Sementara bagi yang suka berkebun atau beternak, budidaya tanaman hidroponik, ikan hias, atau ayam petelur bisa menjadi pilihan yang menyenangkan sekaligus menguntungkan. Tapi perlu diingat jangan terlalu membebani fisik, ingat usia pensiun adalah usia tua, dimana kemapuan fisik sudah menurun.
b. Â Menulis
Menjelang masa pensiun, kebiasaan menulis ternyata bisa menjadi aset berharga. Jika Anda sudah terbiasa menuangkan pikiran dalam tulisan, momen pensiun justru bisa menjadi kesempatan emas untuk mengembangkan hobi ini, entah dengan menerbitkan buku, mengisi blog, atau bahkan menjadi penulis lepas.Â
Aktivitas ini tidak hanya mencegah 'pensiun aktivitas' yang sering membuat hari-hari terasa hampa, tetapi juga memberi manfaat luar biasa bagi kesehatan otak. Penelitian para ahli membuktikan bahwa rajin menulis dapat membantu mempertahankan ketajaman memori dan mengurangi risiko kepikunan di usia senja. Jadi, selain menghasilkan karya, Anda juga investasi untuk kesehatan kognitif jangka panjang!
3. Â Jaga Kesehatan dan Energi
Agar tetap produktif di masa pensiun, kesehatan adalah aset paling berharga. Karena itu, rawatlah tubuh sejak dini. Lakukan medical check-up secara rutin dan miliki asuransi kesehatan sebagai bentuk perlindungan.Â
Jadikan olahraga sebagai bagian dari gaya hidup, mulai dari jalan pagi, yoga, hingga berenang. Tak kalah penting, jaga pola makan yang sehat dan pastikan waktu istirahat cukup. Dengan tubuh yang bugar, kita bisa terus berkarya dan menikmati masa pensiun dengan penuh semangat.
4. Â Siapkan Mental untuk Transisi Pensiun
Menjelang pensiun, persiapan mental ternyata tak kalah penting dari persiapan finansial. Saya teringat percakapan dengan seorang mantan estate manager di perkebunan kelapa sawit.Â
Dengan nada getir, ia bercerita, 'Orang yang tak siap pensiun bisa stres berat. Bayangkan, dulu HP-ku tak pernah berhenti berdering, rekan kerja minta pendapat, atasan minta solusi, seolah aku pusat segalanya. Tapi begitu pensiun? HP sunyi senyap, kecuali saat istri atau anak menelepon. Syukurlah, aku sudah menyiapkan kebun dan usaha sampingan sebelum pensiun. Itu yang menyelamatkanku dari rasa hampa dan stres.'
Kisahnya menyadarkan kita bahwa pensiun bukan sekadar berhenti bekerja, tapi juga kehilangan peran, rutinitas, dan eksistensi yang selama ini memberi arti. Tanpa aktivitas pengganti yang memotivasi, rasa sepi dan 'tak dibutuhkan' bisa menggerogoti mental. Maka, selain menabung uang, siapkan pula 'tabungan' kegiatan bermakna (entah bisnis, hobi, atau kontribusi sosial) sebagai jangkar psikologis di masa transisi ini.