Mohon tunggu...
Asep WSetiawan
Asep WSetiawan Mohon Tunggu... Guru - Sedang belajar menulis

Guru Sejarah, SMA Santa Maria 1 Bandung

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Korupsi dan Pelajaran Sejarah

25 November 2020   15:10 Diperbarui: 25 November 2020   15:13 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Pembangunan suatu bangsa beserta identitas nasional mustahil dapat terselenggara tanpa mendalami sejarah bangsanya sendiri" (Sartono Kartodirdjo)

Pernyataan sejarawan Indonesia,  Sartono Kartodirjo,  di atas mengajak kita masuk pada suatu kegelisahan yang mendalam, apalagi moment sekarang adalah Hari guru. Sebagai praktisi pendidikan, kegelisahan tersebut saya terjemahkan bahwa apabila generasi muda pada saat ini tidak memahami bahkan mendalami sejarah perjalanan bangsa Indonesia secara tepat dan serius. Dengan demikian, sangat sulit rasanya mereka dapat membawa bangsa Indonesia ke tingkat yang lebih baik.

Paparan di atas mengisyaratkan bahwa generasi muda merupakan aktor penting dalam memperbaiki kekeliruan-kekeliruan sejarah  yang terjadi di masa lalu dan masa sekarang. Tentu, saja dengan bercermin pada peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lalu dan masa sekarang.  Sehingga cerita sejarah kedepan akan betul-betul objektif  apabila menjadi bahan dan sumber belajar.

Dewasa ini kekeliruan yang sangat mengganggu peningkatan kesejahteraan bangsa Indonesia adalah masalah korupsi. Korupsi terjadi mulai dari aparatur pemerintahan pusat sampai daerah. Mulai dari kasus anggaran mendirikan bangunan, penyelewengan dana kemanusiaan, proyek pengadaan barang dan jasa. Hasil pajak yang tidak tepat sasarannya, pembuatan surat izin, sampai pada proses penegakan hukum.

Semakin menguatnya praktik serta pemberitaan korupsi di Indonesia yang menjadi konsumsi publik, sedikit banyak telah mendorong kebiasaan berperilaku koruptif dikalangan masyarakat. Kebiasaan yang pada awalnya dianggap tabu, menjadi kebiasaan yang dianggap lumrah dan wajar.

Menurut hemat penulis, salah satu akar penyebab korupsi adalah kurangnya kemauan  masyarakat dalam memahami sejarah bangsa. Akhirnya korupsi yang sudah jelas berpengaruh buruk, masih tetap dipraktekan pada masa sekarang tanpa mempertimbangkan akibat yang akan ditimbulkannya.

Sejarah sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan disetiap tingkatan sekolah, memiliki peranan yang sangat besar dalam menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai-nilai sejarah dari peristiwa-peristiwa masa lalu. Pendidikan sejarah tidak hanya diberikan untuk mengembangkan kemampuan akademik, tetapi bagaimana siswa mampu mendalami dan mengaplikasikan pemahamannya kehidupan sehari-hari.

Siswa harus diberi pemahaman melalui contoh tindakan sosial nyata dan positif untuk memutuskan budaya korupsi. Caranya dengan mengajak "berziarah" kemasa lalu dan berusaha mendalami sejarah perjalanan bangsa sendiri, terutama berkaitan dengan sejarah korupsi di Indonesia. 

Dengan demikian, siswa diharapkan akan betul-betul mempunyai pemahaman yang mendalam mengenai masalah korupsi yang sedang terjadi sekarang.

Ada berapa nilai penting  yang harus ditanamkan guru ketika mengajak siswa "berziarah". Pertama, menumbuhkan pemahaman siswa bahwa praktek-praktek korupsi yang semakin menjamur dewasa ini, merupakan warisan sistem feodal yang berlaku dan berakar dimasyarakat. Penyerahan upeti kepada raja dimasa lalu menjadi cikal bakal budaya korupsi hingga sekarang.

Kedua, membangun kesadaran dengan menghayati betapa buruknya budaya korupsi pada masa lalu yang masih dipraktekan pada masa sekarang, sehingga menjadi titik awal untuk memutus budaya feodal sebagai pewaris budaya korupsi yang menjamur di masyarakat dewasa ini dan akan semakin memudahkan bangsa Indonesia mencapai kemakmuran.                      

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun