Mohon tunggu...
Asra Sinta
Asra Sinta Mohon Tunggu... Lainnya - Pembaca dan penulis yang sedang belajar

Satu gagasan yang kubaca menambah satu temanku, satu gagasan yang kutulis menambah sejam usiaku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terima Kasih Kenangan

9 Agustus 2020   23:25 Diperbarui: 9 Agustus 2020   23:25 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tiga bulan penuh perjuangan aku mencoba baik baik saja dari setiap masalah yang beruntun dalam hidupku, mulai putus dengan dia, aku mulai sering kelihatan bengong ini mengurangi produktivitas kerjaku, bosku sering marah marah, tugas kuliahku sering telat deadline, belum lagi masalah dari keluargaku sendiri, aku mengalami komplikasi masalah, perfek se perfek perfeknya.

Enam bulan berlalu aku sudah mulai terbiasa sendiri kemana mana tanpa dia, mulai baik baik saja. Seorang teman menghampiriku memberiku informasi tentang Vino yang punya pacar baru. Rasanya tak percaya baru enam bulan putus dia sudah ada yang baru. Aku mau tanya dia, WAku sudah di blokir nya, dengan tidak kalah kreatifnya, aku membuat akun fake instagram aku mulai mengikutinya, mulai cari tahu tentang dia, benar saja dari postingan insta storynya dia sering jalan denganperempuan itu, aku pun mulai mengikuti akun pacar barunya. Aku tahu pacar barunya masih kuliah juga, kemana mana bawa mobil sendiri, benar benar kalah tampang kalah status dan kalah skill dariku, ibarat bumi dan langit. Hampir sesak nafas aku melihat postingan makan bareng dia bareng mamanya Vino terlihat poto mereka dengan senyuman yang sumringah begitu akrab sekali, tidak jenjang yang membatasi. Kini aku sadar alasan mama Vino bukan supaya anaknya lebih fokus kuliah lagi, hanya saja memang aku tak cukup membanggakan bagi dia, malah menyulitkan Vino. Sakit tahu tentang semua itu tapi rasanya juga tak bosan cari tahu tentang mereka , hobbi baru ku ngepoin mereka mulai tumbuh, benar aku terluka saat melihatnya, sekaligus aku merasa sembuh dari rasa penasaranku dahulu sampai sejauh mana Vino bertahan dari semua keterbatasanku. Dan ini jawabannya, dunia ini masih seperti zaman siti nurbaya, masih ada perbedaan kelas sosial, belum ada yang bisa menyatukan pandangan orang saat melihat hitam dan putih, masih dalam persfektif masing masing. Hal yang paling menyakitiku Vino tidak setulus dan sebaik yang aku percaya, setidaknya dia tidak sejahat yang baru saja aku lihat, tidak seharusnya dia pacaran dengan perempuan sosialita yang membuatku merasa pantas terbuang, tapi aku sadar ya kalau memang dia sudah jatuh cinta, dan benar benar cinta, apakah pandanganku ini benar. Teringat kenangan Vino selalu bilang aku tidak tergantikan dan akan sulit mengisi kekosongan tanpaku. Mudah sekali aku percaya dengan rayuan murahan yang sudah terbiasa tercecer dibibir laki laki yang belum mengerti komitmen, yah itu momenku jadi bagian budak cinta.

Tunggakan uang kuliah yang belum tercicil, kebijakan perusahaan tempat kerja yang semakin hari tidak mendukung dengan hari hariku, ditambah bayang bayang sudut kota yang selalu menghantuiku saat saat bersama dengan Vino membuatku ingin cepat sekali terbang dari bumi ini.

Aku pindah kota dua jam perjalanan jauhnya dari kota itu, aku berharap  seiring aku berjalan semua harapan dan abayang bayang tertingal di tapak tapak jalan yang kususuri. Semakin jauh ia kutinggalkan, semakin banyak bagian bagian kenangan yang kuhapus, mengiklaskan dan mencoba membuka hati dengan yang lain sudah kulakukan hanya untuk membuang sebekas cinta. Tapi aku makin sadar makin tak tergantikan dirinya, makin tak kutemukan yang seperti dia atau standar dirinya,yang kurasakan hati ini benar benar miliknya dan tercipta untuknya. Rasa benci dan cinta jadi dua kubu peperangan mental di hatiku, kadang benci, kadang rindu.

Setelah tiga tahun berlalu tidak ada satupun yang benar benar bisa jadi pacarku dari beberapa yang mencoba mendekatiku. Aku tidak nyaman dengan kesendirian, rasanya ku juga butuh sosok yang membatuku dalam berpikir, aku hanya sedang belajar memantaskan diri, agar tidak terjatuh pada lobang yang sama.

‘ Tuhan aku tak seharusnya seperti ini, memaksa kehendakku, sebaiknya aku harus rela bahwa mencintai tidak salah tapi yang pasti perasaan memiliki itu yang harus dibasmi, aku ingin pulih aku juga ingin bahagia seperti dia bahagia.’ Seruku  doa.

Aku mulai kembali kemasa lalu dari awal bertemu hingga berpisah, aku renungi dan bayangkan apa yang sedang terjadi, roda film mulai berputar aku mulai meriset hal hal apa yang harus aku pelajari dan buang dari kisah itu, aku hanya bisa bersyukur dalam masa itu aku pernah jadi putri tercantik yang begitu dicintai, diperjuangkan dan disayangi. Kupeluk kenangan itu erat erat, terimakasih kenangan aku pernah dititik terbaik itu, aku mulai menulisnya dalam lembaran lembaran, setelah selesai menjadi satu buku, aku tersenyum puas dan merasa lega, apa yang pernah tersimpan di hatiku sudah keluar menjadi karya. Kukirimkan kesebuah penerbit, dan dijadikan sebuah film, alhasil film itu ditonton jutaan orang.

Kini aku menjadi orang yang sangat percaya diri , apa yang akan kuhadapi, mama Vino. Ya kali ini aku datang sebagai tamu tidak di undangan ke pernikahan Vino. aku menghampiri Vino ke pelaminan, tatapan mama Vino nanar seakan tidak senang, aku tersenyum menenangkan.

‘ maaf tante semuanya akan baik baik saja kok.’

‘ kamu datang Sa, maaf nggak sempat kasih undangan.’ sapa Vino.

‘ tidak apa apa aku tahu kamu pasti sibuk, oh ya makasih banyak ya buat dulu mungkin aku nggak pernah ucapin terimakasih, hari ini harus aku katakan kamu pernah kasih kenangan terbaik bagiku, rasanya berdosa banget kalok nggak tahu terimakasih, itu sebabnya aku menguatkan diri untuk datang walau tak diundang, nggak apa apa kan?’ kukatakan sesantai mungkin dan sebercanda mungkin, karna semua memang sudah terasa ringan dari hatiku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun