Mohon tunggu...
asni asueb
asni asueb Mohon Tunggu... Penjahit - Mencoba kembali di dunia menulis

menyukai dunia menulis

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Untuk Kalian yang Tak Mampu Aku Rengkuh

9 Mei 2021   21:53 Diperbarui: 9 Mei 2021   21:55 797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kepada siapa akan aku layangkan surat ini, sedangkan orang yang aku cintai tak ada lagi yang ada hanyalah rumah tua dan gundukan tanah beku di belakang rumah. Adakah dia tahu? 

Bahwa aku berkabar lewat  goresan  kaku dan mati yang hanya mampu menghias kotak ajaib yang beberapa hari ini sedikit enggan aku pegang karena lelah yang tak bisa aku ceritakan, seperti tahun tahun yang lalu. 

Walau kau tak menjawab seperti belasan tahun yang lalu namun setidaknya beban di pundak ku terasa berkurang. Kau tetap sahabat dalam ceritaku walau cerita itu tak mampu terurai lagi.

Assalamualaikum, Wr Wb

Papa, Mama, Uni, dan Uda

Tak banyak kata yang mampu aku uraikan, dengan apa harus aku katakan. Keadaan ini membuat aku terdiam tanpa mampu berbuat apa apa, kecuali mengkhatamkan Al-Quran. Semoga pahalanya mampu menjangkau kalian, orang orang yang mengajarkan aku tentang cinta dan ketulusan.

Ingin rasanya aku berlari dari keadaan yang menimpa ini, melanggar semua peraturan yang telah ditetapkan,  untuk dapat menemui gundukan tanah yang  telah dua tahun tak kutemui. Menembus rasa kerinduan untuk bersimpuh di pusara mu yang dingin dan membeku.

Di awal puasa hati pun terus merasa teriris, perih, tak mampu menjumpai dirimu walau hanya berupa gundukan tanah beku. Kapan kedukaan ini berlalu seiring senja menuju malam.

Apa yang akan aku perjelas tentang kampung halaman yang telah lama ditinggalkan,  pulang yang kutemui gundukan tanah, bisa bercerita namun tak dijawab. Namun celoteh ini terus bergelayut manja, ingin segera bercerita padamu tentang kehidupan yang aku lalui sejak kepergian mu.

belasan tahun, kau pergi menjauh dari diri ini, meninggalkan orang orang yang kau cintai. kecintaan  kami tak begitu berarti dibanding kecintaan Allah padamu. Namun kepergian mu seperti baru kemarin sore hingga rindu ini kian melekat dalam jiwa.

Papa, Mama, Uni dan Uda.

Maafkan aku yang tak mampu merengkuh, bercerita bahkan sembari membersihkan pusaranya, celotehku terus bersamamu. Walau jauh, namun doa untukmu tak pernah putus di setiap sepertiga malam hingga setiap sujud ku. 

Mungkin hanya itu yang mampu aku lakukan, melebur kerinduan dengan sebait doa. Jika bibi  Corona pergi menjauh, dan kado yang Allah beri di bulan Ramadhan ini mampu aku lewati dengan kesabaran dan keikhlasan.

Mampu bangkit, semangat kembali menyongsong kehidupan yang telah di depan mata. Dengan seizin Allah, bukan hanya aku, tapi kita semua anak anak telah kau lahir  dan kau besarkan dengan penuh cinta kasih akan pulang bersama ke kampung halaman.

Menemani sendiri mu walau sejenak, bersimpuh di pusara mu dan bercerita tentang langkahku dan anak anakku. Bukankah kau mengajarkan aku untuk bersabar untuk melewati tangga kehidupan, tahap demi tahap hingga menjangkau apa yang aku inginkan.

Jika Allah mengizinkan dan merida, aku dan keluarga akan menetap di rumah tua yang kau bangun dengan keringat dan jerih payah mu bertahun tahun. Aku akan menjagamu dan menjaga rumah tua kita yang di dalamnya penuh dengan cinta dan kasih sayang, penuh tawa dan canda.

Buat saudara sepupu

Aku titip rumah dan pusara mereka, jika nanti telah aman dan seizin Allah aku dan saudara saudaraku akan pulang, doakan niat baik kami terlaksana untuk pulang bersama di tahun depan. Aku pun rindu menatap kalian, biarlah kerinduan kita dua tahun ini hanya lewat media yang terpenting kita tetap menjaga kesehatan kita.

Sahabat sahabat Hatiku

Rindu kalian padaku? sebagaimana rindu yang aku rasakan ini, bercanda di bawah sinar rembulan, merasakan dingin malam. namun kebersamaan kita telah mampu melebur rasa dingin yang terkadang terkalahkan dengan selembar jaket. Doakan aku mampu melewati dan menerima kado dari Allah, sebagai peringatan diri untuk menjaga tubuh ini.

Semoga tahun depan kita bisa bertemu lagi, meleburnya menjadi serpihan rindu yang kekal hingga akhir jaman.  Aku rindu bola mata yang selalu berbinar jika pulang. Semoga Allah mengizinkan.

Palembang, 09052021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun