Mohon tunggu...
Asikin Hidayat
Asikin Hidayat Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru di Majalengka.

Saya hanya suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Paskibra Menjadi Tontonan Panggung

16 September 2022   22:38 Diperbarui: 16 September 2022   22:39 635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto hasil snipping video youtube.

Masih terbayang bagaimana Ivan Gunawan dan tiga juri lainnya pada ajang Indonesian's Got Talent memuji-muji penampilan kelompok Paskibra dari SMK Negeri 2 Garut sesaat setelah Paskibra yang menamakan diri Pasheman'90 itu tampil di panggung. Tidak hanya memberikan pujian, Ivan Gunawan juga memberi Pasheman'90 sejumlah uang sebagai hadiah.

Jarang sekali juri sekaliber Ivan Gunawan memberikan pujian, terlebih sampai memberikan hadiah. Dia dikenal sebagai juri yang paling kritis dan jaim, terutama bila penampil (pada ajang kompetisi apa pun) tampil tidak memuaskan. Tetapi kali ini Ivan telanjur jatuh hati terhadap Pasheman'90.

Pujian Ivan dan juri lainnya kepada Pasheman'90 tentu didasari oleh pemikiran yang kuat. Objektivitas juri tentu saja tertuju kepada bagaimana Pasheman'90 sebagai kelompok Paskibra bisa merubah sesuatu yang biasa menjadi tidak biasa. Pasheman'90 tidak sekedar menampilkan bagaimana menjadi sebuah pasukan dengan gerakan baris-berbaris yang baik dan benar, namun juga menjadi sebuah entitas tontonan yang menarik.

Secara umum, latihan dasar Paskibra adalah baris-berbaris yang kaku. Hanya bagaimana bersikap, beristirahat, menghormat, berhitung, hadap kiri, hadap kanan, balik kanan, dan gerakan-gerakan PBB resmi lainnya. Jika diperhatikan cenderung berpihak kepada gerakan-gerakan militer yang memang membutuhkan gerakan tegas dan cepat.

Gerakan Paskibra kemudian ditambah dengan variasi gerakan tidak resmi, yang sifatnya hanya sebagai pemanis, namun di sinilah kemudian Paskibra menjadi entitas eskul di sekolah-sekolah yang banyak diminati peserta didik. Ketampakgagahannya menjadi daya tarisk tersendiri.

Bahkan variasi gerakan baris-berbaris yang juga disertai yel-yel menarik, diperagakan tidak hanya oleh Paskibra yang beranggotakan pelajar, bahkan pasukan di ketentaraan dan kepolisian pun menerapkan hal yang sama. Jadilah kemudian barisan yang semula bergerak dengan aturan PBB yang kaku, kini menjadi lebih menarik dan disukai. Lomba-lomba PBB memasukkan variasi gerakan sebagai bagian dari kriteria penilaian.

Akan tetapi, dari semua yang pernah ada, baru Pasheman'90 yang berani menampilkannya di panggung. Setelah satu tampilan lolos, dituntut untuk menampilkan gerakan lain yang lebih variatif dan lebih bagus. Berikutnya, jika lolos lagi, harus menampilkan yang lain lagi. Bayangkan, betapa sang pelatih harus memiliki beberapa alternatif gerakan yang harus dilatihkan agar tetap tampil bagus di atas panggung.

Pasheman,90 sebagaimana dikatakan oleh juri Rosa yang akrab dipanggil Teh Ocha, adalah contoh yang baik bagi peminat eskul paskibra di sekolah-sekolah, yang berhasil menampilkan sesuatu yang istimewa. Melalui Pasheman'90, kita seolah diajak menonton tampilan Paskibra seolah menonton tampilan tari, tetapi dengan jiwa dan karakter yang lain.

Gerakan PBB ternyata memiliki fleksibilitas yang luar biasa, divariasikan dengan gerakan apa pun, akan menjadi sangat indah selama pelatih mengarahkannya dengan sungguh-sungguh. Ini sekaligus membuktikan bagaimana sebuah kreativitas bisa diekspresikan tanpa batas, bahkan terhadap gerakan baris-berbaris yang semula kaku.

Acungan jempol tentu pantas ditujukan kepada sang pelatih, yang selain memiliki koleksi gerakan variasi yang banyak, tetapi juga memiliki keberanian menampilkan sesuatu yang lain. Berani mendobrak pakem baris-berbaris yang cenderung kaku.

Seseorang yang berani mendobrak pakem sehingga mewujud sesuatu yang lain terkadang mendapat tantangan, bisa berupa kecaman dan kritikan. Bagi seorang kreator, kecaman dan kritikan justru baik untuk dijadikan bahan kajian, bahan pemikiran, bahan pertimbangan, untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik.

Ketika pakem wayang golek di jawa Barat dilabrak oleh dalang Asep Sunandar Sunarya, banyak yang menyayangkan dan menimbulkan kontra terutama pada para pinisepuh yang masih bepikiran ortodoks. Namun Asep berhasil membuktikan bahwa tampilan wayang golek yang melenceng dari pakem malah lebih laku di masyarakat. Jadi, apa yang salah dengan kreativitas melawan pakem?

Semua boleh menampilkan kreativitas, boleh pula mendobrak pakem. Syaratnya satu: jangan melawan dan mendobrak pakem norma dan agama!(*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun