Dalam dunia Semiotika, atau ilmu tentang tanda, terdapat dua tokoh raksasa yang fondasi pemikirannya menjadi acuan utama: Ferdinand de Saussure dari aliran Eropa dan Charles Sanders Peirce dari Amerika. Jika Saussure memandang tanda sebagai hubungan dua bagian antara Penanda (Signifier) dan Petanda (Signified), maka Peirce menawarkan model yang lebih dinamis dan kompleks. Konsep tanda menurut Peirce bukanlah entitas yang statis, melainkan suatu proses yang terus berlangsung yang disebut semiosis. Pemahaman terhadap model Peircean ini sangat penting untuk menganalisis bagaimana makna tercipta, ditafsirkan, dan berkembang dalam komunikasi, budaya, seni, dan bahkan ilmu pengetahuan.
Trikotomi Utama: Tanda, Objek, dan Interpretan
Inti dari teori Peirce terletak pada konsep triadik atau tiga unsur yang saling berhubungan. Sebuah tanda, menurut Peirce, hanya dapat berfungsi dalam relasi antara ketiga unsur ini:
Representamen (Tanda itu Sendiri):
Ini adalah bentuk fisik dari tanda itu sendiri---sesuatu yang dapat dirasakan oleh indera. Bisa berupa kata yang diucapkan, gambar, suara, bau, objek, atau bahkan sebuah peristiwa. Representamen adalah sesuatu yang berada untuk seseorang dalam kapasitas tertentu. Misalnya, asap hitam yang membubung tinggi adalah sebuah Representamen.
Ini adalah entitas yang dirujuk atau diwakili oleh Representamen. Object adalah "dunia nyata" yang coba ditunjukkan oleh tanda. Dalam contoh asap, Object-nya adalah api. Object adalah alasan mengapa Representamen itu ada.
Interpretant:
Ini adalah konsep yang paling krusial dan membedakan Peirce dari Saussure. Interpretan bukanlah orang yang menafsirkan, melainkan makna atau pemahaman yang tercipta dalam pikiran seseorang ketika mereka menghubungkan Representamen dengan Object-nya. Dengan kata lain, Interpretan adalah "tanda dalam pikiran" yang dihasilkan oleh tanda pertama. Melihat asap (Representamen) yang merujuk pada api (Object), maka Interpretan yang muncul di benak kita adalah "kebakaran" atau "ada sesuatu yang terbakar".
Hubungan ketiganya bersifat dinamis dan tak terputus. Proses ini tidak berhenti di satu Interpretan. Interpretan pertama itu sendiri dapat menjadi Representamen baru yang akan menciptakan Interpretan kedua, dan seterusnya, dalam rantai semiosis yang tak berujung. Misalnya, tanda "asap" menciptakan Interpretan "kebakaran". "Kebakaran" ini kemudian menjadi Representamen baru yang menciptakan Interpretan berikutnya, seperti "bahaya", lalu "lari menyelamatkan diri", dan seterusnya.
*Tiga Klasifikasi Tanda yang Terkenal