Mohon tunggu...
sashavalia
sashavalia Mohon Tunggu... MAHASISWA

hobi, berolahragaa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Memahami Tanda sebagai Sebuah Proses Menurut Charles Sanders Peirce

4 Oktober 2025   13:25 Diperbarui: 4 Oktober 2025   13:25 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam dunia Semiotika, atau ilmu tentang tanda, terdapat dua tokoh raksasa yang fondasi pemikirannya menjadi acuan utama: Ferdinand de Saussure dari aliran Eropa dan Charles Sanders Peirce dari Amerika. Jika Saussure memandang tanda sebagai hubungan dua bagian antara Penanda (Signifier) dan Petanda (Signified), maka Peirce menawarkan model yang lebih dinamis dan kompleks. Konsep tanda menurut Peirce bukanlah entitas yang statis, melainkan suatu proses yang terus berlangsung yang disebut semiosis. Pemahaman terhadap model Peircean ini sangat penting untuk menganalisis bagaimana makna tercipta, ditafsirkan, dan berkembang dalam komunikasi, budaya, seni, dan bahkan ilmu pengetahuan.

Trikotomi Utama: Tanda, Objek, dan Interpretan

Inti dari teori Peirce terletak pada konsep triadik atau tiga unsur yang saling berhubungan. Sebuah tanda, menurut Peirce, hanya dapat berfungsi dalam relasi antara ketiga unsur ini:

Representamen (Tanda itu Sendiri):

Ini adalah bentuk fisik dari tanda itu sendiri---sesuatu yang dapat dirasakan oleh indera. Bisa berupa kata yang diucapkan, gambar, suara, bau, objek, atau bahkan sebuah peristiwa. Representamen adalah sesuatu yang berada untuk seseorang dalam kapasitas tertentu. Misalnya, asap hitam yang membubung tinggi adalah sebuah Representamen.

Object:

Ini adalah entitas yang dirujuk atau diwakili oleh Representamen. Object adalah "dunia nyata" yang coba ditunjukkan oleh tanda. Dalam contoh asap, Object-nya adalah api. Object adalah alasan mengapa Representamen itu ada.

Interpretant:

Ini adalah konsep yang paling krusial dan membedakan Peirce dari Saussure. Interpretan bukanlah orang yang menafsirkan, melainkan makna atau pemahaman yang tercipta dalam pikiran seseorang ketika mereka menghubungkan Representamen dengan Object-nya. Dengan kata lain, Interpretan adalah "tanda dalam pikiran" yang dihasilkan oleh tanda pertama. Melihat asap (Representamen) yang merujuk pada api (Object), maka Interpretan yang muncul di benak kita adalah "kebakaran" atau "ada sesuatu yang terbakar".

Hubungan ketiganya bersifat dinamis dan tak terputus. Proses ini tidak berhenti di satu Interpretan. Interpretan pertama itu sendiri dapat menjadi Representamen baru yang akan menciptakan Interpretan kedua, dan seterusnya, dalam rantai semiosis yang tak berujung. Misalnya, tanda "asap" menciptakan Interpretan "kebakaran". "Kebakaran" ini kemudian menjadi Representamen baru yang menciptakan Interpretan berikutnya, seperti "bahaya", lalu "lari menyelamatkan diri", dan seterusnya.

*Tiga Klasifikasi Tanda yang Terkenal

Peirce mengklasifikasikan tanda berdasarkan hubungan antara Representamen dan Object-nya. Klasifikasi tiga lapis (trikotomi) ini adalah kontribusi terbesarnya yang paling sering diaplikasikan.

1. Berdasarkan Sifat Tanda itu Sendiri (Qualisign, Sinsign, Legisign)

Qualisign: Tanda yang keberadaannya sebagai tanda bergantung pada kualitasnya. Misalnya, warna merah pada lampu lalu lintas. Warna merah itu sendiri adalah sebuah kualitas yang menjadi tanda. Sebuah Qualisign harus diwujudkan dalam suatu peristiwa (Sinsign) untuk bisa berfungsi.

Sinsign (Singular Sign): Tanda yang keberadaannya sebagai tanda bergantung pada fakta bahwa ia adalah suatu peristiwa atau kejadian tunggal yang spesifik. Contoh: asap yang Anda lihat dari cerobong pabrik hari ini adalah sebuah Sinsign. Ia nyata, terjadi sekali, dan spesifik.

Legisign (Lawful Sign): Tanda yang berfungsi berdasarkan suatu hukum, aturan, atau konvensi. Legisign adalah sebuah type yang diwujudkan dalam berbagai token (Sinsign). Contoh: Kata "anjing" adalah sebuah Legisign. Aturan bahasa Indonesia menetapkan bahwa rangkaian huruf a-n-j-i-n-g merujuk pada hewan tertentu. Setiap kali Anda menulis atau mengucapkan kata "anjing", Anda sedang membuat sebuah Sinsign (token) dari Legisign (type) tersebut.

2. Berdasarkan Hubungan antara Tanda dan Objeknya (Icon, Index, Symbol)

Icon: Tanda yang memiliki kemiripan atau kesamaan sifat dengan Object-nya. Hubungannya bersifat analogis. Contoh: Foto seseorang (mirip dengan wajah aslinya), peta (mirip dengan geografi wilayah), diagram, onomatope seperti "kukuruyuk" (mirip dengan suara ayam jago).

Index: Tanda yang memiliki hubungan kausal (sebab-akibat) atau hubungan keberadaan secara fisik dengan Object-nya. Keduanya terhubung dalam dunia nyata.

Contoh: Asap adalah index dari api (hubungan kausal). Demam adalah index dari penyakit. Jarum penunjuk pada speedometer adalah index dari kecepatan mobil. Arah angin adalah index dari tiupan angin itu sendiri.

Symbol: Tanda yang hubungan antara Representamen dan Object-nya bersifat arbitrer (semena-mata) dan bergantung pada kesepakatan atau konvensi sosial. Inilah yang paling dekat dengan tanda Saussurean. Contoh: Kata-kata dalam bahasa (kata "meja" tidak mirip dengan objek meja, tidak ada hubungan fisik, kita hanya sepakat menyebutnya demikian). Lampu merah lalu lintas (konvensi bahwa merah berarti berhenti). Lambang palang merah (simbol bantuan medis).

3. Berdasarkan Hubungan antara Tanda dan Interpretannya (Rheme, Dicisign, Argument) Klasifikasi ini melihat bagaimana tanda dipahami oleh pikiran.

Rheme: Tanda yang diinterpretasikan sebagai kemungkinan makna atau suatu kualitas. Ia seperti predikat yang menunggu subjek. Sebuah kata sifat atau kata benda umum adalah Rheme. Contoh: Kata "indah" atau "kucing". Kata-kata ini membuka kemungkinan interpretasi tentang apa yang indah atau kucing yang mana.

Dicisign (Proposition): Tanda yang diinterpretasikan sebagai suatu pernyataan faktual tentang objeknya. Ia menyampaikan sebuah klaim kebenaran. Contoh: Kalimat "Langit itu biru." Ini adalah sebuah proposisi yang dapat dinilai benar atau salah. 

>Argument: Tanda yang diinterpretasikan sebagai suatu prinsip atau hukum logis. Ia merupakan tanda yang menyimpulkan suatu kebenaran. Contoh: Silogisme: "Semua manusia akan mati. Socrates adalah manusia. Jadi, Socrates akan mati." Kesimpulan "Socrates akan mati" adalah sebuah Argument.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun