Kehendak sebagai Inti Kesadaran: Sintesis Filsafat, Psikologi, dan Neurosains tentang Kuasa, Ilmu, dan Cinta sebagai Atribut Intensional
Abstrak
Tulisan ini mengusulkan kerangka konseptual yang menempatkan kehendak sebagai elemen dasar dan aktif dari kesadaran manusia, serta memposisikan kuasa, ilmu, dan cinta sebagai atribut yang bergantung padanya. Melalui pendekatan interdisipliner yang menggabungkan filsafat fenomenologis, psikologi volisional, dan temuan neurosains terkini, artikel ini mengkaji bagaimana relasi antara empat unsur ini dapat menjelaskan tindakan manusia yang otentik maupun yang otomatis, etis maupun manipulatif. Kehendak dipahami sebagai prasyarat bagi pengaktifan kesadaran, di mana kuasa bertindak sebagai sarana eksekusi, ilmu sebagai sumber pencerahan arah, dan cinta sebagai orientasi nilai. Ditekankan bahwa ketiga atribut tersebut dapat hadir tanpa kombinasi lengkap, tetapi kualitas keberadaan dan implikasinya berubah secara drastis tergantung pada keterkaitannya dengan kehendak. Model ini relevan dalam menghadapi krisis etika di era kecerdasan buatan, serta sebagai fondasi untuk menganalisis relasi sosial, politik, dan eksistensial kontemporer. Penelitian ini juga menawarkan kontribusi pada upaya sintesis ilmu dan humanisme dengan membuka jalur pemahaman lintas disiplin yang lebih utuh mengenai manusia sebagai subjek yang sadar dan bertindak.
Kata kunci: kehendak, kesadaran, kuasa, ilmu, cinta, filsafat, psikologi, neurosains, etika, interdisipliner
Outline
1. Pendahuluan
Latar belakang: Krisis kesadaran dan kehilangan agensi di era otomatisasi
Rumusan masalah: Apa peran ontologis dan fungsional kehendak dalam kesadaran?
Tujuan penelitian: Menyusun kerangka interdisipliner antara kehendak dan atributnya
Signifikansi: Relevansi dalam bidang etika, AI, relasi sosial, dan desain kebijakan
2. Landasan Teoretis