Mohon tunggu...
Asep Totoh Widjaya
Asep Totoh Widjaya Mohon Tunggu... Dosen - Keep Smile and Change Your Life

Guru SMK Bakti Nusantara 666-Kepala HRD YPDM Bakti Nusantara 666 Cileunyi Kab.Bandung, Wakil Ketua BMPS Kab. Bandung, Dosen di Universitas Ma'soem, Konsultan Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Memilih Pemimpin Terbaik

16 Oktober 2020   05:40 Diperbarui: 16 Oktober 2020   05:45 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pilkada serentak 2020 menjadi istimewa dengan kondisi pandemi covid19, harapannya semoga bisa berjalan dengan lancar, aman dan menghasilkan pemilihan dan kualitas demokrasi yang lebih baik atau sebaliknya. Sebagai warga negara yang baik, tentu kita ingin mensukseskan PILKADA dengan cara berpartisipasi aktif dalam seluruh rangkaiannya.

Namun, siapakah yang akan kita pilih? memilih pemimpin yang baik itu tidaklah mudah. Disinilah kita diuji keputusan untuk masa lima tahun kedepan, tentu yang harus kita pilih adalah yang terbaik.

Untuk menentukan siapa yang terbaik di antara mereka, sangatlah relatif. Setiap kita akan mengatakan si A yang terbaik atau si B yang terbaik, dengan kriteria tertentu yang kita pakai. Jika kita berpartai A, maka hampir bisa dipastikan kita akan memilih pemimpin yang berpartai sama, yakni partai A, begitu juga yang lain.

Namun, jika pemimpin itu tidak dalam satu partai dengan kita, maka kita akan memilih pemimpin yang kita anggap terbaik. Objektivitas baik yang terakhir ini tentu lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan satunya, yakni pemimpin yang berpartai sama.

Saat ini di tengah ujian pandemi covid19, seorang pemimpin terbaik akan hadir di tengah-tengah kesulitan rakyatnya (sense of ctisis). Pemimpin yang menghadirkan cinta yaitu adanya rasa cinta terhadap yang dipimpinnya. Dalam istilah Arab, cinta dikatakan dengan mahabbah yang secara harfiah bermakna mencintai, mengasihi, menyayangi.

Cinta seorang pemimpin akan diwujudkan dari segala upaya memenuhi keperluan yang dicintainya, walaupun dengan mengorbankan keinginan dirinya. Nabi Muhammad SAW bersabda;

"Sebaik-baik pemimpin ialah yang kalian cintai, dan ia cinta kepada kalian, dan kalian mendoakan mereka dan mereka pun mendoakan kalian." (HR Muslim).

Pemimpin terbaik akan hadir untuk mau dan rela berkorban, tak ada kemajuan bangsa tanpa pengorbanan kepemimpinan. Tak ada kemajuan tanpa jangkar moral yang andal. Sejatinya pilihan-pilihan kebijakan politik dan ekonomi harus dijejakkan pada kesanggupan para pemimpin mengorbankan kepentingan egosentrismenya demi memuliakan nilai-nilai moral kenegaraan, prinsip-prinsip yang penting bagi orang banyak. Kekuatan moral akan mengalahkan pencitraan, populisme, seolah-seolah membela kepentingan rakyat, tapi mengorbankan rakyat yang lain.

Tidak ada pemimpin hebat yang lahir di zona nyaman., tidak ada pencapaian hebat yang tumbuh dari zona nyaman. Bahkan, leiden is lijden, memimpin itu menderita. Begitu pepatah kuno Belanda yang dikutip Mohammad Roem dalam karangannya berjudul Haji Agus Salim, 'Memimpin Adalah Menderita' (Prisma No 8, Agustus 1977). Karangan itu mengisahkan keteladanan Agus Salim. Agus Salim dikenal sebagai salah satu tokoh perjuangan nasional. Ia diplomat ulung dan disegani, tetapi sangat sederhana dan sangat terbatas dari sisi materi.

Jika dicermati, ungkapan tersebut sangat sarat makna. Memimpin itu, pada level mana pun, ialah amanah, bukan hadiah. Memimpin itu sacrificing, bukan demanding. Memimpin itu berkorban, bukan menuntut.

Senyatanya kepemimpinan di satu sisi dapat bermakna kekuasaan, tetapi di sisi lain juga bisa bermakna tanggungjawab. Ketika kepemimpinan dimaknai sebagai kekuasaan, Allah SWT. mengingatkan kita bahwa hakikat kekuasaan itu adalah milik Allah SWT. Allah SWT yang memberi kekuasaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah pula yang mencabut kekuasaan dari siapapun yang dikehendaki-Nya, seperti dalam surat Ali Imran ayat 26.

Kepemimpinan bukan keistimewaan, tetapi tanggung jawab. Ia bukan fasilitas tetapi pengorbanan. Ia juga bukan leha-leha, tetapi kerja keras. Ia juga bukan kesewenang-wenangan bertindak, tetapi kesewenangan melayani. Selanjutnya kepemimpinan adalah keteladanan berbuat dan kepeloporan bertindak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun