Mohon tunggu...
Hasto Suprayogo
Hasto Suprayogo Mohon Tunggu... Konsultan - Hasto Suprayogo

Indonesian creative designer & digital marketing consultant | astayoga@gmail.com | http://www.hastosuprayogo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

3 Tipe Gampang Kena Hoaks, Andakah Salah Satunya?

15 Januari 2019   20:24 Diperbarui: 17 Januari 2019   03:56 1255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hoaks (SuaraNasional.id)

Jika Anda punya kenalan yang gampang percaya hoaks atau bahkan gemar menyebarluaskannya, tulisan singkat ini cocok buat disimak.

Michael V. Bronstein, peneliti dari Yale University dalam publikasi barunya menyebut ada 3 tipe orang yang punya kecenderungan kuat gampang percaya kabar bohong alias hoaks. Berdasarkan riset yang dilakukannya terhadap tak kurang dari 900 partisipan tersebut, kategori yang dimaksud adalah sebagai berikut.

Individu delusional, alias mereka yang punya pemahaman tidak umum atau tidak sesuai dengan realita dan argumen rasional. Delusi terkait erat dengan pandangan yang keliru atas dunia dan termasuk salah satu tanda mental disorder.

Contohnya, orang-orang yang 'percaya' teori konspirasi, adalah contoh pengidap delusi, dan karenanya rawan percaya akan kabar bohong. Mereka yang misalnya percaya bumi bulat, dan berbagai mitos sejenis, baik mitos lawas maupun baru adalah kelompok yang rawan percaya hoaks.

Tipe kedua adalah individu dogmatis. Mereka yang punya keyakinan kuat akan seperangkat nilai yang dianggapnya kebenaran dan di saat bersamaan menolak tegas kemungkinan adanya kebenaran lain. Mereka yang dogmatis, menurut hasil penelitian ini cenderung gampang percaya kabar bohong.

Tipe ketiga, individu yang mempunyai pandangan agama fundamentalistik. Serupa dengan individu dogmatis, para fundamentalis ini percaya hanya ada satu kebenaran, yaitu yang dipegangnya, dan yang lain pasti salah. Mereka pun rawan terperosok menyakini kabar bohong alias hoaks.

Apa kesamaan ketiga tipe individu di atas sampai mereka gampang percaya hoaks, dan tetap mempercayainya bahkan setelah ditunjukkan kekeliruannya dengan fakta?

Menurut Bronstein hal ini dikarenakan kurangnya ketiga tipe individu tadi menggunakan pola pikir analitis dan terbuka. Pola pikir analitis mensyaratkan kerja otak lebih keras untuk mencari informasi, mengecek kebenarannya, membandingkan dengan asumsi dasar kita, dan akhirnya mengambil kesimpulan.

Pola pikir analisis hanya bisa dilakukan jika seorang membuka diri atas informasi dan pandangan lain yang terkadang beda. Tidak mudah menempatkan diri di posisi macam ini, apalagi bagi mereka yang sudah punya pandangan delusional, dogmatis apalagi fundamentalis.

Respon orang-orang macam ini cenderungnya berupa kecurigaan atau bahkan penolakan terhadap informasi dan pandangan yang berbeda dengan apa yang sudah diyakininya. Mereka cenderung lebih memilih merangkul informasi yang menguatkan kepercayaan awalnya, bahkan jika informasi tersebut terbukti bohong atau hoaks.

Tak sulit mencari contoh di sekeliling kita. Apalagi dengan semakin dekatnya gelaran pesta politik beberapa bulan lagi. Tak sulit mencari contoh dari kawan, kenalan bahkan kerabat dekat yang menunjukkan kecenderungan macam ini. Kecenderungan mengamini kabar bohong sebagai kebenaran, dan menolak informasi yang benar hanya karena tidak sesuai dengan pandangan yang diyakininya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun