Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Karyawan -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

rindu tak berujung rasa

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kaitan tentang Tidur, Begadang Jangan Begadang

15 Juli 2018   05:55 Diperbarui: 15 Juli 2018   08:38 1289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tribun Lampung - Tribunnews.com

Gawai sebabkan anak kurang tidur

Analisis terhadap 20 studi yang melibatkan 125.198 anak usia 6-18 tahun menguak bahwa anak yang punya akses tinggi terhadap gawai sebelum tidur akan mengalami gangguan kualitas tidur. Anak yang menatap layar elektronik minimal tiga kali seminggu mengalami 88 persen peningkatan risiko kekurangan waktu tidur (minimal 10 jam semalam untuk anak dan 9 jam untuk remaja), dan 53 persen peningkatan risiko untuk kualitas tidur yang buruk.

Tidur cukup, cekcok berkurang

Suami istri mana yang tak pernah bertengkar? Dari persoalan keuangan, mertua atau ipar, sampai pola asuh anak ... selalu ada potensi konflik dalam rumah tangga. Ternyata, perbedaan cara pasangan mengatasi friksi dipengaruhi oleh durasi istirahat mereka. Studi terhadap 43 pasangan suami-istri yang dilakukan tim ilmuwan Ohio State University mendapati bahwa mereka yang bertengkar secara destruktif memiliki waktu tidur kurang dari 7 jam. Sebaliknya, pasangan yang bertengkar secara konstruktif umumnya cukup istirahat.

Membantu mempertajam ingatan

Selama bertahun-tahun ilmuwan telah memunculkan gagasan tentang mengapa kita tidur. Beberapa mengatakan bahwa tidur adalah cara untuk menghemat energi. Beberapa lainnya mengatakan bahwa tidur menyediakan peluang untuk membuang sampah sel-sel otak.

Dua penelitian yang belum lama ini dipublikasikan di jurnal Science menawarkan alasan lain: Kita tidur untuk melupakan beberapa hal yang kita pelajari setiap hari.

Untuk belajar, kita harus menumbuhkan koneksi, atau sinapsis, di antara sel-sel saraf otak. Koneksi ini memungkinkan sel saraf untuk saling mengirim sinyal secara cepat dan efisien. Kita menyimpan ingatan yang baru di jejaring kerja ini.

Pada 2003, Giulo Tononi dan Chiara Cirelli, ahli biologi dari University of Wisconsin, mengatakan bahwa sinapsis tumbuh dengan meriah sepanjang hari, sehingga sirkuit-sirkuit otak kita menjadi "ramai". Ketika kita tidur, otak kita memangkas kembali koneksi-koneksi agar sinyal bisa lebih jelas daripada keriuhan itu. Tanpa pemangkasan di malam hari, ingatan kita menjadi buram.

Tahun-tahun berikutnya, Tononi dan Cirelli menemukan banyak bukti tidak langsung yang mendukung apa yang disebut hipotesis homeostatis sinaptik. Di antaranya adalah analisis terhadap gelombang-gelombang listrik yang dilepaskan otak dan studi terhadap tikus-tikus di laboratorium. Mereka menemukan sinapsis dalam otak tikus yang tidur adalah 18 persen lebih kecil dari tikus yang bangun.

Studi kedua dipimpin oleh Graham H. Diering, peneliti pos-doktoral di Johns Hopkins University. Diering dan rekan-rekannya ingin menjelajahi hipotesis homeostatis sinaptik dengan mempelajari protein di dalam tikus. Diering dan rekan-rekannya menciptakan sebuah jendela melalui mana mereka bisa mengintip ke dalam otak tikus. Mereka menemukan bahwa jumlah protein permukaan menurun selama tidur. Penurunan itulah yang akan terjadi jika sinapsis menciut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun