Gaya Pernikahan yang Jarang Dilakukan Orang
Rabu malam, 24 September 2025, saya mendapat kesempatan mendampingi ibunda Nurhayati K Djaropi menghadiri sebuah perayaan yang tidak biasa: ulang tahun pernikahan ke-40 tahun pasangan Haji L.I. Sampulawa dengan Hj. Mery Dianty. Acara itu digelar di Hotel The Rinra, kawasan pantai Tanjung Bunga, Makassar.
Di tengah gemerlap cahaya, iringan musik, serta suasana hangat penuh cinta, saya merenung. Betapa tidak, empat puluh tahun mengarungi bahtera rumah tangga bukanlah perkara mudah. Di balik senyum dan tawa, tentu ada perjuangan panjang yang mereka jalani bersama. Dan dari pasangan ini, kita bisa menarik banyak pelajaran tentang bagaimana menjaga kebahagiaan rumah tangga hingga puluhan tahun tanpa hambatan berarti.
Karir dan Kesetiaan
Haji L.I. Sampulawa, sosok yang pernah menjabat direktur di salah satu anak perusahaan Bumiputera, memulai karirnya dari bawah sebagai pemasar Asuransi. Namun seiring kesuksesan, satu hal yang tak pernah berubah: cintanya kepada keluarga. Ia tetap setia, tetap memuliakan istri dan anak-anaknya, meski jalan karirnya penuh godaan dan tantangan.
Sebagai seorang pimpinan perusahaan yang menghasilkan banyak uang, apalagi hobi golf yang sering mempertemukannya dengan banyak orang dari berbagai kalangan, tentu ada peluang besar tergoda oleh hal-hal yang bisa merusak rumah tangga. Namun, Sampulawa memilih jalannya: menjadikan istrinya sebagai permaisuri dalam istana cintanya.
Tantangan Komunikasi
Namun, tentu perjalanan mereka tidak selalu mulus. Tantangan terberat yang dihadapi keluarga Sampulawa justru terletak pada masalah komunikasi antara suami dan istri.
Sampulawa berasal dari Ambon, sedangkan Mery dari Sulawesi. Perbedaan suku berarti juga perbedaan karakter, kebiasaan, hingga cara mengekspresikan perasaan. Tak jarang, hal-hal kecil dalam keseharian bisa menimbulkan salah paham.
Tetapi di situlah letak kekuatan cinta mereka. Dengan kesabaran, keterbukaan, dan saling memahami, keduanya menjadikan perbedaan itu bukan sebagai jurang pemisah, melainkan jembatan untuk saling belajar. Sampulawa belajar kelembutan dan keteguhan Sulawesi dari istrinya, sementara Mery belajar ketegasan dan romantisme Ambon dari suaminya. Hasilnya, sebuah harmoni yang memperkaya rumah tangga mereka.
Memuliakan Istri
Jarang ada lelaki yang memuliakan istrinya dengan sepenuh hati, apalagi di kalangan pria Makassar yang dikenal tegas dan keras dalam karakter. Tapi Sampulawa melakukannya dengan cara yang sangat istimewa.
Ia memberikan bukan hanya kendaran termewah hingga rumah megah lengkap dengan kolam renang, musholla, studio musik untuk anak, ruang karaoke untuk keluarga, hingga taman yang menyerupai lapangan golf. Di Alam Sutera, Tangerang, berdiri rumah mereka bernuansa mediterania dengan kubah besar yang tampak gagah dari jalan kompleks, bukti nyata betapa ia menempatkan istri dan keluarga di posisi terhormat.
Namun, yang paling berharga bukanlah materi itu semata. Sampulawa menempatkan istrinya di hatinya, mengajaknya berdansa, menemaninya dalam suka dan duka, serta menjadikan perayaan pernikahan mereka pesta kebahagiaan yang bisa dirasakan seluruh tamu undangan.
Gaya Pernikahan yang Jarang Ditemui
Acara ulang tahun pernikahan ini tidak hanya sekadar resepsi mewah. Ada "Happy Golf" di Padivalley sebelumnya, di mana puluhan golfer diajak bermain gratis sambil mendapat hadiah: tumbler, selimut, matras, setrika, hingga kasur lipat. Sebuah kebahagiaan yang dibagikan, bukan hanya dinikmati sendiri.
Puncaknya, dalam resepsi di Hotel Rinra, semua tamu undangan disambut penuh keramahan. Bahkan mereka pulang dengan hadiah, seakan kebahagiaan pasangan ini harus dirasakan juga oleh banyak orang.
Acara yang diketuai Suhardi, sekretaris PGI sekaligus Ketua Apindo Sulsel, semakin semarak dengan lantunan suara merdu Ismi Amalia yang membawa semua tamu yang hadir ikut bergoyang bersama.
Dan di penghujung acara, Ustaz Ahmad Ibrahim memimpin doa. Beliau memohonkan keberkahan untuk keluarga besar Sampulawa, mendoakan agar pernikahan ini senantiasa langgeng, penuh cinta, rezeki yang luas, kesehatan yang paripurna, serta kebahagiaan dunia dan akhirat. Doa itu menutup malam dengan haru, meninggalkan kesan mendalam pada semua yang hadir.
Pelajaran untuk Kita Semua
Empat puluh tahun bukan angka kecil. Apa yang kita saksikan dari pasangan Haji L.I. Sampulawa dan Hj. Mery Dianty adalah bukti bahwa cinta sejati bukan hanya tentang kata-kata indah, melainkan tindakan nyata.
Bahwa menjaga rumah tangga bukan soal menolak godaan semata, tapi juga soal menghadirkan kebahagiaan dalam bentuk apapun: dari hadiah sederhana, tarian mesra, hingga rumah yang menjadi istana penuh cinta.
Dan yang tak kalah penting: perbedaan suku, budaya, bahkan cara bicara bukan alasan untuk berpisah, melainkan kesempatan untuk saling melengkapi.
Mungkin tidak semua orang bisa meniru gaya pernikahan ini. Tapi setidaknya kita bisa belajar satu hal: memuliakan pasangan, menjadikannya permaisuri atau raja dalam rumah tangga, adalah kunci agar pernikahan bertahan hingga puluhan tahun.
Sebuah gaya yang jarang dilakukan orang, namun patut dicontoh, untuk menggapai keluarga yang sukses dan bahagia.
Selamat ulang tahun pernikahan bapak haji L. I. Sampulawa dan tante Mery Dianty. Semoga bahagia selalu.Â
Salam
Asrul Sani Abu.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI