Mohon tunggu...
Astatik Bestari
Astatik Bestari Mohon Tunggu... Praktisi Pendidikan Nonformal dan Informal

Pendiri Yayasan Bestari Indonesia. Domisili di Jombang Jawa Timur. Pengelola PKBM Bestari Jombang Jawa Timur. Ketua 2 DPP ASTINA Ketua bidang Peningkatan Mutu PTK DPW FK-PKBM Jatim LP Ma'arif PCNU Jombang bidang PNF

Selanjutnya

Tutup

Trip

Jenang Kudus dan Filosofi Gusjigang dalam Perspektif Kunjungan ke Museum

29 Juni 2025   15:56 Diperbarui: 29 Juni 2025   17:01 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kunjungan saya ke Museum Jenang di Kudus memberikan kesempatan untuk memahami lebih dekat salah satu produk budaya lokal yang telah dikenal luas, jenang. Museum ini  menampilkan foto-foto generasi owner produk Jenang Mubarok dimana museum ini berada.  Selain itu juga menyajikan informasi mengenai sejarah dan nilai-nilai budaya yang ada di Kudus juga di Indonesia.

Di beberapa bagian museum, saya menemukan istilah Gusjigang yang ditampilkan cukup menonjol. Pada awalnya, saya mengira Gusjigang  merupakan slogan atau bagian dari identitas Museum Jenang. Namun, setelah membaca lebih lanjut dan bertanya kepada teman saya (Kepala PKBM Sejati), saya mengetahui bahwa istilah ini berasal dari ajaran Sunan Kudus, Ja'far Shodiq.

Gusjigang merupakan singkatan dari tiga kata dalam bahasa Jawa: gus (bagus akhlaknya), ji (pintar ngaji), dan gang (pandai berdagang). Ajaran ini dikenal luas sebagai warisan nilai pendidikan karakter yang diajarkan Sunan Kudus kepada masyarakat. Tiga aspek ini merepresentasikan perpaduan antara akhlak, ilmu keagamaan, dan keterampilan ekonomi.

Jika dikaitkan dengan jenang sebagai produk budaya lokal, terdapat keterhubungan antara nilai Gusjigang dan praktik usaha masyarakat. Pembuatan jenang yang membutuhkan ketekunan dan kehati-hatian mencerminkan nilai kerja keras. Sementara keberlangsungannya sebagai produk usaha turun-temurun menunjukkan bahwa keterampilan ekonomi menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Kudus.

Museum ini memberi ruang untuk memahami bagaimana nilai-nilai budaya dapat terus hidup melalui praktik ekonomi dan kehidupan sosial. Gusjigang, dalam konteks ini, bukan sekadar simbol, tetapi menjadi bagian dari cara masyarakat membangun kehidupan secara seimbang antara akhlak, ilmu, dan usaha.

Melalui kunjungan ini, saya melihat bahwa ajaran Gusjigang masih memiliki relevansi dalam konteks pendidikan dan pemberdayaan masyarakat saat ini. Nilai-nilai tersebut dapat menjadi acuan dalam membentuk generasi yang berkarakter kuat, memiliki dasar keilmuan, dan mampu mandiri secara ekonomi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun