Mohon tunggu...
Gusti Imam
Gusti Imam Mohon Tunggu... Pelajar -

Fakta, Pendidikan, Matematika, dan Mimpi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Spektrum, Mimpi Para Pemimpi(n)!

24 Agustus 2017   20:47 Diperbarui: 24 Agustus 2017   21:29 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kami berdelapan memimpikan Indonesia yang lebih baik dari saat ini. Mungkin juga bukan hanya kami, tapi kalian para pemuda-pemudi Indonesia  dan seluruh rakyat Indonesia menginginkan hal itu. Namun untuk menggapai hal itu apa yang harus dilakukan? Apa hanya dengan berharap semua itu bisa terwujud? Apa hanya dengan berdiam diri semua keinginan akan tercapai? Sungguh itu tidak mungkin terjadi jika hanya berdiam diri tanpa melakukan apa-apa dan bahkan hanya dengan menunggu semua itu terjadi. Tertulis jelas di kitab suci Al-qur’an dalam Qs. Ar-rad (13):11 terletak ditengah ayat “…. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri….”.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Jika bukan kita yang merubah lalu siapa? Jangan hanya menunggu dilakukan oleh orang lain. Bergeraklah dan melangkah. Memang tak mudah untuk merubah suatu bangsa menjadi lebih baik lagi namun tidak ada salahnya menjadi yang ambil bagian dari hal tersebut. Kami berdelapan pun menemui banyak hal yang menghalangi untuk mengambil langkah ini yang tidak hanya dari faktor luar bahkan juga faktor dalam diri kami sendiri. Dalam menjalan kan proses untuk menggapai impian kami masing-masing butuh penggerak dan penyemangat. Dalam hal ini adalah Randy sebagai penyemangat kami. Dia memberikan kami barang-barang yang bisa menjadi pengingat kami akan cita-cita. Namun hal itu ternyata tidak cukup, beberapa dari kami mengalami kemunduran dalam prosesnya. Seperti Kamil yang tiba-tiba mendadak berhenti kuliah karena faktor biaya dan juga Raden yang tak kunjung selesai akan skripsinya. Namun hal itu belum bisa membuat Randy menyerah untuk terus merangkul kami untuk tetap dalam jalur. Begitu pun dengan Fajar, ia terus coba merangkul teman yang lain untuk terus melangkah meneruskan apa yang sudah dimulai walaupun ada kala harus berhenti sejenak. Ide demi ide dikeluarkan untuk menjaga kami tidak berhenti terlalu lama, kata demi kata dilontarkan sebagai sentilan saat kami merasa malas atau merasa jengah dengan apa yang kami jalani. Kami cinta Indonesia tapi kecintaan kami akan  Indonesia memeliki arti yang berbeda. Sempat terjadi perdebatan hal tersebut saat sudah hampir semua Spektrum tak ada kemajuan dalam prosesnya bahkan merasa impiannya hanya sebagai isapan jempol belaka.  Disini saya dan Fajar meledak namun Fajar masih dapat menahan emosinya tidak dengan saya. “ Jadi sebenernya maunya kaya gimana? Seakan apa yang lo tulis di hari itu cuma sebagai impian belaka. Kalo cuma begini doang terus lo pada mundur perlahan ya buat apa Randy sampe segitunya ngasih lo pada benda untuk pengingat? Buat apa Randy dan Fajar ngeluarin ide idenya kalo kalian pun gak ada pergerakannya?” saya sampai mengatakan itu di group chat, Randy dan iwan memilih diam. Sampai akhirnya keluarlah mereka yang merasa dirinya sudah melenceng jauh atau merasa tidak suka dengan apa yang dikatakan saat itu di grup chat Spektrum mengenai proses yang tak ada kemajuan dan semangat yang kendur bahkan hilang. Alhamdulillah perkataan saya direspon walau melalui chat pribadi antara saya, Yusa dan Fajar. Malam itu, saya diomelin Fajar “ente pake meledak mam, ane udah nahan nahan. Bikin kerjaan aje ente” saya pun hanya bisa memohon maaf atas kejadian itu. Sudah tidak tahan rasanya melihat keadaan Spektrum seperti itu.  Iya, kami berkomunikasi via whatsapp, saling berkabar dengan chat, dan bertemu saat diakhir minggu walau hanya sekedar main tanpa ada pembahasan khusus dari Spektrum.

Dengan masalah yang muncul, semangat yang mulai terkikis karena rasa malas dan faktor kuliah yang belum rampung saat itu. Kami berdelapan saat itu memang masih menjalani pendidikan untuk sarjana bahkan saya sendiri belum mulai kuliah saat itu. Saya mulai kuliah ditahun 2014 sedangkan kami berkomitmen untuk menjalankan proses mencapai impian kami 3 tahun di mulai awal tahun 2013. Rata-rata dari kami lulus sarjana antara tahun 2014-2016, bahkan saya dan Randy akan lulus ditahun 2017 atau 2018 inshaa Allah. Saat diawal kami membentuk Spektrum memang bukan tentang impian yang tercapai atau tidaknya yang jadi patokan tapi sudah sampai dimana proses kami untuk mencapai impian.

Saat itu memang sudah sampai batasnya untuk mendiamkan teman yang hanya berdiam diri tanpa melakukan apa-apa bahkan menghilang tanpa kabar seperti Raden. Seakan hal ini hanya sebagi permainan yang bisa ditinggalkan begitu saja. Tujuan dibentuknya Spektrum adalah untuk merangkul teman-teman lainnya di dalam Spektrum itu sendiri dan untuk panutan bagi para pemuda-pemudi lainnya nnti baik itu sekarang atau pun digenerasi berikutnya. Karena jika menjalani sendiri tanpa bantuan orang lain lebih terasa sulit, itu yang Randy katakan. Sepertinya masalah itu pun menemui puncaknya, Randy pelopor Spektrum akhirnya memilih keluar dan memisahkan diri sejenak dari yang lainnya. Hanya Iwan dan Fajar yang bertemu dengannya kala itu untuk mendapat kabar Spektrum lainnya. Saya pun mencoba menghubunginya namun hanya dibalas seperlunya tanpa hasil bisa bertemu, sempat saya pancing dengan saya pesan kaus puisi yang ia jual di Instagram @tumpukankaus, namun hal itu pun tak berhasil untuk menemuinya.

Berjalan beberapa lama dengan hilangnya Randy dari Spektrum, kami terus menjalankan proses penggapaian impian kami walaupun beberapa dari kami masih jalan di tempat. Kamil saat itu pun aktivitasnya hanya merawat hewan peliharaannya, menjaga ibu nya dan menghabiskan waktu dengan game dismartphonenya. Berulang kali saya,Fajar dan Iwan mengatakan untuk bergerak dari tempatnya namun tak begitu banyak hasil yang didapat. Harapan kami bertiga saat itu walau belum bisa melanjutkan kuliah setidaknya bekerja dari situ nanti bisa meneruskan kuliah inshaa Allah. Pada akhirnya Kamil pun bekerja disalah satu perusahaan swasta di bilangan Permata Hijau Jakarta walau hanya tak berlangsung lama karena saat itu hanya dibutuhkan karyawan untuk beberapa bulan membackup pekerjaan setidaknya dia memiliki pengalaman bekerja.

Hari-hari dilewati seperti tak ada beban impian yang kami ucapkan dulu. Lewat begitu saja tanpa ada semangat membara untuk menggapai impian. Karena sudah jengah untuk coba merangkul mereka yang masih diam di tempat tak bergerak. Namun kami tetap menjalin tali silatuhrahim saat ada kesempatan, biasanya kami berkumpul di rumah Kamil yang kami sebut markas. Disitu tempat kami menyelaraskan hati dan pikiran kami. Sampai akhirnya Randy kembali ke Spektrum dan mulai lagi untuk menyemangati kami bertujuh walau tidak semuanya tergerak setidaknya masih ada beberapa yang tetap bergerak untuk impian dan tujuan awal Spektrum.


Saat-saat menjelang tahun 2016, memang tak terlalu signifikan kemajuan dari proses yang kami jalani. Saya masih menjalani perkuliahan dan mengajar di bimbel sebagi guru matematika, Fajar lulus dengan gelar SFt nya dan bekerja di tempat Gym, Iwan sudah bekerja di beberapa kantor audit dengan gelar S.E, Yusa lulus dengan gelar S.I.Kom dan tak lama setelah kelulusan ia bekerja di salah satu media Indonesia, Randy masih menjalani pendidikannya di semester akhir dan terus menjalankan usaha kaus puisinya, Muarif bekerja di puskemas sebagai staff pengadaan yang sebelumnya lulus tepat waktu dengan gelar S.Si, Kamil masih dengan hewan peliharaannya dan kembali kuliah namun dijurusan yang berbeda dari sebelumnya yaitu Pendidikan Bahasa Inggris, dan Raden yang saat  saya menulis cerita ini pun masih belum ada kabar tapi yang saya dengar dari teman satu kampusnya dia masih menyusun skripsinya.

Perjalanan kami masih begitu panjang untuk mencapai impian dan cita-cita kami untuk Indonesia. Semoga masih akan terus berlanjut proses dari kami untuk itu. Rasa cinta tanah air tidak cukup hanya diucapkan namun juga coba dibuktikan dengan hal yang kita bisa untuk membuatnya terus lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun