Tak terbilang ingkar dan lupa padamu,
satu hari yang dipastikan,
pertemuan denganmu,
janji kita bersama,
seperti yang tertulis dalam buku catatan harianku.
Sedikitpun aku tak bisa berpaling dan mengelak,
lari atau membatalkan pertemuan itu,
aku tak punya alamat lain untuk kembali,
dengan sendirinya,
takdir akan menuntunku ke arahmu,
ke haribaanmu.
Aku tahu betapa besar kasihmu padaku, betapa baik kau perlakukan aku,
kauberi yg kubutuhkan,
walau tak selalu ikuti kemauanku,
tapi aku lebih sering abai padamu,
merendahkan segala jasamu.
Aku hanya ingin kaumaafkan, untuk hati yang mendua,
serta lupa semua tanda kasihmu.
Jangan kautanya apa yang kulakukan di belakangmu,
karena diam-diam kautahu ke mana aku selama ini,
kautahu semua tentang aku,
termasuk perasaan-perasaanku padamu,
aku tak bisa sembunyi dari matamu,
tak ada tempat yang luput dari pandanganmu,
tak ada peristiwa yg berlaku tanpa kautahu.
Jangan kautanya,
aku punya apa dan bawa apa untuk kupersembahkan padamu,
aku telah lalai dan menyia-nyiakan semua kesempatan dan kepercayaanmu, aku rasa,
penyesalan tak kan cukup menghibur hatimu,
air mataku tak mungkin meluluhkanmu,
dan memberiku sekali lagi kesempatan.
Karena saat itu semua pena telah tersimpan,
semua catatan telah diberi tanda titik terakhir.
Ah.
@salam dari Asep Nurjamin di Bumi Guntur Melati
