Menulis itu menghibur diri , berkomunikasi dan berbagi. Sekedar mencatat persepsi pembelajaran saya. Maka saya berbagi, tetapi bagi yang ingin kembali ke sumber diatas bisa ditelusuri dari link yang tersedia. Â Ada enam sekurang-kurangnya perspektif yang diutarakan :
Pertama,  sebagai dasar secara global dikatakan  Manusia itu "Proyek Besar". Bahagia itu tidak berarti tanpa kendala dari luar dari dalam.
Kedua, Hidup menghadapi tantangan sosial, salah paham dsb, gagal>bangkit, disakiti >gembira. Â Mengolah hati untuk damai.
Ketiga, Sebuah filosofi tentang  menjadi Diri Sendiri. Menjadi bahagia bukanlah sebuah takdir, yang tak terelakkan, melainkan sebuah kemenangan bagi mereka yang menjadi diri sendiri. Berhenti memandang diri sebagai korban dari berbagai masalah, melainkan menjadi pelaku dalam sejarah itu sendiri.
Keempat, Suatu keharusan adalah berrefleksi dan bersyukur.
Kelima, Kerja nyata keseharian dan rendah hati
Keenam, Bahagia itu selesai dengan diri sendiri dan terus belajar dengan kata penutup, "Dan engkau akan mengerti bahwa kebahagiaan bukan berarti memiliki kehidupan yang sempurna, melainkan menggunakan airmata untuk menyirami toleransi, menggunakan kehilangan untuk lebih memantabkan kesabaran, kegagalan untuk mengukir ketenangan hati, penderitaan untuk dijadikan landasaan kenikmatan, kesulitan untuk membuka jendela kecerdasan..... Dan engkau adalah seorang manusia yang luarbiasa!"
Demikianlah Idul Fitri saya, menghayati dan menulis, mencatat dan berbagi, dengan senang hati menghibur diri. Dengan bersungguh ikut merasakan dalam kedamaian bulan Ramadhan, beribadah puasa, bersoal hal mudik, merasakan kerinduan yang tertahan oleh prokes Pandemi yang berarti bertahan untuk hidup damai sejahtera.
 Tolong terima salam hormat saya, masih disertai Mohon Maaf Lahir Batin dari lubuk hati yang gembira dalam damai dan bahagia.
Ganjuran, Mei 16 2021. Emmanuel Astokodatu.