Mohon tunggu...
Asep Setiono
Asep Setiono Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pamulamg

Menulis makna yang terbilang cukup sulit

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Moralitas pada Seni Pertunjukan Wayang Kulit "Semar Mbangun Khayangan" oleh Ki Anom Suroto

7 Mei 2023   17:40 Diperbarui: 7 Mei 2023   17:53 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam hal ini membuktikan bahwa moralitas selanjutnya pada tokoh utama. Tokoh utama tersebut memiliki beberapa sifat yang maju, sombong, dan berwibawa tinggi. Tercatat bahwa karakter yang dibawakan oleh tokoh utama pada naskah drama tersebut disetiap adegan atau babak selalu menimbulkan konflik yang selalu bertentangan pada lawan bicaranya.  Data tersebut diperkuat dalam kutipan dibawah ini.

"Ana wigati apa wor? Matur wae marang gustimu ing Ngamarta, mumpung akeh pepunden ingkang sowan ana pendapa agung, matur ingkang cetha ya wor!"

Data diatas menunjukkan karakter tokoh Puntadewa sebagai seorang pemimpin lepas, artinya semuanya dapat dibantah tanpa terkecuali. Dalam hal ini, sifat keras kepala dan terkadang suka menimbukan banyak konflik di tengah adegan panas. Namun dibalik itu semua, percakapan tersebut justru dinilai dari segi positifnya akan tetapi juga bukan dari segi negatif. Karena, hal semacam ini menimbulkan kesalahpahaman yang terus berlanjut. Maka dari itu, pembelajaran tersebut sangat bertajuk pada komunitas panduan yang sesuai penulisan ilmiah.

F. Kesombongan

Sombong adalah sifat buruk terhadap sebagian orang perlakuan dialaminya. Kesombongan tersebut terbentuk ketika seseorang yang telah menyelesaikan suatu pekerjaan, baik itu berupa tugas, sebuah karya, dan lain sebagainya. Menurut (Putri & Sutrisna, 2021) kesombongan adalah letak sebagai candaan dan merupakan tidak santun terhadap lawan bicaranya serta dianggap kurang efektif dalam melakukan sebuah percakapan kecil yang secara teratur. Kurangnya menumbuhkan budaya kesopanan dianggap tidak penting bagi masyarakat sekitar. Berikut data dalam naskah drama tersebut diambil untuk memperjelas tokoh utama dalam hal yang telah menunjukkan sifat sombong.

"Iya, wong mung nyekel adat bae kurang sempurna. Kudu nduweni syahadat, Ashaduanlailahailallah waashadzuana muhammadur rosulullah. Kuwe kudu loro-lorone iring-iringan! Ora kena genggang sak rambut pinara sasra."

Data terakhir, terlihat jelas dalam paparannya terhadap tokoh Semar yang terlihat sombong. Tetapi akan hal itu, bukan bersifat tidak sopan terhadap apa yang sudah diucapkan. Hal tersebut terbentuk dengan rasa gembira yang pernah dialami tokoh Semar. Makna dalam tak terlihat inilah yang menyebabkan sesuatu teks sulit dimengerti dan memperdalam wawasan bagi generasi selanjutnya.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dalam naskah seni pertunjukan wayang kulit "Semar Mbangun Khayangan" dapat disimpulkan bahwa naskah drama tersebut merupakan realitas dan moralitas kehidupan sosial. Dengan menggunakan perspektif Jacques Derrida dengan menggunakan teori dekonstruksi, penulis menemukan enam bentuk moralitas pada naskah drama yang sudah diteliti. Diantaranya, (1) moral dilihat dari hubungan manusia dengan Tuhan (2) tidak mensyukuri nikmat Tuhan, (3) moral dilihat dari hubungan manusia (4) tidak sopan terhadap orang lain, (5) moral dilihat dari hubungan manusia dengan dirinya sendiri (6) Kesombongan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun