***
Di tempat kerja..
"Ri ... kamu dipanggil leader kita tuch, di office," kata Irma mendekat. Sontak aku kaget dan bertanya, "Ada apa Ir?" "Kagak tau, udah sana biar aku yang packingPCB-nya," tukas Irma. Akupun bergegas ke office dekat line auto mounting, tempatku bekerja.
Setelah pintu dibuka, akupun langsung menuju ke meja Sita. "Ada apa, kok manggil aku?" tanyaku penasaran.
 "Sebenarnya aku tidak enak ngomongnya Ri. Kemarin pas kamu tidak masuk, aku ditegur oleh Mr. Kato, dan ini yang ke-3 kamu tidak masuk kerja."
"Sebenarnya aku sudah jelaskan ke Mr. Kato kalo kamu itu kuliah, makanya tidak masuk. Tapi Mr. Kato malah berpesan kalo kamu harus memilih kerja atau kuliah," jelasnya dengan tidak enak hati.
 "Ya, Mbak aku juga paham. Dan gak papa kok, ini karena keadaan. Kalau harus demikian, aku akan berpikir lagi dan rembugan ma ortu dulu, dan aku pun berat untuk meninggalkan pekerjaan yang sudah kujalani selama 5 tahun."Â
"Semoga keputusan yang ada di tanganmu, menjadi keputusan yang terbaik," bisik Sita pelan.
Semenjak aku dipanggil Sita dan diberikan SP (Surat Peringatan) aku jadi gundah. Kutatap langit-langit kamar, aku bingung tuk memutuskan 2 pilihan yang begitu sulit. Dulu waktu aku ambil kuliah karena aku ingin menjadi seorang guru yang jam kerjanya setengah hari, gak begitu capek dengan kerja di pabrik.
Sayup-sayup terdengar adzan subuh, aku terbangun. Segera aku beranjak untuk sholat, mengadukan permasalahanku pada Sang Kholiq. Aku bingung memutuskan. Gimana aku bisa kuliah kalo biayanya tidak ada, padahal tinggal menyusun skripsi, amat sayang kalau putus di tengah jalan. "Ya Allah, tolonglah hamba-Mu ini, berilah jalan keluar ...," pintaku pelan.
Hari ini aku off. Aku sedang di kost tidak ada rencana ke kampus ataupun kemana. Segera kuhubungi ibu, menceritakan permasalahanku. Sebenarnya aku tidak mau membuat mereka repot memikirkanku. Tapi sungguh tidak etis lagi, kalau tidak minta pertimbangan mereka.
Bapak ibu setuju jika aku harus keluar kerja. Dan mereka pun berusaha untuk membantu membiayai kuliahku sampe selesai. Aku tidak enak karena aku dulu berjanji untuk tidak minta uang untuk biaya kuliah, karena aku merasa mampu melakukannya sendiri.
***
Seminggu berlalu ... aku belum membuat surat pengunduran diri. "Ri ... bengong aja!!" kata Irma mengagetkanku. Â Aku menggeser tempat dudukku. Suasana pabrik masih terasa lengang, karena aktifitas di dalam tidak terdengat sampai keluar.
"Ada apa Ir ...," tanyaku heran. "Ri ... kamu sudah tau kabar tentang adanya sistem paket. Kemarin Mr. Kato meeting bersama para manajer pabrik tentang penawaran paket untuk siapa saja yang mau keluar kerja berdasarkan masa kerjanya. Dan ini lumayan buat kamu, kamu kan termasuk karyawan lama," jelas Irma.