Mohon tunggu...
Rohmadi
Rohmadi Mohon Tunggu... Guru - Profesi sebagai Guru dan Pustakawan di Ma'had Bustanul Quran Assuryaniyah Bekasi

Nama saya adalah Rohmadi. Sementara nama pena saya adalah Ahmad Shadiq (ashadiq ghazi). Saya berhobi untuk membaca dan menulis. Saya suka membaca buku cerita dan motivasi dalam pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tulislah, Agar Jadi Pelaku Sejarah Peradaban

6 Februari 2024   12:06 Diperbarui: 6 Februari 2024   12:10 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

"Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu tulisan bisa menembus ribuan bahkan jutaan kepala." (Sayyid Qutb).

       Manusia punya peranan penting dalam sejarah. Manusia bisa hidup bermakna, tinggal memilih mau berperan sebagai penonton, pengamat atau sebagai pelaku dalam sejarah? Padahal, sejarah adalah milik manusia. Setiap gagasan, peristiwa, fakta dan semua perasaan yang kita lihat, berarti kita selalu merubah alam pikiran menjadi format tulisan. Hal ini  terbukti sebuah karya tulis, untuk sepanjang masa. Memang ucapan ini untuk menjadi bersejarah dalam kancah zaman.

       Sejarah tidak hanya mencatat peristiwa besar dan tokoh terkenal semata, tetapi juga menciptakan ruang bagi setiap individu untuk menjadi pelaku sejarah. Setiap tindakan, keputusan, dan kontribusi memiliki potensi untuk memberikan dampak yang signifikan pada arus waktu. Dalam mengejar kehidupan yang bermakna, penting bagi kita untuk memahami peran kita sebagai pelaku sejarah. Tulis-lah agar menjadi pelaku sejarah bukan hanya panggilan, tetapi juga tindakan nyata yang membentuk dan meninggalkan jejak berharga di lembaran sejarah masa depan.

       Apakah menulis itu penting? Melihat masa lalu dalam sejarah, kita bisa mengambil sebuah pelajaran hidup yang luar biasa. Masa lalu adalah bahasa tulisan yang tidak akan habis, sepanjang masa. Ini merupakan manfaat dalam menulis.

      Berkaitan manfaat dalam menulis, saya ingat Imam Ali bin Thalib r.a. berkata: "Ikatlah ilmu dengan menuliskannya." Bahkan Ustadz Ismail Yusanto, termasuk Cendekiawan Muslim secara lengkap menyampaikan pesan dari Imam Ali, beliau berkata: "Ikatlah ilmu dengan tulisan agar tidak menguap di telan zaman. Ilmu itu buruan dan tulisan itu pengukatnya, maka ikat buruan itu dengan tali yang kuat.

      Selain itu, pentingnya menulis sesuai dengan ajaran Islam. Ternyata, menulis bisa termasuk sebagai upaya untuk melestarikan ilmu. Hal ini, Imam Syafi'i pernah bertutur: "Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya. Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat, termasuk kebodohan kalau engkau berburu kijang, setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja." (Diwan Asy-Syafi'i).

      Bahkan, menulis itu ajaib. Dengan menulis pasti akan melejitkan potensi dirinya. Hal ini ternyata memberi semangat untuk menuliskan setiap yang kita rasa, pikirkan, lihat dan dengarkan. Dengan "buka mata" masa lalu dalam perjalanan masa, atau sering dalam pembicaraan mengenai Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), seorang muslim berbeda dengan non muslim. Sebab, bagi seorang muslim selalu merasa untuk bertanggung jawab terhadap apa yang ia tulis. Sebagaimana dalam sebuah syair yang indah,

           "Penulis itu seolah memukulkan pedang

            Tulisannya abadi sepanjang zaman

            Tulis-lah hanya sesuatu

            Yang membuatmu senang di Hari Kiamat."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun