Sekilatan cahaya melintas dari langit menuju bumi. Rupanya Jibril turun membawa berita untuk salah seorang makhluk bumi. Jibril melepas sayapnya, mondar-mandir di depan sebuah pintu menunggu yang hendak dijumpainya. Melihat yang ditunggu telah tampak, Jibril bersiap menyambut seorang yang ditujunya hari itu, ialah Kayati, perempuan berkulit kuning langsat dengan rambut hitam panjang tergerai sebahu.Â
Sedangkan Kayati masih terpana melihat sesosok makhluk di depannya, tangan Jibril telah lebih dulu mengulur.
"Aku ke sini untuk menyampaikan surat Tuhan kepadamu, Kayati"
"Surat dari Tuhan?"
"Ya..." sembari Jibril menyerahkan sebuah amplop berwarna merah jambu kepada Kayati yang masih termangu.
Sementara Kayati membolak-balik amplop itu, Jibril telah mengenakan kembali sayapnya dan terbang entah ke mana.
Kayati segera membuka pintu kamarnya. Sepatu hak tinggi yang semalaman dipakai dan membuat kakinya nyeri dilepaskannya begitu saja. Tak seperti biasa yang langsung ditaruh di rak dengan rapi. Tas tangan dilemparkannya ke meja, lalu tubuh yang semalaman telah bekerja keras direbahkannya di atas dipan. Kayati tak sabar ingin segera membuka surat yang katanya dari Tuhan dan telah diantarkan sendiri oleh Jibril.
Kayati membaca tulisan berbahasa arab yang tampak di bagian kanan atas amplop, tertulis "Laa taftah walaa taqra' illa bilhaq..."Â Amplop berwarna merah jambu itu telah dibukanya. Segera aroma kasturi merayap perlahan ke indera penciuman Kayati. Dengan penuh debar dibukanya surat itu dan Kayati mulai membaca baris demi baris yang tertulis.
Seharian Kayati tak bisa tidur. Tapi malam itu Kayati harus kembali bekerja kalau tak mau kehilangan bonus yang biasa didapatkan dari pelanggan tetapnya. Kayati memutuskan tak akan menceritakan apa yang tadi pagi telah dialaminya hingga seharian membuat matanya tak bisa terpejam. Khawatir teman-temannya akan bilang kalau Kayati sudah tak waras. Mana ada Jibril yang menurut riwayat hanya datang menemui nabi, rasul, dan orang suci saja bisa tiba-tiba muncul dihadapannya?
Setelah mematut dirinya di depan cermin, malam itu Kayati pergi bekerja seperti hari biasa.
Namun, tak seperti malam sebelum kedatangan Jibril. Kayati yang biasanya semalam bisa melayani 4 sampai 5 pelanggan, malam ini setelah melayani satu pelanggan saja tubuhnya sudah kehilangan gairah.