Sebagai anak bangsa dan pewaris Indonesia, judul ini bukan hanya sekadar kata-kata. Ini adalah ajakan untuk merenungkan bersama tentang janji, mimpi, dan masa depan yang kita tanggung. Tiga kata ini memiliki makna sejarah serta semangat untuk masa depan. Mari kita menapaki jalan panjang menuju Indonesia yang kita impikan.
Kemerdekaan adalah janji. Pertanyaan yang masih menggantung adalah apakah kita benar-benar bisa memenuhi janji itu. 17 Agustus 1945 menjadi puncak pernyataan janji tersebut. Sejak saat itu, setiap generasi mewarisi pertanyaan yang tak kunjung terjawab tentang apakah janji kemerdekaan telah dilaksanakan dengan baik.
Janji
Proklamasi 1945 bukan hanya teks singkat dua alinea, melainkan sebuah janji bersejarah. Sebuah janji bahwa negara ini akan mampu berdiri di atas kaki sendiri, terlepas dari penindasan dan memperhatikan kesejahteraan rakyatnya.
Janji ini merupakan dasar bagi semua konstitusi, kebijakan, dan diskusi politik. Namun, delapan puluh tahun berlalu, masih banyak rakyat yang hidup dalam ketidakadilan.
Ada yang bersekolah tinggi dan ada yang putus sekolah lebih awal. Ada yang menikmati jalan tol baru dan ada yang tetap menunggu kapal kayu moda penyeberangan antar-pulau.
Janji kemerdekaan selalu menghadapi tantangan. Mulai dari praktik korupsi yang menggerogoti kepercayaan, birokrasi yang lambat menjawab kebutuhan rakyat, hingga pembangunan yang sering kali tidak merata.
Namun, janji tersebut tetap menjadi panduan yang menunjukkan arah meski jalannya penuh liku. Bangsa ini tidak boleh melupakan jalan yang telah ditetapkan oleh para pendiri bangsa.
Mimpi
Kemudian bermunculan berbagai impian. Dari pidato-pidato Bung Karno, dari buku Mimpi tentang Indonesia yang ditulis Budiman Tanuredjo, sampai Visi Indonesia Emas 2045 yang dirumuskan Bappenas.
Mimpi tentang Indonesia sebagai negara maju, adil, dan makmur bahkan masuk ke dalam daftar lima besar ekonomi dunia.
Impian tentang sekolah yang terbuka untuk semua kalangan, lapangan kerja yang inklusif, kesetaraan gender, serta kemajuan teknologi yang tidak mengabaikan manusia.