Mohon tunggu...
Asri Abbas
Asri Abbas Mohon Tunggu... Mahasiswa Pascasarjana IAIN Palopo

Menulis dan Traveling

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terjebak Berita Hoaks

10 Desember 2024   10:19 Diperbarui: 10 Desember 2024   10:19 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namun sebelum menelepon ketua organisasi, aku pun penasaran darimana ibu tahu kalau Ibu Malik meninggal.

"Tadi ibu dengar dari kasak kusuk ibu-ibu yang membeli sayuran di mas Eko. Kabarnya ibu Malik meninggal sejam yang lalu" kata ibu sembari membuka kulkas dan  memasukkan sayur kol yang sudah dibelinya di pasar.

Akhirnya aku  menelepon ketua organisasiku dan mengatakan bahwa salah satu warga di desaku meninggal dunia. Satu jam menunggu akhirnya pak Andra datang, ketua organisasiku yang wajahnya lumayan tampan dengan badan yang jangkung. Sesampainya di halaman rumahku yang ditumbuhi beberapa rumput, ia menurunkan beberapa dus air mineral dari bagasi mobilnya yang berwarna silver, kulihat beberapa kali kakinya agak gemetaran saat mengangkat dus, mungkin karena berat dari dus air mineral tidak sebanding dengan kekuatan tubuhnya yang sangat kurus.

"Maaf ya dik,mungkin saya tidak bisa mengantarkan air mineral ini ke rumah warga yang berduka, sebab ada kegiatan yang sangat mendesak dan tidak bisa saya tinggalkan pagi ini. Jadi bisakah kalau adik sendiri yang kesana mengantarkannya" kata Pak Andra sambil melihat jam tangan berwarna hitam di tangannya.

"Iya pak, tidak masalah. InsyaAllah, saya akan segera ke sana" jawabku mantap.

"Ini ada stiker, jangan lupa dipasang di salah satu sisi dus" kata pak andra sambil memberikanku beberapa lembar stiker.

"Baik, laksanakan pak" kataku sambil tersenyum

Tak lama kemudian pak andra pergi dengan mobilnya dengan meninggalkan asap knalpot yang menghitam ke udara. Sebelum berangkat ke rumah duka, kupasangi di salah satu sisi dus-dus air mineral itu dengan stiker yang bertuliskan "Turut Berduka Cita". Setelah itu, akupun pergi ke rumah duka dengan membawa beberapa air dus mineral yang tak jauh dari rumahku dengan sepeda motor. Sesampainya disana, kuturunkan satu demi satu dus air mineral itu dari motor ke halaman rumah duka.

Rumah bu Malik terbuat dari papan kayu dengan atap yang terbuat dari daun rumbia, dan tiang-tiang rumah yang agak lapuk dimakan usia. Namun ada satu hal yang aneh bagiku, mengapa di depan rumah duka tak ada bendera putih? "Ah, mungkin mereka lupa memasangnya karena dirundung duka" kujawab sendiri dengan lirih. Setelah agak lama berdiri mematung, seorang anak muda berperawakan tinggi menghampiriku.

"Silahkan Masuk ke dalam rumah, bu"

"Iya, terima kasih. Bisakah kamu membantu saya mengangkat dus itu ke dalam rumah?" pintaku seraya menunjuk beberapa dus air mineral.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun