REVOLUSI SPIRITUAL
Bangsa Indonesia masih seperti di zaman proklamasi
Menjelang proklamasi kemerdekaan Bangsa Indonesia masih belum mengerti betapa tinggi nilai kemerdekaan bagi suatu bangsa yang harus bertanggung jawab atas negara yang dimiliki.
Dengan sebuah negara maka diakuilah keberadaan suatu bangsa dengan segala haknya di antara bangsa-bangsa lain di dunia.
Di antara para tokoh yang pidato tentang dasar kemerdekaan yang dipersiapkan oleh Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Hanya seorang Bung Karno tokoh yang menjelaskan arti bernegara dan berbangsa bagi suatu bangsa.
Hanya dengan penjelasan sepintas, yang terucap dalam pidato Bung Karno yang tidak tertulis. Seketika "Bangsa Indonesia" menjadi seperti baru mengerti dan tersadar akan arti sebuah negara merdeka bagi suatu bangsa. Maka segera berkobar-kobarlah gairah semangat rakyat Indonesia untuk segera merdeka.
Tidak usah menunggu rakyat harus pandai semua. Tidak usah menunggu rakyat sehat kuat semua untuk merdeka. Bangsa Indonesia harus siap merdeka pada hari ini juga, kurang lebih demikian kira-kira seruan bunyi sepenggal kalimat Bung Karno dalam pidato 1 Juni 1945.
Dan gemuruhlah tepuk tangan yang hadir menyambut pernyataan tegas dari jiwa patriotik yang merindukan kehadiran bangsanya dalam kehidupan yang abadi.
Maka sangat wajar bila di usia lewat tujuhpuluh dua tahun N.K.R.I. Bangsa Indonesia sudah bisa menyadari bahwa dirinya adalah satu diantara bangsa-bangsa besar di dunia.
Dalam pidato 1 Juni 1945, Bung Karno mewanti-wanti agar Bangsa Indonesia nanti tidak merasa sebagai bangsa yang paling hebat dan paling benar di muka bumi.
Bung Karno tidak suka dengan pengakuan orang Eropa---Hitler, yang kelewat sombong dengan menyatakan bahwa bangsa Jerman adalah di atas segala bangsa. "Deutschland uber Alles."  Demikian seperti yang dikutip dalam pidato Bung Karno tersebut.