Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Otopsi Sebuah Bangsa Pintar yang Tidak Cerdas

5 Juni 2025   11:58 Diperbarui: 5 Juni 2025   11:58 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

B. Pendidikan Berbasis Problem Solving dan Adaptif

"Tujuan pendidikan bukanlah mengisi ember, tapi menyalakan api." --- William Butler Yeats

Indonesia telah terlalu lama mengisi ember. Tahun demi tahun, generasi demi generasi dijejali dengan hafalan, akreditasi, dan penilaian administratif yang tidak mencerminkan kompetensi kehidupan nyata. Maka, reformasi yang benar-benar menyentuh akar harus mengubah paradigma: dari mengisi kepala ke melatih cara berpikir, dari menghafal jawaban ke menemukan pertanyaan.

1. Paradigma Baru: Belajar untuk Menyelesaikan Masalah

Pendidikan harus menyiapkan anak muda menghadapi dunia nyata yang kompleks dan tidak terduga. Oleh karena itu, kurikulum harus:

Menyusun pembelajaran lintas-disiplin (interdisciplinary) yang menyentuh isu nyata: dari perubahan iklim, ekonomi digital, hingga ketahanan pangan.
Memberikan proyek berbasis komunitas atau kebutuhan lokal (misalnya: membuat sistem irigasi sederhana, membuat aplikasi UMKM lokal, merancang solusi transportasi desa).
Mendorong pelajar untuk merumuskan masalah, bukan hanya menjawab soal.
Studi dari World Economic Forum (2024) menunjukkan bahwa keterampilan utama abad ke-21 meliputi complex problem solving, analytical thinking, dan cognitive flexibility --- hal-hal yang tidak tumbuh dalam model ujian pilihan ganda.

2. Fleksibilitas Kurikulum: Modul Modular dan Microlearning

Kurikulum tidak bisa lagi kaku dan seragam. Pendidikan harus memberi ruang bagi siswa untuk:

Memilih jalur sesuai minat dan kebutuhan industri lokal.
Belajar dengan model blended learning dan microlearning, termasuk sertifikasi singkat dan proyek mandiri.
Berganti jalur bila perlu: dari teknik ke desain, dari agrikultur ke bisnis digital.
Model ini telah diterapkan di India dan Singapura melalui National Skill Development Corporation dan SkillsFuture Credit, di mana warga bisa belajar ulang dan menyesuaikan keahliannya sepanjang hidup.

3. Lingkungan Belajar yang Adaptif dan Inklusif

Pendidikan adaptif bukan hanya tentang konten, tapi juga ekosistem:

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun