Mohon tunggu...
Ashim Amin
Ashim Amin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Islamic Writer

Mahasiswa Jurusan Syariah di Universitas Islam Madinah di Saudi Arabia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bansos di Masa Khalifah Umar bin Khattab

9 Agustus 2021   13:56 Diperbarui: 9 Agustus 2021   15:20 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hiruk pikuk bansos mengingatkan kita dengan kisah salah satu sahabat Rasulullah. Siapakah beliau? Simak kisahnya.

Di masa pemerintahan khalifah kedua Umar bin Khattab, setiap anak yang telah disapih oleh ibunya akan mendapatkan bantuan. Setiap hari khalifah Umar menerima laporan terkait program bantuan itu. Namun, beliau juga mempunyai kebiasaan keluar malam untuk melihat kondisi rakyatnya.

Suatu malam, khalifah Umar keluar dan berkeliling melihat keadaan rakyatnya. Langkahnya terhenti oleh tangisan seorang anak kecil. Beliau pun mengetuk rumah tersebut dan mengingatkan sang ibu agar mendiamkan anaknya. Perjalanan malam pun berlanjut.

Langkah khalifah kembali terhenti oleh tangisan dari rumah yang sama. Beliau kembali mengetuk pintu rumah dan menegur sang ibu lagi, 

"Kenapa belum kamu diamkan anakmu itu, kamu benar-benar bukan seorang ibu yang baik."

"Kamu tahu apa! Anakku menangis karena aku menyapihnya sebelum waktunya, supaya dia mendapat jatah bantuan dari Umar!" jawab ibu itu geram.

Amirul Mukminin tersentak. Terdiam dan pergi meninggalkan ibu dan anaknya yang kelaparan.

"Berapa banyak anak kecil yang telah dibunuh dan dizalimi oleh Umar!" sambil  menangis.

Keesokannya khalifah Umar mengubah kebijakannya menjadi setiap anak yang baru lahir akan mendapat bantuan.

Masih dimasa pemerintahan Khalifah Umar, tanah Arab sempat dilanda kelaparan dan kekeringan yang parah. Tepatnya pada tahun ke- 18 Hijrah.

Di  suatu malam khalifah Umar berkeliling bersama asistennya, Aslam. Derap langkahnya terhenti di sebuah pondok dengan suara tangis anak-anak. Amirul mukmin mendekati pondok tersebut untuk melihat kondisi sebenarnya.

Tampak seorang ibu yang sedang memasak dan anak-anaknya yang menangis. Khalifah bertanya,

"Siapa yang menangis di dalam itu?"

"Anakku" jawab sang ibu.

"Kenapa mereka menangis? Apakah mereka sakit?" tanya khalifah lagi.

"Tidak, mereka kelaparan" jawab wanita itu lesuh.

Khalifah Umar dan Aslam tertegun dengan jawaban ibu. Mereka duduk cukup lama bersama sang ibu yang terus mengaduk-aduk masakannya. Khalifah pun penasaran dengan isi bejana itu.

"Apa yang kau masa, wahai ibu?" tanya Amirul Mukminin.

"Kau lihat sendiri" jawab ibu.

Khalifah Umar dikejutkan dengan isi bejana tersebut.

"Apakah kau memasak batu?"

"Aku memasak batu-batu ini untuk menghibur anakku. Inilah kejahatan Khalifah Umar bin Khattab. Dia tidak mau melihat ke bawah, apakah kebutuhan rakyatnya sudah terpenuhi atau belum," ucap wanita yang tidak mengetahui bahwa khalifah itu ada di depannya.

" Lihatlah aku. Aku seorang janda. Sejak pagi tadi, aku dan anakku belum makan apa-apa. Jadi anakku pun kusuruh berpuasa, dengan harapan ketika waktu berbuka kami mendapat rezeki. Namun ternyata tidak. Sesudah maghrib tiba, makanan belum ada juga. Anakku terpaksa tidur dengan perut kosong. Aku mengumpulkan batu-batu kecil, memasukkannya ke dalam bejana dan kuisi air. Lalu batu-batu itu kumasak untuk membohongi anakku dengan harapan dia akan tertidur lelap sampai pagi. Ternyata tidak. Mungkin karena lapar, sebentar-sebentar dia bangun dan menangis minta makan," lanjutnya.

"Namun apa dayaku? Sungguh Umar bin Khattab tidak pantas jadi pemimpin. Dia tidak mampu menjamin kebutuhan rakyatnya," ucapnya lagi.

Aslam yang geram berusaha mengingatkan, namun khalifah mencegah. Mereka pun pergi mengambil bahan makanan untuk ibu dan anak-anaknya.

Kedua kisah di atas seharusnya bisa menjadi contoh bagi kita dan para pemimpin. Sudah menjadi tanggung jawab pemerintah memastikan bahwa setiap rakyatnya tercukupi. 

Namun, tugas besar ini tidak akan berhasil jika pemerintah bekerja sendiri. Kita semua harus bekerja sama dan saling membantu sesama. Mulailah dari hal kecil di sekitar kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun