Filsafat Nalar, Nyali, Nurani: Dari Keingintahuan Menuju Revolusi Paradigma Berbasis Kemanusiaan
Abstrak
Tulisan ini mengajukan sebuah kerangka filsafat aksi yang berbasis pada tiga konsep utama: nalar, nyali, dan nurani, sebagai elaborasi praksis dari sikap intelektual curious, critical, rebellious. Dalam konteks pergulatan manusia dengan realitas, fenomena sosial, dan diskursus-diskursus dominan, pendekatan ini menekankan pentingnya keingintahuan sebagai motor epistemologis awal, berpikir kritis sebagai metode dekonstruktif, dan keberanian eksistensial untuk merombak paradigma yang mapan. Namun, perubahan tanpa etika akan kehilangan arah; karena itu, nilai-nilai nurani menjadi kompas moral agar transformasi yang dicapai tetap berakar pada kemanusiaan dan keadilan. Kajian ini memadukan pendekatan filsafat kritis (Foucault, Habermas), eksistensialis (Kierkegaard, Sartre), dan etika tanggung jawab (Levinas) dalam membangun suatu filsafat pembebasan yang tidak hanya reflektif, tetapi juga transformatif. Dengan demikian, gagasan ini berpotensi menjadi dasar ontologis dan praksis bagi gerakan intelektual dan sosial yang ingin melampaui status quo tanpa kehilangan arah etiknya.
Outline
I. Pendahuluan
Latar belakang gagasan: urgensi menghadirkan kerangka filosofis yang relevan dengan zaman krisis dan dominasi narasi tunggal.
Permasalahan utama: bagaimana membangun suatu kerangka berpikir dan bertindak yang mampu menantang status quo secara kritis namun tetap berakar pada nilai kemanusiaan.
Tujuan tulisan: merumuskan dan mengelaborasi "Nalar, Nyali, Nurani" sebagai kerangka filsafat aksi berbasis curiosity, critical thinking, rebellion, dalam konteks pembebasan pemikiran dan praksis sosial.
Metodologi: Kajian kualitatif berbasis filsafat konseptual (conceptual analysis), hermeneutik kritis, dan dialog antar gagasan filosofis.
II. Landasan Teoretis dan Konseptual
a. Curious sebagai dasar epistemologis: keingintahuan dalam tradisi filsafat, dari Plato, Descartes, hingga Dewey
