Mohon tunggu...
Asna Aufia
Asna Aufia Mohon Tunggu... Hubungan Internasional

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Money

Masa Depan Baru Tanpa Dolar? Mimpi atau Keniscayaan Sistem Moneter Baru

13 Mei 2025   03:46 Diperbarui: 13 Mei 2025   03:54 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Selama ini dolar Amerika Serikat (AS) telah menjadi tulang punggung sistem moneter internasional. Selama puluhan tahun, dolar AS menjadi pusat sistem moneter global karena stabilitasnya dan dominasinya dalam perdagangan lintas negara. Namun, ketergantungan ini juga membuat banyak negara rentan terhadap kebijakan ekonomi dan politik AS. Sehingga, dalam beberapa tahun terakhir dominasi ini mulai mengalami tantangan serius.

Salah satu pemicu utama munculnya tantangan tersebut adalah meningkatnya ketegangan geopolitik yang melibatkan AS dan negara-negara besar lain seperti China, Rusia, serta aliansi BRICS. Negara-negara ini mulai meragukan keandalan sistem yang terlalu bergantung pada satu mata uang, apalagi jika mata uang tersebut juga digunakan sebagai instrumen tekanan politik melalui sanksi ekonomi. Akibatnya, tercipta ketidakpercayaan terhadap sistem keuangan global yang dipusatkan di AS dan mendorong negara lain untuk mencari alternatif agar tidak terlalu rentan. Hal tersebut membuat munculnya fenomena dedolarisasi. 

Apa itu dedolarisasi?

Dedolarisasi adalah upaya yang dilakukan oleh sejumlah negara untuk mengurangi ketergantungan pada dolar. Upaya tersebut dilakukan dalam berbagai aspek seperti ekonomi, termasuk perdagangan internasional, cadangan devisa, dan sistem pembayaran. 

Saat ini, beberapa negara secara aktif mengurangi ketergantungan mereka terhadap dolar dalam perdagangan internasional dan cadangan devisa. Negara Rusia dan China telah menggunakan mata uang nasional mereka dalam perdagangan bilateralnya. Kemudian, Negara-negara BRICS juga mendorong penggunaan mata uang lokal dan membahas penciptaan mata uang bersama.

Penggunaan mata uang lokal ini mengikuti Inisiatif Pembayaran Lintas Batas BRICS dengan tujuan agar mempermudah pembayaran serta meminimalkan hambatan perdagangan di antara negara-negara anggota. Selain itu, penggunaan mata uang bersama ini juga dimaksudkan agar mencegah Amerika Serikat (AS) menggunakan dolar sebagai senjata politik. 

Pernyataan tersebut juga didukung oleh Putin, "Dolar digunakan sebagai senjata. Kami benar-benar melihat hal ini. Saya pikir ini adalah kesalahan besar bagi mereka yang melakukan ini," ungkapnya yang dilansir The Guardian, Kamis (24/10/24). 

Lalu, bagaimana keadaan saat ini?

Data terbaru dari International Monetary Fund (IMF) menunjukkan bahwa pangsa dolar dalam cadangan devisa oleh bank sentral global menurun dari 65% pada tahun 2016 menjadi 57% pada akhir 2024. Penurunan ini mencerminkan diversifikasi oleh bank sentral di seluruh dunia yang mencari alternatif untuk mengurangi risiko over-reliance pada satu mata uang. 

Langkah tersebut termasuk upaya dedolarisasi. Langkah-langkah dedolarisasi ini juga diiringi oleh meningkatnya inovasi dalam teknologi keuangan. Tiongkok telah melakukan upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar melalui proyek e-CNY. E-CNY dikembangkan Tiongkok dengan memanfaatkan mata uang digital untuk transaksi lintas batas yang tidak bergantung pada sistem pembayaran global berbasis dolar. Inovasi ini memberikan peluang besar bagi negara-negara untuk membangun sistem pembayaran yang lebih independen dan efisien, sekaligus memperkuat kedaulatan moneter masing-masing.

Disisi lain, beberapa negara juga memperkuat posisi mereka dengan menambah cadangan emas sebagai bentuk lindung nilai terhadap potensi gejolak dolar. Rusia dan China tercatat secara signifikan meningkatkan pembelian emas dalam beberapa tahun terakhir. Dilansir dari idx channel, China dan Rusia dikategorikan sebagai pembeli emas yang besar. Kedua negara tersebut melihat emas sebagai aset netral politik yang dapat diandalkan dalam masa ketidakpastian geopolitik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun