Mohon tunggu...
Asih Setiyono
Asih Setiyono Mohon Tunggu... karyawan swasta -

I LOVE the word

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Belajar dan Mengajar Hidup Sederhana ( Bagian ke-2 )

27 Februari 2015   04:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:26 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

iri dengan sebuah kesederhanaan

Waktu itu aku masih kelas 2 SD , ada seorang teman kelas baru pindahan dari sekolah lain dari jakarta.

Sebut namanya AL dan kebetulan keluarga AL tinggal di dekat rumahku.

Karena dekat rumah dan sering bermain ke rumahnya aku jadi akrab dengan AL dan keluarganya. Ada ibu AL . Ayah AL , mbak Sri ,

mbak Heni ,Mas pur , Mas Joko dan AL sendiri.AL sendiri adalah anak bungsu dan sangat di sayang oleh ibunya bahkan sangatdi manja.

AL memang anak manja ,kadang aku merasa iri dengan AL yang memiliki ibu sebaik AL.


Bagaimana tidak iri, kehidupan masa kecil AL dengan aku sangat berbeda jauh bahkan bertolak belakang.

Aku bangun subuh dan harus segera ke pasar untuk ikut mengais rizqi di keramaian pasar sedang AL masih terlelap tidur

dan kadang bangun kesiangan ketika hendak berangkat sekolah. setiap pagi AL sarapan disuapin ibu sedang aku

harus mencari sendiri dengan bekerja dulu di pasar membantu belanja dan membawa barang belanjaan di pasar baru aku

bisa sarapan pagi sekedar mengisi perutbiar tidak kosong. AL selalu berminyak wangi setiap berangkat sekolah sedang aku

selalu berbekas keringat ketika mau masuk sekolah dengan rasa lelah ang sering ku rasakan di dalam kelas.

Aku selalu iri dengan keadaan itu dan bukan cuma itu karena masih banyak yang lain lagi yang aku rasakan saat itu.

Rasanya Tuhan telah membedakan kami terlalu jauh hingga aku kadang bermimpi memiliki seorang ibu seperti ibu AL.

Mimpi dan khayalan itu ada saat aku sendiri dalam kesedihan dan setiap hari aku menyepi sendiri di halaman sebuah rumah kosong

tanpa lampu dan gelap gulita ang menemani aku dalam tidurku.

Kehadiran ibu AL dalam mimpi dan khayalan adalah sebuah kebahagian tersendiri bagiku waktu itu.

Bagaiman tidak aku bahagia , sewaktu ibu AL yang penuh kelembutan tangannya membelai kepalaku,mengucap dan mendekap penuh kasih.

bukan karena ibu AL yang cantik atau dari keluarga yang berada tetapi karena ibu AL begitu anggun dan penuh pesona dalam keserhanaan beliau

. Jauh dari rasa sombong dan penuh kasih sayang. dan dalam diam beliaupun mampu mendamaikan hati anak kecil , yang telah

terabaikan dari kasih sayang dan perhatian orang tua. Meski itu hanyalah sebuah mimpi tapi ibu AL telah menjadi sebuah semangat

meniti masa - masa kecil yang teramat sulit dilalui oleh masa kecilku.

Dan dalam dunia nyata , ibu AL begitu meng-inspirasi aku untuk tetap hidup sederhana meski awalnya aku iri dengan kesederhanaan beliau.

( bersambung ... )

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun