kegiatan yang umum dilakukan untuk rekreasi adalah pariwisata, olahraga, bermain, dan hobi,serta hiburan; .silahkan buka Wikipedia

 Adapun "Membuat ulang", ada dua makna ,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun