Ketua Umum Partai Amanat Nasional, Zulkifli Hasan – sumber foto: Istimewa
Partai Amanat Nasional (PAN), pada tanggal 23 Agustus 2015 esok genap berusia 17 tahun. Sebuah usia yang cukup matang untuk sebuah partai politik di Indonesia. Partai berlambang matahari bersinar ini didirkan pada 23 Agustus 1998 oleh 49 tokoh nasional dikomandoi Amien Rais, yang kala itu tampil di depan menyuarakan gerakan reformasi di Indonesia.
Tujuh belas tahun kemudian, di hari ini, Ketua Umum Partai Amanat nasional (PAN), Zulkifli Hasan menyebut momen ulang tahun PAN kali ini amat istimewa. Ibarat manusia, PAN membuktikan diri selama ini sebagai partai yang konsisten memperjuangkan cita-cita reformasi 98 sebagaimana dicita-citakan para pendirinya.
“17 tahun adalah usia yang cukup matang dan dewasa untuk Partai Amanat Nasional (PAN) berkiprah lebih besar lagi demi kemajuan bangsa dan negara. Untuk itu, ini saat yang tepat untuk berpolitis dengan lebih etis di tengah kondisi berbangsa dan bernegara,” ungkap Zulkifli Hasan.
Lebih lanjut, Ketua Umum PAN yang juga menjabat Ketua MPR RI ini menyebut perayaan hari jadi Partai Amanat Nasional ke 17 tahun ini mengambil tema istimewa, yaitu Berpolitik Tanpa Gaduh. Menurut pria kelahiran Lampung 53 tahun lalu ini, di saat berbagai partai politik gaduh berkubang dalam pertarungan kepentingan jangka pendek nan oportunistik, PAN tetap fokus para orientasi jangka panjangnya dalam mewujudkan amanat rakyat Indonesia dan para pejuang reformasi.
“Di era perpolitikan Tanah Air saat ini yang terkadang hanya fokus pada kepentingan jangka pendek kelompok, saya tegaskan, PAN memegang prinsip politik yang beretika dan tidak gaduh. Itu yang harus diutamakan para kader,” tegas Zulkifli Hasan.
Tak pula Bang Zul, begitu Ketua Umum PAN ini akrab disapa, menyampaikan rasa bahagia dan serta harapan agar PAN ke depan bisa terus konsisten dalam garis perjuangannya. Juga, Zulkifli Hasan berpesan kepada seluruh kader dan simpatisan Partai Amanat Nasional untuk memanfaatkan momen hari ulang tahun ke 17 ini sebagai titik tolak berefleksi seberapa jauh PAN mewujudkan apa yang menjadi cita-cita reformasi 98.
***
