Mohon tunggu...
Catatan_98
Catatan_98 Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

terpaksa aku bercerita lewat kata, semua isinya seperti di depan mata. kutanya pada para bayang perihal ia terus melekat, yang semakin dekat dan buatku sukar memberi pendapat.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Angin

28 Agustus 2020   15:12 Diperbarui: 28 Agustus 2020   15:14 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku gemuruh suara yang tak kasat mata
Hembusan nan bersahabat dirasa sepanjang masa
Menyejukkan di kala pagi buta
Amuk riyuh menerjang di kala malam dan masa
Dan aku tidak pernah ada tempat untuk menetap
Berlabuh aku di lautan dua permukaan luas
Aku disebut angin
Ilahi sang kuasa yang maha menciptakan
Dan aku tak dapat di genggam
Namun aku hanya bisa diungkapkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun