Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kedekatan Hati dan Perselingkuhan

23 Desember 2020   09:41 Diperbarui: 23 Desember 2020   09:47 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perselingkuhan, sebenarnya saya enggan mengucapkannya. Tetapi itu sebuah realita tersamar yang nyata ada. Sudah banyak pula yang membahas disini. Bahkan di TV Indosiar setiap sore disajikan tayangan model-model orang berselingkuh. Saya ingin merenung saja apakah saya memang berselingkuh dengan mempunyai kedekatan hati dengan orang-orang yang bukan isteri saya.

Sejak saya kecil Desember dan sedikit kesana lagi sebagai orang Kristiani suka diajak bicara tentang Keluarga Kudus, keluarga Nasareth. Keluarga ideal itu bagi kami ialah Yosep-Maria-Yesus.Di bulan Desember ini hingga menjelang persiapan Hari Paska, acapkali keluarga ideal menjadi thema permenungan umat kristiani. Teraspirasinya tulisan ini, tidak berarti akan membahasnya keluarga idola kami itu, tetapi tentang Kedekatan Hati.

Kedekatan hati itu dimaksudkan sebagai suatu kondisi mental yang netral dan mendasar untuk keakraban. Sedangkan keakraban itu sebenarnya adalah buah dari kedekatan hati. Dan untuk kedekatan hati tidak saya pakai kata kemesraan, mesra yang romantis,dan tidak keintiman; berbuat intim berkonotasi seksual.

Selanjutnya ada beberapa pengalaman cerminan nostalgis perihal kedekatan hati. Dan nanti kita lebih tegas memahami nilai kedekatan hati untuk memahami peselingkuhan.

Alkisah pada tahun 1860 datang sekeluaga Belanda yang mendirikan usaha perkebunan tebu dan pabrik gula di Ganjuran, pelosok Yogyakarta selatan. Usaha berkembang dan besar dari usaha ekonomi, pemilik perusahaan yang peduli kemanusiaan itu pada tahun 1919 mendirikan sekolah, sampai 12 lokal, dan balai pengobatan, pada tahun 1926 mendirikan rumahsakit, pada tahun 1924-1930 membuat tempat ibadat dan asrama pendidikan budaya untuk perempuan setempat.

Secara keseluruhan bisa dipahami dapatkah semua itu di kerjakan oleh tenaga dari orang setempat saja ?. Tdak. Jadi tentu datang beberapa tenaga pembantu pelaksanaan seluruh usaha itu orang dari luar alias pendatang dari luar daerah.

Penulis adalah anak dari salah satu pendatang itu. Ayah saya berasal dari Sala, kini disebut Kota Solo Jateng. Setelah selesai dari pendidikan guru di Muntilan Jawa Tengah lalu pada tahun 1919 menjadi guru perintis dan pendatang di kawasan Ganjuran, desa pelosok selatan Yogyakarta itu. Baru sekitar tahun 1922 dan sesudahnya ada banyak orang setempat menjadi guru setelah menjalani pendidikan guru di Muntilan.

Dibalik cerita diatas saya masih sedikit mengalami menyaksikan, selebihnya dari cerita ayah ibu dan saudara-saudara tua saya. Hal apa ?  Kedekatan hati para pendatang dan kedekatan hati sesama alumni pendidikan. Mereka adalah staf administari-keuangan perusahaan dan guru-guru di 12 lokal tersebar sekarang sekitar dalam 4 kecamatan. Kedekatan itu pada umumnya ditandai dengan perkenalan seluruh anggota keluarga, saling kunjung mengunjung, saling membantu ekonomi keluarga, yang sangat terasa ketika zaman pejajahan Jepang hingga "doorstoot" Belanda ke Yogyakarta 1949.

Khusus sebagai pendatang mereka berupaya bersama membuat "pendekatan hati" kepada masyarakat setempat. Dan saya merasakan itu sampai sekarang ini, ayah saya sangat berhasil berdekat hati pada masyarakat setempat. Dia sebagai guru rendah hati dan disegani diperhitungkan dalam pelbagai kegiatan kemasyarakatan sampai sebagai anggota DPRD Tk II pada pemilu pertama.

Khusus lagi ada kedekatan hati diatara mereka baik sebagai guru maupun sebagai alumni sekolah yang sama. Banyak di Jateng DIY, pasangan suami isteri yang sama-sama alumni dua sekolah yang terkenal dizamannya itu. Mereka disebut "eks Muntilan" dan "eks Mendut". Yang semacam itu ada beberapa pasang di Ganjuran saat itu. Kedekatan mereka belakangan juga ditandai oleh pasangan dari anak-anak mereka. Termasuk Kakak saya bersuami karyawan pendatang di perusahaan perkebunan itu.

Dari pengumpulan informasi tentang reuni ternyata kedekatan hati dalam keluarga Eks Muntilan Medut selalu menjadi teladan. Dan dari keluarga besar saya saya terkesan dan terpateri pesan dan teladan orang tua kami dalam saling rukun saling membantu siata yang membutuhkan.Setelah saudara kami berkeluarga, ayah selalu berkunjung pada keluarga anaknya yang tampak sedang dalam kesulitan.. Mungkin itulah dasar dari kenyataan keutuhan keluarga-keluarga kami. Dijauhkan dari praksis perselingkuhan karena menjaga kedekatan hati dalam keluarga..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun