Mohon tunggu...
Asih Setiyono
Asih Setiyono Mohon Tunggu... karyawan swasta -

I LOVE the word

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Belajar dan Mengajar Hidup Sederhana ( Bagian ke-1 )

25 Februari 2015   05:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:33 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagian Pertama : Lahir dari Keluarga Sederhana

Aku dilahirkan dari Ibu Kandung dan Ayah kandung yang kehidupannya sangat sederhana dan mungkin bisa disebut dalam keluarga yang selalu kekurangan, aku tidak tahu kondisi persisnya seperti apa. Dari cerita orang-orang yang kenal keluargaku , banyak cerita yang bisa aku pakai untuk membayangkan dan mengenal kedua orang tua kandungku.

Singkat cerita Ayah Kandungku berasal dari keluarga abdi dalem Keraton Solo , semasa Kakek masih tinggal di Kampung Kratonan Solo lalu pindah ke Boyolali dengan rumah yang berhalaman luas di kampung dan termasuk keluarga terpandang. Banyak yang menganggumi kesederhanaan ayah meski termasuk anak orang kaya waktu itu. Ayahku termasuk anak yang sulit di atur dan semasa remaja meninggalkan rumah merantau ke ibu kota Jakarta.

Singkat cerita Ibu Kandungku berasal dari keluarga petani di Wonogiri dan memiliki sawah yang luas. Tak ada yang istimewa dari keluarga ibu karena hanya kebanyakan keluarga petani biasa. Entah bagaimana persis ceritanya , semasa ibu remaja telah memiliki ibu angkat seorang janda kaya raya yang mewarisi tanah – tanah dari suami – suamiang telah meninggal dunia sebanak 4x menikah yang kesemuanya tidak memberikan keturunan anak atau ahli waris. Jadi , ibuku sewaktu remaja terbilang remaja yang mewarisi banyak harta sehingga banyak pemuda yang berusaha mempersunting sebagai isteri karena hartanya.

Singkat cerita ibuku bukan gadis sombong ,meski mewarisi banyak harta ibuku termasuk gadis yang sederhana. Saking banyaknya pelamar ibuku bingung harus bagaimana menolaknya. Satu – satuna cara yang dipilih ibu adalah meninggalkan kampung halaman di wonogiri dan tinggal di Ibukota Jakarta.

Singkat cerita , di ibu kota Jakarta Ibu dan Aah bertemu , menikah dan punya anak. Aku adalah anak kedua dan Kakak perempuanku yang pertama.

Sewaktu aku umur 1 tahun aku jatuh sakit dan harus di rawat di rumah sakit seperti Balita Tabung selama 23 hari tidak sadarkan diri.

Keluargaku percaya klenik sehingga untuk mengusir penyakitku , aku harus di ambil anak oleh Orang Pintar untuk beberapa tahun lamanya hingga aku beranjak besar.

Dari Ayah Kandung dan ibu Kandung mengalir darah di tubuhku yang menuruni sifat kesederhanaan.

( bersambung .... )

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun