Mohon tunggu...
Yulianto
Yulianto Mohon Tunggu... Penerjemah - Menulis saja

Menulis saja

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ma'burasa, Tradisi Jelang Lebaran yang Masih Eksis di Tengah Pandemi!

18 Mei 2020   23:35 Diperbarui: 18 Mei 2020   23:41 754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (kemdikbud.go.id)

Hari raya Idul Fitri tinggal sebentar lagi. Biasanya saat lebaran tinggal menghitung hari seperti saat ini,. masyarakat menyambutnya dengan penuh sukacita. Ada yang melakukan tradisi arak-arakan serta takbir keliling kampung. Ada juga yang memenuhi pusat perbelanjaan untuk mencari berbagai kebutuhan lebaran.

Akan tetapi, akibat dari pandemi Covid-19. Tak ada kemeriahan yang terlihat menjelang hari raya Idul Fitri tahun ini. Demi kemaslahatan bersama, semua orang sedang menahan diri untuk tidak melakukan aktivitas yang mengundang banyak interaksi fisik saat ini. Tradisi-tradisi menjelang lebaran yang biasa dilakukan di tiap daerah pun terpaksa harus ditangguhkan pada Ramadan kali ini.

Meskipun beberapa tradisi jelang lebaran tak bisa dilaksanakan pada Ramadan kali ini. Di daerah saya, yaitu Sulawesi Selatan. Ada sebuah tradisi menyambut lebaran yang masih tetap dilakukan walaupun di tengah pandemi Covid-19. Tradisi itu bernama ma' burasa.

Ma'burasa merupakan kata yang berasal dari bahasa lokal (Bugis dan Makassar) yang berarti membuat burasa'. Kata 'Burasa' sendiri merujuk kepada sebuah kuliner tradisional yang terbuat dari beras yang dicampur dengan santan lalu diberi sedikit garam. Kuliner ini kemudian dibungkus dan diikat dengan cara khusus dalam daun pisang lalu dikukus.

Burasa' adalah salah satu kuliner yang wajib dihidangkan kepada tamu saat datang massiara' (berkunjung) di hari raya. Tradisi ini sudah lama dilakukan oleh masyarakat Bugis dan Makassar.

Meskipun akibat wabah Covid-19 menyebabkan masyarakat Bugis dan Makassar tak dapat melakukan tradisi massiara', yaitu berkunjung ke rumah keluarga dan hadai tolan di waktu hari raya. 

Akan tetapi, tradisi ma'burasa masih tetap dijalankan. Tradisi ini sudah seperti agenda wajib setiap menjelang hari raya. Tradisi ma'bura sendiri sarat akan nilai solidaritas dan kekeluargaan di dalamnya.

Nilai kekeluargaan itu terlihat saat proses pembuatan burasa'. Untuk mengerjakan kuliner ni, biasanya seluruh anggota keluarga tolong-menolong menyiapkannya. Tak hanya ibu saja yang berperan aktif, anak-anak hingga ayah pun juga terlibat dalam proses pembuatannya, mulai dari mencari daun pisang, menyiapkan beras dan santan, hingga menyiapkan tungku untuk mengukus. Semua anggota keluarga punya peran dalam tradisi ini.

Setelah burasa' siap pun, masih ada kebiasaan lainnya yang sering dilakukan masyarakat yaitu saling berbagi burasa'. Meskipun sang tetangga juga membuat makanan yang sama di rumahnya, tetapi saling berbagi burasa' tetap dilakukan sebagai bentuk solidaritas dan kepedulian antar tetangga.

Selain sarat akan nilai di dalamnya, tradisi ma'burasa juga merupakan bentuk pewarisan ilmu pengetahuan dari orangtua kepada anak-anaknya. Melalui kegiatan ini, anak-anak belajar membuat kuliner yang sudah menjadi kuliner turun temurun di dalam keluarga. Anak-anak juga diajarkan tentang kekeluargan serta tata pergaulan dengan tetangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun