Mohon tunggu...
Asih Eka Putri
Asih Eka Putri Mohon Tunggu... Healthcare strategist & health insurance specialist. Anggota DJSN 2014–2024

Menulis untuk mengurai isu, merawat harapan, dan menghidupkan kebijakan yang lebih manusiawi. Pecinta batik dan wastra nusantara. Menemukan keseimbangan dalam hidup lewat bersepeda, berenang, jalan-jalan ke alam, dan berkebun bunga. Percaya bahwa kebijakan yang baik lahir dari empati, pengalaman, dan keberanian untuk terus belajar.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Menyikapi Hasil Reviu RS Oleh BPJS Kesehatan: Bukan Soal Kelas, Tapi Komitmen

27 Juni 2025   17:49 Diperbarui: 27 Juni 2025   18:45 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:  Asih Eka Putri

Reviu yang Mengusik Kenyamanan

"Izin minta pendapat, kami sedang didatangi petugas BPJS Kesehatan. Gara-gara kurang tiga tempat tidur ICU, rumah sakit kami akan langsung diturunkan dari kelas C ke kelas D."

Kalimat itu terdengar sepele, tapi mencerminkan persoalan sistemik yang tak kunjung tuntas. Hasil reviu BPJS Kesehatan per 13 Juni 2025 menunjukkan hanya 371 dari 545 rumah sakit yang layak menyandang kelas sesuai izinnya. Sisanya belum memenuhi syarat, terutama terkait layanan esensial seperti ICU.

Bukan Isu Baru

Klasifikasi rumah sakit berdasarkan kelas A, B, C, dan D telah lama diatur melalui PP No. 47 Tahun 2021 dan didetilkan dalam standar bangunan, sarana dan alat Kesehatan dalam Permenkes No. 40 Tahun 2022.  Permenkes ini memberikan masa transisi hingga 21 Desember 2025. Namun hingga pertengahan 2025, banyak rumah sakit belum memenuhi standar minimum.  Padahal, klasifikasi RS akan segera diubah dengan memasukkan kompetensi pelayanan oleh PP No. 28 Tahun 2024.

Kendala klasik yang sering diungkap: biaya. Menyediakan ICU memang tidak murah. Tapi pengalaman pandemi COVID-19 menunjukkan bahwa jika insentif tepat dan skema pembiayaan masuk akal, rumah sakit dapat beradaptasi dengan cepat.

Komitmen di Masa Transisi

Penurunan kelas bukan hanya soal status administratif. Ia membawa dampak langsung pada tarif layanan. Tarif INA-CBG's untuk rumah sakit kelas D bisa lebih rendah 20--30 persen dibanding kelas C, meski jenis layanan yang diberikan serupa. Selain itu, kapasitas layanan RS Kelas D terbatas   sehingga penurunan kelas C ke D akan membatasi penjaminan oleh BPJS Kesehatan.  Hal ini berpotensi melemahkan kapasitas pelayanan dan mempersempit akses peserta JKN.

Oleh karenanya, Pemerintah hendaklah terus berorientasi strategis. Selama masa transisi hingga 21 Desember 2025, BPJS Kesehatan masih dapat membayar tarif kelas C bagi rumah sakit yang menunjukkan komitmen perbaikan dengan bukti objektif. Ini adalah kebijakan afirmatif, bukan kelonggaran yang dapat disalahgunakan.

Agar adil dan terukur, kebijakan afirmatif ini perlu dipayungi tata kelola yang akuntabel. Oleh karena itu, BPJS Kesehatan sebaiknya segera berkonsultasi kepada DJSN sebagai lembaga pengawas, pemantau, dan penilai kinerja, agar setiap keputusan berada dalam koridor yang transparan dan berkeadilan.

Jangan Biarkan BPJS Kesehatan Sendirian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun