Mohon tunggu...
Asti Azhari
Asti Azhari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa S1 Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menilik Partisipasi Para Pemuda di Desa Ekowisata Pancoh

5 Desember 2022   09:38 Diperbarui: 6 Desember 2022   12:14 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desa Ekowisata Pancoh | Dokumentasi Pribadi

Desa Pancoh merupakan sebuah dusun yang kini telah menjadi desa dengan label ekowisata yang terletak di Kelurahan Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Ekowisata Pancoh merupakan desa wisata berbasis ekowisata yang berfokus pada pelestarian lingkungan, alam, dan kebudayaan. Desa ini dibuka secara resmi pada tahun 2012, tepatnya pada tanggal 14 Februari 2012.

Desa ini memiliki banyak atraksi wisata yang dapat dicoba oleh wisatawan ketika berkunjung. Mulai dari mencoba berinteraksi dengan warga setempat, memetik salak, susur sungai, bermain gamelan, dan membuat handicraft dari sampah plastik yang masih layak digunakan.  Potensi pengembangan pariwisata di Desa Ekowisata Pancoh cukup tinggi,  Desa yang memiliki kebudayaan yang perlu dilestarikan seperti tari wiring, tari Bung Beh, petilan dan laras madyo. Atraksi tersebut dapat dinikmati wisatawan ketika waktu – waktu tertentu saja, seperti salah satu contohnya saat hari pariwisata dunia. Desa Pancoh menyambut para tamu dengan tarian yang dimiliki.

Desa Pancoh merupakan Desa Ekowisata yang juga mengangkat nilai kebudayaan seperti adanya alat gamelan yang dapat dimainkan oleh wisatawan. Tidak perlu khawatir jika kalian yang belum memiliki pengalaman dalam bermain gamelan, di Rumah Gamelan, wisatawan akan diajarkan terlebih dahulu oleh masyarakat setempat.

Rumah Gamelan | Dokumentasi Pribadi
Rumah Gamelan | Dokumentasi Pribadi

Adapun tempat edukasi bagi wisatawan yaitu pembuatan bamboocraft dari rotan dijadikan sebagai tatakan nasi, wisatawan juga diajarkan bagaimana membuat handicraft dari bahan utama plastik.

Bamboo Craft | Dokumentasi Pribadi
Bamboo Craft | Dokumentasi Pribadi

Mayoritas dari penduduk di sana memiliki lahan yang luas untuk ditanami tanaman salak. Jenis salak yang dihasilkan dari desa ini cukup beragam mulai dari salak pondoh, salak gading, salak manggala, maupun salak madu. Diantara jenis salak tersebut yang paling digemari yaitu salak pondoh. Tekstur dan cita rasa yang berbeda dengan salak pada umumnya, teksture dari salak pondoh lembut dan tidak keras, rasanya pun sangat manis jika dibandingkan dengan salak lainnya. Selain memetik salak,wisatawan juga dapat melihat proses penanaman salak dan pencakokan salak ketika di lahan perkebunan.

Aktivitas pariwisata tersebut dapat wisatawan rasakan jika wisatawan memesan paket wisata melalui platform media sosial, seperti instagram atau whatsapp yang telah disediakan oleh pihak pengelola pariwisata di desa tersebut.

Kebun salak milik salahsatu warga Desa | Dokumentasi Pribadi
Kebun salak milik salahsatu warga Desa | Dokumentasi Pribadi

Dari banyaknya atraksi yang berpotensi untuk dikembangkan, Desa Ekowisata Pancoh lebih memilih tidak menampilkan semua atraksi, karena selain mengundang lebih banyak wisatawan, kemungkinan desa tersebut  akan kehilangan keaslian dari budayanya. Sehingga akan terjadi komersialisasi kebudayaan serta kemunculan kaum kapitalis dalam praktiknya.

Desa Ekowisata Pancoh yang dikemas sedemikian rupa agar mencapai prinsip keberlanjutan pariwisata, tentunya tidak terlepas dari para pengelola yang mengurus semuanya. Adapun struktur organisasi yang dimiliki oleh Desa ini yaitu pengelola desa wisata dengan pokdarwis sudah dibedakan. Hal ini diperkuat oleh SK dari Dinas Pariwisata. Pengurus yang ada di Desa Ekowisata Pancoh sudah memahami dan menjalankan  peranannya masing - masing. Pada struktur organisasinya keterlibatan para pemuda masih sangat minim. Sehingga untuk meregenerasi para anggota dalam kepengurusan Desa Ekowisata Pancoh masih memikirkan cara bagaimana para pemuda di sana tertarik untuk ikut berkontribusi dalam pengembangan Desa Ekowisata Pancoh.

Beberapa dari masyarakat desa masih belum  memiliki semangat yang tinggi dalam menjalankan prinsip ekowisata, walaupun tugas dan fungsi  dari setiap bagian telah ditentukan oleh pengelola. Hanya ketua pengelola yang secara aktif berperan di lapangan. Hal ini  dikarenakan sektor pendapatan utama di desa ini bukan pada sektor pariwisata melainkan pertanian dan berkebun, sehingga banyak masyarakat yang lebih memilih untuk menjadi petani. Kekhawatiran yang muncul dari para generasi tua dikarekanakan pengelola Desa Ekowisata Pancoh kewalahan untuk memanajemenkan waktu antara pekerjaan utamanya dengan menemani wisatawan saat weekdays. Selain itu juga, kualitas SDM yang perlu diperhatikan, mengingat adanya kunjungan dari beberapa wisatawan asing yang pernah mengunjungi Desa ini. Kendala komunikasi kefasihan dalam berbahasa inggris juga menjadi masalah pada kualitas SDM.

Pada Kesimpulannya Konflik utama di Desa Ekowisata Pancoh yang terjadi yaitu, terkait keberlangsungan pengelolaan pariwisata, regenerasi untuk kepengurusan Desa Ekowisata Pancoh, yang menjadi masalah yaitu belum ada generasi muda yang ingin mengelola desa ekowisata ini, hal dikarenakan generasi gen Y dan Gen z (zaman sekarang) belum memiliki ketertarikan untuk dapat bergerak aktif dalam memajukan desa wisata. Selain itu, kurangnya pemahaman terkait desa yang telah diberi label “ Ekowisata” yang seharusnya generasi muda di sana perlu berkontribusi dan mencari tahu terkait makna ekowisata serta bagaimana pengaplikasian dalam mengembangkan ekowisata. Hingga saat ini mayoritas yang aktif dalam mengelola desa adalah para senior ( generasi orang tua). Harapan dari pihak pengelola, adanya sebuah regenerasi bagi pengelolaan desa ekowisata pancoh yang sustainable dalam struktur kepengurusan.


Menurut UNWTO, “ekowisata mengacu pada bentuk-bentuk pariwisata yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

(1) Semua bentuk pariwisata berbasis alam di mana motivasi utama para wisatawan adalah pengamatan dan apresiasi terhadap alam serta budaya tradisional. berlaku didaerah alami;

(2) Berisi fitur pendidikan dan interpretasi;

(3) Biasanya, tidak secara eksklusif diselenggarakan oleh operator tur khusus untuk kelompok kecil. Mitra penyedia layanan di tempat tujuan cenderung merupakan usaha kecil milik lokal;

(4) Meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan alam dan sosial budaya;

(5) Mendukung pemeliharaan kawasan alam yang digunakan sebagai atraksi ekowisata dengan: Menghasilkan manfaat ekonomi bagi masyarakat tuan rumah, organisasi dan otoritas yang mengelola kawasan alam dengan tujuan konservasi; Menyediakan lapangan kerja dan peluang pendapatan alternatif bagi masyarakat lokal; Meningkatkan kesadaran terhadap konservasi aset alam dan budaya, baik di kalangan penduduk lokal maupun wisatawan.”

Penelitian tentang transformasi inovatif pariwisata juga mengacu pada “pariwisata regeneratif” (Scheyvens et al., 2021) yang disitasi oleh Mirela Stanciu, dkk. Ekowisata yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga konstruktif memberikan keadaan yang lebih baik, mengungkapkan keinginan masyarakat untuk melestarikan alam.

Teori yang dikemukakan UNWTO dan Scheyvens et al., 2021. dapat disimpulkan bahwa pariwisata yang mengedepankan konservasi dalam segala aspek juga membutuhkan regenerasi SDM yang inovatif bagi pengelolaan pariwisata yang berkelanjutan, dengan meningkatkan kesadaran kepada seluruh masyarakat terhadap pemeliharaan serta perlindungan alam dan budaya.

Pada saat ini para pemuda Desa Ekowisata Pancoh sudah mulai berkontribusi sebagai guide, walaupun tidak semua pemuda ikut berpartisipasi. Sangat disayangkan jika para pemuda tidak turut andil dalam pengelolaan ekowisata, memanfaatkan Peluang yang ada dengan sebaik mungkin. Keberhasilan dan kesuksesan Desa Ekowisata Pancoh ada ditangan para generasi muda yang memiliki banyak ide kreatif dan inovatif untuk menciptakan sesuatu yang unik juga bermanfaat bagi Ekowisata di masa mendatang, tentunya dengan tetap berpegang teguh pada prinsip - prinsip sustainable tourism .  


Reference:

Dimitriou, Christina K. 2017. From theory to practice of ecotourism: major obstacles that stand in the way and best practices that lead to success. https://sciendo.com/article/10.1515/ejthr-2017-0004. Diakses 3 Desember 2022. Pukul 11.23. WIB.

Global Ecotourism Network (GEN). 2016. Definition and Key Concepts . https://www.globalecotourismnetwork.org/definition-and-key-concepts/. Diakses 5 Desember 2022. Pukul 02.15. WIB.
GSTC. 2022. What is Sustainable Tourism? https://www.gstcouncil.org/what-is-sustainable-tourism/. Diakses 5 Desember 2022. Pukul 03.45 . WIB.

Rohani, D. R., Irdana, N. 2020. Dampak Sosial Budaya Pariwisata: Studi Kasus Desa Wisata Pulesari dan Desa Ekowisata Pancoh. https://ojs.unud.ac.id/index.php/jumpa/article/download/76034/40594/. Diakses 3 Desember 2022. Pukul 10.23 . WIB.

Scheyvens, R., van der Watt, H., Cheer, J. M., Graci, S., and Dolezal, C. (2021). Tourism, empowerment and sustainable development: A new framework for analysis. https://agris.fao.org/agris-search/search.do?recordID=CH2022150717. Diakses 5 Desember 2022. Pukul 02.45. WIB.

Stanciu, M. DKK. 2022. Youth’s perception toward ecotourism as a possible model for sustainable use of local tourism resources. https://www.researchgate.net/publication/362673471_Youth's_perception_toward_ecotourism_as_a_possible_model_for_sustainable_use_of_local_tourism_resources. Diakses 5 Desember 2022. Pukul 01.20. WIB.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun