Mohon tunggu...
Asep Bahtiar Pandeglang
Asep Bahtiar Pandeglang Mohon Tunggu... bahtiar.net

Baca buku

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Gunung Karang Pandeglang, Indahnya Wisata Rohani ke Makam Syekh Kamaludin

4 Oktober 2018   02:50 Diperbarui: 5 Oktober 2018   04:24 4971
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ki Kama adalah salah satu nenek moyang kami yang selalu namanya disebut di setiap doa yang kami panjatkan, kuburan beliau baru beberapa bulan ini kami temukan" Ujar Ustaz Afif kepada saya pada hari itu.

*****

Hari itu kebetulan saya pergi untuk menengok saudara saya yang ada di Kota Pandeglang dan bertemu dengan Ustaz Afif ini, pada kesempatan tersebut dia banyak berterimakasih kepada saya karena telah menulis secuil sejarah dari masjid tua yang ada di puncak Gunung Karang.

Ternyata tulisan tersebut, menurut Ustaz Afif, menjadi viral dan dibaca oleh para pejabat yang ada di Kota Pandeglang, setelah adanya tulisan tersebut, dana bantuan terus mengalir untuk pembangunan area perluasan masjid. Tulisan tentang masjid tua yang ada di Gunung Karang tersebut pernah saya tulis di Kompasiana, cek di sini. 

***

Ustaz Afif pada hari itu, mengajak saya untuk berziarah ke Syekh Kama, atau Kibuyut Kama, saya bertanya tentang siapa sebenarnya sosok beliau itu dan ternyata menurut Ustaz, beliau bernama lengkap Syekh Kamaludin, salah satu penyebar agama Islam di daerah Pandeglang, Banten.

"Kalau bisa dibilang beliau ini dulunya salah satu pertapa atau pengkholwat, suka menyepikan diri dari keramaian manusia, beliau mendirikan pesantren lalu meninggal di sana"

Ust Afif Mengajak saya naik ke gunung | Dokpri
Ust Afif Mengajak saya naik ke gunung | Dokpri
masih berjalan setelah gubuk itu kita belok kanan | Dokpri
masih berjalan setelah gubuk itu kita belok kanan | Dokpri
Setelah mendapat sedikit informasi, saya lalu mengiyakan ajakan Ust Afif, kami pun berangkat dengan mengendarai sepeda motor, dan memang jalurnya hanya bisa dilalui dengan kendaraan roda dua. perjalanan naik motor ini sampai ke Kampung Pasir Angin Kecamatan Pagar Batu, Sepeda motor kami titipkan ke salah satu rumah warga disana. Selanjutnya kami berjalan ke atas, naik ke gunung sekitar 2 Kilometer jauhnya. Melewati sawah dan perkebunan milik warga.

Tidak ada sejarah yang mendetail soal riwayat hidup Syekh Kamaludin ini, toh kuburannya baru saja ditemukan oleh warga setempat, bangunannya pun masih seadanya, tidak bertembok semen, melainkan dibangun dari bambu dan kayu-kayuan, terlihat oleh saya mushola-nya pun masih sangat baru.

Ustadz Afif menjelaskan "Kalau kata ayah saya, sewaktu saya masih kecil, suka dibilangin begini, kamu kalau ada masalah, itu hadiahkan saja al-Fatihah kepada sesepuh penjaga Gunung Karang, yakni Ki Suba, Ki Subi, Ki Kama, Ki Nata, Ki Karan, nah yang sekarang kita ziarahi ini adalah Ki Kama atau nama panjangnya adalah Syekh Kamaludin" Ujar Ustadz Afif menjelaskan detailnya, Saya manggut-manggut saja mendengar penjelasan tersebut.

"Lalu dimana kuburan Ki Suba Ki Subi dan lainnya" Ustaz Afif menjawab "Nah itulah yang masih menjadi pertanyaan saya juga sampai sekarang, Ki Suba dan Ki Subi ini kuburannya belum ditemukan oleh kami, kemungkinan mereka berada di paling puncaknya lagi diatas gunung karang" Dari Penjelasan si Ustadz itu saya mengerti bahwa ternyata di Gunung Karang itu terdapat ratusan para wali Allah yang tinggal di sana lalu meninggal dunia dan tuidak diketahui kuburannya berada dimana. 

Pantas saja Gus Dur pernah mengatakan bahwa sebelum ada Pesantren Ampel yang didirikan oleh Sunan Ampel, di Puncak Gunung Karang itu terdapat Pesantren Tertua di Indonesia yang keberadaannya sampai sekarang belum banyak diketahui warga setempat.

Begitulah riwayat singkat dari apa yang saya dengar tentang Syekh Kamaludin ini, Saran saya, jika ingin berziarah ke sini dianjurkan untuk tidak berziarah di musim hujan sebab jalannya akan terasa sangat licin sekali. Jangan lupa membawa air minum untuk persiapan naik ke gunung, karena saya sendiri sampai ngos-ngosan dan beberapa kali berhenti untuk sekedar beristirahat.

Area makam, ada Musala juga kamar kecil | Dokpri
Area makam, ada Musala juga kamar kecil | Dokpri
Musala kecil yang dibuat oleh warga | Dokpri
Musala kecil yang dibuat oleh warga | Dokpri
isi di dalam Musala, semuanya masih baru | Dokpri
isi di dalam Musala, semuanya masih baru | Dokpri
Area makam Syekh Kamaludin berada didalam perkebunan warga, tertutupi rerimbunan pohon. Di area makam, sudah dibangun oleh warga setempat seperti musala dan kamar mandi yang di dalamnya ada sebuah sumur keramat peninggalan dari syekh Kama. Tentunya agar tidak tersesat jalan, jika ingin kesana harus meminta tolong kepada juru kunci terlebih dahulu atau bisa minta diantar ke warga setempat agar sampai tiba ke area pemakaman.

Setelah tiba di sana, pemandangannya akan sangat indah, sebab Kota Pandeglang terlihat dari ketinggian. Bagi saya berziarah ke Syekh Kama ini mendapatkan dua wisata, yakni wisata rohani, juga sekaligus wisata alam. Ahh.. pokoknya menyesal kalau tidak sampai ke sana. Warga Pandeglang wajib berkunjung ke sini. Foto terakhir (mejeng dikit), saya pun dibuat sukses ngos-ngosan saking kelelahannya.

Rehat sejenak. Dokpri
Rehat sejenak. Dokpri

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun