Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Momentum Berkah

30 April 2019   13:42 Diperbarui: 30 April 2019   13:58 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Mengenang hingga merayakan hari Ulang Tahun sudah menjadi budaya kita. Maulud Nabi, Natal, HUT, HBD, sudah menjadi kata-kata yang digunakan hampir setiap hari. Makin banyak teman makin disibukkan dengan perhatian kita merespon HUT mereka. Salah satu hari diingatkan pada HUT seorang teman di Facesbook, jemu dengan cara konvensional saya lalu menulis begini : "Hallo Sobat, HUT biasanya orang hitung menghitung. Hitunganmu ketemunya berapa ?" Ternyata teman itu langsung meresponnya. Sengaja tidak mengirim kata-kata atau gambar-gambar yang sudah menjadi kebiasaan, membuat teman itu ekstra pula perhatiannya segera menjawab diantaranya :. "Terima kasih dan ketemunya banyak". 

Dalam "budaya HUT" dan peristiwa apapun sejenis itusebenarnya yang terpenting adalah penemuan makna dan arti untuk bisa memberisemangat baru selanjutnya. Dan apakah memang memberi dampak yang positipselanjutnya, tidak terhenti pada upacara.

Pola pikir semacam tersebut barusan di katakan olehseorang teman sebagai Filosofi. Apapun namanya kita harus berfikir berangkatdari peristiwa nyata dan memaknainya dengan berkelanjutan pada perbuatan nyata.

Akan menjadi lebih elok kalau "filosofi" itu dikuatkan oleh keimanan sehingga kita mampu ngalami peristiwa itu sebagai Barokah. Dimana kita bisa merasakan, melihat dan memahami disaat peristiwa itu banyak atau sedikit campur tangan Tuhan Hyang Maha Kuasa. Religiositas agama manapun saya kira bisa menerima bahwa dengan rasa beriman bisa merasakan dan melihat berfikir sederhana betapa rumitnya Karya Tuhan pada peristiwa kelahiran manusia baru itu. 

Seorang dokter almarhumah Sunu di Yogya, pernah menjelaskan betapa perjalanan sperma dan telur bisa masuk dan bersemayam di rahim seorang calon ibu. Dan bagaimana 9 bulan tumbuh hidup manusia baru, lahir dengan tangis dan derita ibu dalam melahirkan, anak yang membahagiakan seluruh keluarga dan sekitarnya. Dokter itu berulang kali mengatakan "itu makzisat yang bukan main". 

Seorang ateis akan melihat proses dan peristiwa alamibiasa. Tetapi saya seorang suami dari seorang bidan, dan rumah saya dekat rumahsakit, beberapa kali saya melihat seorang atheis negeri ini juga berdoa dalamkesakitan dan derita isteri atau dirinya pada peristiwa kelahiran yangbermasalah.

Maka saya sepaham dengan dokter Sunu almarhumah bahwaperistiwa kelahiran itu peristiwa dimana ada makzisat atau sejenis campurtangan Tuhan dalam proses alami. Itu menurut pengalaman saya dan itulahmomentum barokah Tuhan Yhang Maha Esa dan Kuasa. Peristiwa kelahiran adalahmomentum barokah yang pertama kali dialami oleh setiap manusia. Atas itu layakmanusia bersyukur.

Berbicara perihal Hari Kelahiran sebagai PeristiwaBerkah, tak bisa tidak harus di kemukakan kedepan adalah factor Waktu.Peristiwa itu ada dalam waktu. Peristiwa itu berjalan dan berproses. Tetapiperistiwa itu ada pada "saat itu". Itu yang kita bisa sebut momentum, yaitusaat. Saat itu berjalan tiada henti, dan tidak akan datang kembali. Para pelakudan semua unsur dalam peristiwa itupun berproses. Harus ada perubahan dalamproses yang bisa disebut transformasi. Transformasi yang global memasuki prosesyang bisa disebut transformasi budaya, sementara yang individual khususnyamanusia akan harus membuat transformasi ego. Perubahan-perubahan yang mulusharmonis tentu membuat kedamaian. Perubahan yang radikal dan/atau revolusionerdari individual ataupun kelompok individu memungkinkan terjadinya disharmonidan keresahan masyarakat.

Berbicara tentang kelahiran manusia, sebagai individu, selanjutnya sejalan dengan berjalannya waktu, akan harus ada kelahiran kedua, ketiga, atau entah keberapa lagi. Sebab demikianlah kehidupan. 

Tahapan-tahapan dalam kehidupan yang biasa dikatakan Masa Balita, Masa Kanak2, Masa Remaja, Masa Dewasa, Usia produktip, Lanjut Usia, dan seperti itu sungguh nyata diukur daru umur/usia, waktu tahapan hidup. Sebenarnyalah ada tahapan yang diukur dengan Kesadaran yang berupa Penemuan jati diri menurut diri peribadinya masing-masing. 

Temuan diri itu menjadikan diri individu itu sepertidiri sendiri baru tetapi asli sungguh dia itu sendiri. Tentulah kebanyakanterlebih masa remaja manusia muda baru berproses makin menemukankepribadiannya. Proses Kelahiran yang berkepanjangan sampai tahap mantap padatingkat kedewasaan, dan kesadaran dirinya semakin dalam keseutuhan manusia yangindividual dengan wataknya jati diri aselinya. Manusia itu menyadari dirinyayang aseli tetapi sekaligus bukan yang kemarin, alias diri yang baru. Demikianlahirlah manusia baru yang beda dan semakin baru bersih dari sifat balita, kanak-kanak,remajanya. Bersih oleh air kesadaran untuk baru bukan yang dulu lagi. InilahKelahiran dalam Kebersihan, kelahiran yang kedua.

Kelahiran berikutnya adalah pendalaman kesadaran diridan upaya transformasi ego lebih mendalam yang sebenarnya suatu prosesmenyederhanakan diri menuju ke Rahim Illahi lagi. Manusia harus siap mengalamidirinya kembali kepada Allah yang Maha Belas Kasih, Maha Rahim. Dahulu diciptakan dalam dekapan penuh kasih di Rahim ibunya manusia harus kembali kepadaSang Maha Rahim.(rahamim)

Kalahiran ketiga adalah jalan masuk kekematian(pengunduran diri) dari kejayaan manusia dewasa, masuk ke pada ketenangan dankeheningan untuk focus lahir dalam hidup lebih rohani. Disini diseyogyakanlahir dalam semangat lebih bersifat rohani, sehingga daya rohani kita lebihaktip semakin bersih dari semangat dosa dan tercela menjadi suri tauladan hidupuntuk yang lebih muda. Secara nyata pola hidup pada kelahiran akan roh iniharus diteguhkan dalam pelbagai perilaku doa ibadat puasa dan keheningan suci.Tetapi buah kehidupan seperti itu kegebiraan yang mendalam.

Manusia harus lahir kembali dalam peristiwa-peristiwa pencerahan, samadi, doa dan dengan itu bukan lagi kejayaan diri tetapi semata penyerahan diri pada kuasa illahi, yang terselanggarakan penuh kerahiman dan barokah. Momentum barokah bukan lagi saat khusus sebagai kenyamanan hidup tetapi menjadi upaya berkesaksian akan kerahiman dan karya Tuhan. Semoga dalam semua kelahiran anda dapat anda menemukan dan mengalami Barokah Allah. 

Demikian renungan filosofis saya, lengkap sudah MomentumBarokah pada setiap peristiwa kelahiran, semoga bisa bermanfaat. Terimakasihbersusah susah menangkap uraian kata-kata ini, tolong terima salam hormat sayadan ucapan Selamat Memasuki Bulan Berokah Ramadhon.

Ganjuran, April-30,2019. Emmanual Astokodatu.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun