Mohon tunggu...
Asih Setiyono
Asih Setiyono Mohon Tunggu... karyawan swasta -

I LOVE the word

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Meluruskan Kesalahpahaman Tentang Qadla Dan Qadar Allah

30 November 2011   13:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:00 1378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Satu:

Imam al-Hâfizh Abu Bakr al-Bayhaqi dalam Kitâb al-Qadar dan Imam Ibn Jarir ath-Thabari dalam Kitâb Tahdzîb al-Âtsâr meriwayatkan dari sahabat Abdullah ibn Umar bahwa Rasulullah bersabda:

صِنْفَانِ مِنْ أُمّتِي لَيْسَ لَهُمَا نَصِيْبٌ فِي الإسْلاَمِ القَدَرِيّةُ وَالْمُرْجِئَة (رواه البيهقي)

"Ada dua kelompok dari umatku yang tidak memiliki bagian dalam Islam; al-Qadariyyah dan al-Murji'ah". (HR. al-Bayhaqi dan lainnya)

Kaum Mu'tazilah dalam hal ini adalah sebagai kaum Qadariyyah, karena dalam keyakinan mereka bahwa manusia yang menciptakan segala perbuatannya, dengan demikian sama saja mereka menjadikan Allah setara dengan para hambanya karena menetapkan adanya sekutu dalam penciptaan kepada-Nya. Dalam hadits di atas disebutkan bahwa kaum Qadariyyah disebut sebagai umat Majusi karena dalam hal ini terdapat titik kesamaan antara keduanya. Kaum Majusi menetapkan adannya dua pencipta; pencipta kebaikan; yaitu cahaya, dan penciptan keburukan; yaitu kegelapan, sementara kaum Qadariyyah menetapkan manusia sebagai pencipta bagi segala perbuatannya. Bahkan dalam hal ini kaum Qadariyyah lebih buruk, karena tidak hanya menetapkan dua pencipta, tetapi menetapkan banyak sekali pencipta sebagai sekutu bagi Allah.

Hadits riwayat al-Bayhaqi dan Ibn Jarir di atas merupakan dalil bahwa dua golongan tersebut; Qadariyyah dan Murji'ah adalah golongan yang bukan bagian dari Islam. Tentang kelompok Mut'tazilah; mereka terdiri dari dua puluh golongan, beberapa di antaranya ada yang telah mencapai batas kekufuran seperti mereka yang berkeyakinan bahwa manusia sebagai pencipta bagi segala perbuatannya, dan ada pula di antara yang mereka yang hanya sesat saja seperti mereka yang berpendapat bahwa Allah di akhirat kelak tidak bisa dilihat sebagaimana di dunia ini tidak dapat dilihat, atau pendapat mereka yang mengatakan bahwa pelaku dosa besar jika mati sebelum bertaubat maka ia bukan sebagai mukmin juga bukan seorang yang kafir; namun begitu kelak ia akan dikekalkan di dalam neraka tidak akan pernah dikeluarkan, atau pendapat mereka yang mengatakan bahwa sebagian orang-orang mukmin pelaku maksiat kelak tidak akan mendapatkan syafa'at dari para Nabi, para ulama, atau  dari para syuhada. Dengan demikian, seorang yang berkeyakinan sejalan dengan faham Mu'tazilah dalam beberapa perkara terakhir disebutkan ini maka ia tidak dikafirkan, dengan catatan:


  1. Ia tidak sependapat dengan faham Mu'tazilah (Qadariyyah) yang menetapkan bahwa manusia adalah pencipta bagi perbuatan-perbuatannya sendiri.
  2. Selama ia tidak sependapat dengan faham Mu'tazilah yang mengatakan bahwa sesungguhnya Allah berkehendak bagi seluruh manusia untuk beriman dan ta'at kepada-Nya hanya saja sebagian dari mereka ada yang kafir dan berbuat maksiat kepada-Nya tanpa dikehendaki oleh-Nya. Artinya, menurut faham Mu'tazilah ini setiap kekufuran dan segala kemasiatan bukan dengan ciptaan Allah dan bukan dengan kehendak-Nya, tetapi terjadi dengan ciptaan manusia dan dengan kehendak manusia itu sendiri.
  3. Selama ia tidak sependapat dengan faham Mu'tazilah yang mengatakan bahwa Allah tidak memiliki sifat-sifat; seperti sifat 'Ilm, Qudrah, Hayât, Baqâ', Sama', Bashar, dan sifat Kalâm.


Adapun kaum Murji'ah adalah golongan yang mengatakan bahwa seorang hamba yang mukmin, sekalipun ia berbuat berbagai dosa besar dan meninggal tanpa taubat dalam keadaan membawa dosa-dosanya tersebut maka kelak ia tidak akan disiksa sedikitpun. Kaum Murji'ah ini berkata: "Sebagaimana setiap kebaikan tidak akan memberikan manfaat dan tidak ada pengaruhnya jika dilakukan dalam keadaan kufur, maka demikian pula dengan setiap dosa, ia tidak akan berpengaruh dan tidak akan membahayakan terhadap diri seorang mukmin". Mereka mensejajarkan sama persis antara pemahaman ungkapan pertama dengan pemahaman ungkapan ke dua. Ungkapan pertama: "Setiap kebaikan tidak akan memberikan manfaat jika dilakukan dalam keadaan kufur", adalah ungkapan benar, karena seorang yang kafir sekalipun banyak melakukan kebaikan maka sedikitpun ia tidak akan mengambil manfaat dari kebaikan-kebaikannya tersebut. Adapun ungkapan mereka yang kedua: "Setiap dosa tidak akan berpengaruh dan tidak akan membahayakan terhadap diri seorang mukmin", adalah perkataan kufur dan sesat, karena seorang mukmin apa bila melakukan kemaksiatan-kemaksiatan maka hal itu akan membahayakannya, artinya tidak mutlak setiap orang mukmin pelaku dosa itu akan selamat di akhirat kelak.

Dua:

Imam al-Hâfizh Abu Bakr al-Bayhaqi meriwayatkan dari Amîr al-Mu'minîn Ali ibn Abi Thalib, bahwa ia (Ali ibn Abi Thalib) berkata: "Sesungguhnya setiap orang dari kalian tidak akan memiliki keimanan yang murni di dalam hatinya hingga ia berkeyakinan dengan sepenuhnya tanpa ragu sedikitpun bahwa sesuatu yang menimpanya bukan sesuatu yang salah atas dirinya, dan ia beriman serta mempercayai sepenuhnya bahwa segala sesuatu yangterjadi dengan ketentuan Allah".

Perkataan Imam Ali ibn Abi Thalib ini memberikan pemahaman bahwa keimanan seseorang tidak sempurna hingga berkeyakinan sepenuhnya tanpa ragu sedikitpun bahwa segala sesuatu terjadi dengan kehendak Allah, baik segala perkara yang terkait dengan urusan rizki, musibah, dan lain sebagainya. Juga tidak dibenarkan bagi seseorang untuk beriman hanya kepada sebagian ketentuan Allah saja, tetapi ia wajib beriman bahwa segala apa yang terjadi pada alam ini; dari kebaikan dan keburukan, kesesatan dan petunjuk, kesulitan dan kemudahan, perkara yang manis dan perkara yang pahit, semua itu terjadi dengan penciptaan dari Allah dan dengan kehendak-Nya. Seandainya Allah tidak menciptakan dan tidak berkehendak maka sedikitpun dari semua yang terjadi itu tidak akan pernah ada dan tidak akan pernah terjadi.

Tiga:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun