Mohon tunggu...
Aryni Ayu
Aryni Ayu Mohon Tunggu... Penulis - Asisten Peneliti

Cleopatra

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sejarah Agama Hindu

28 Juli 2013   21:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:54 6952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pada zaman veda ini disebutkan mereka percaya dengan dewa-dewa, mereka percaya ada dewa-dewa sebagi penolong yang amat baik sebagai berikut:

  1. Yang terpenting adalah Dewa Indra, Dewa Indra sebagai Dewa Perang, Dewa Hujan, Dewa halilintar, Dewa penganugrah, Dewa sahabat manusia.
  2. Dewa yang terpenting kedua pada zaman Veda adalah Dewa Waruna/Baruna disebutkan sebagai Dewa Pengampun segala dosa (kita di Bali memiliki tradii melukat/mandi kelaut) , Dewa air, Pengukum yang bersalah, Dewa Alam Smesta, Dewa lautan Luas.
  3. Juga ada beberapa dewa lainnya tapi tidak begitu diangap penting namun berperan antara lain Dewa Agni/ Dewa Brahma sebagai dewa perantara antara manusia dengan Tuhan (Guide manusia ke Tuhan) (ingat fungsi pasepan/ agni homa), sebagi Wujud dari Pendeta/dewa pelaksana upakara, Dewa yang memperbaiki kesalahan mantra, dewa Agni sebagai saksi (Di Bali kita ingat fungsi hasep/dupa), dewa yang dapat melihat segala-galanya dengan memiliki banyak muka dengan banyak mata. Sebagai Dewa penolak roh jahat (ingat di Bali kita membikin dapur di dekat pintu pekarangan).
  4. Dewa lain juga berperan di zaman veda adalah Dewa Ludra sebagai dewa tumbuhan obat-obatan, dewa pembunuh mahkluk hidup yang bersalah dan  Dewa Gunung.
  5. Dan dewa lainnya yang dipuja pada zaman ini yaitu Dewa Visnu sebagai Dewa matahari (Tri wikrama: terbit, siang dan terbenam). Dewa Maruti yang disebutkan sebagai Dewa Angin Ribut, Dewa Wayu sebagai Dewa Angin, DewaParjanya sebagai Dewa Awan,  juga disini disebutkan bahwa Dewa Aditya sebagai Dewa Matahari dipuja dengan berbagai wujud, misalnya sebagai Dewa mitra (Dewa yang bersifat dermawan), Dewa Aditya sebagai Dewa Surya (Dewa pemberi sinar), Dewa Aditya sebagai Dewa Sawitri (Dewa pemberi Gairah), Dewa Aditya sebagai Pushan (Dewa pemberi makanan) dan Dewa Aditya sebagai Dewa Sawita, Ashwin dan Usada. Dan juga Dewi Saraswati sebagai dewa Sungai dan dewa Ilmu pengetahuan pada zaman itu.

Percaya Adanya Tuhan Yang Maha Esa

Dan pada Rig Veda ditegaskan bahwa Tuhan itu adalah Esa yang memiliki banyak nama. Dalam kitab suci Rig Veda (Mandala X) menyatakan bahwa “yang ada berasal dari yang tidak ada” dan “ yang nyata muncul dari yang tidak nyata” yaitu kepercayaan monotheisme.  pada zaman ini tidak ada diajarkan menyembah dan membuat patung, ataupun membuat kuil-kuil tempat pemujaan mereka memuja Tuhan di tempat terbuka atau altar-altar seperti Padmasana (di Bali). Itu terjadi di zamaan Rig Veda antara tahun sekitar 1500 sebelum masehi-1000 sebelum masehi.

Pentingnya Upacara Kurban / Yadnya

Pada zaman Veda ini masyarakat bersifat orthodox yaitu tradisi mempersembahkan binatang sebagai kurban suci, seperti pada kitab atharwa veda disebutkan doa-doa untuk mengiringi binatang dalam upakara kurban, adanya yadnya kurban suci yang brtujuan: 1. Mengharmoniskan keadaan alam 2. Untuk mendapatkan kekuatan, kekuasaan dan kemenangan. 3. Untuk memproleh kemakmuran, kesejahteraan, keselamatan dan agar tanah subur. 4. Untuk mendapatkan pengampunan dosa. 5. Sebagai bukti bhakti untuk mencapai sorga. Ada juga kurban upakara khusus lainnya dilakukan pada zaman veda ini bagi praktisi/pelaksana bertujuan seperti:

  • Untuk memproleh keturunan.
  • Untuk mendapatkan kekayaan.
  • Untuk memenuhi keinginan personal lainnya.

Pada zaman veda ini disebutkan bahwa dengan melakukan upakara yadnya juga  dipercaya akan mendapatkan hasil sebagi berikut:

  • Untuk membantu  roh binatang itu pergi kesorga (Regveda 1.162.21 penafsiran dari Rsi Viasa /Ortodox)
  • Untuk membebaskan dosa dari binatang itu dan juga untuk membebaskan dosa dari yang mempersembahkannya.
  • Binatang dikorbankan maka para dewa akan memebrikan kekayaan /rejeki pada orang yang melakukan yadnya persembahan tersebut.
  • Roh binatang yang dipersembahkan itu akan terlahir menjadi kehidupan yang lebih terhormat.

Pada zaman veda ini ada berbagai macam yadnya besar yang dilakukan diluar rumah atau ditempat umum disebutkan dalam kitab Rig veda jenis upakara kurban itu antara lain:

  • Ashwanedha yadnya yaitu suatu persembahan binatang kuda termasuk persembahan manusia, ini sutu persembahan yang sangat utama. Dipersembahkan dengan cara disemblih atau dilepaskan, disebutkan upakara yang utama membutuhkan 609 jenis binatang baik binatang yang hidupnya di air, darat dan udara. Upakara seperti ini hanya boleh dilakukan oleh pejabat  tinggi pemerintahan, kaum bangsawan/raja yang dilakukan selama kurun waktu satu tahun. Pada pelaksanaanya binatang kuda dihias dengan berbagai pernak-pernik yang mewah dan mahal kemudian binatang kuda itu dilepas bebas selama satu tahun namun diikuti oleh Putra Mahkota dan para prajurit kerajaan yang terlatih yang bertujuan memperluas wilayah jajahannya.  Apabila kuda tersebut melewati wilayah lain tanpa mendapatkan perlawanan dari pemilik wilayah tersebut yang berarti wilayah baru yang dilaluinya menjadi miliknya. Setelah pelaksanaan upakara ini selesai maka kuda tersebut dipersembahkan dan disemblih.
  • Agni Dheya yaitu: upakara persembahan pendahuluan sebelum mempersembahkan upakara yang lainnya, dini ditafsirkan sebagai caru berupa binatang.
  • Raja Suya yadnya yaitu suatu persembahan untuk penobatan sebagai seorang raja dengan melakukan kurban binatang.
  • Waja Peya Yadnya yaitu Kurban binatang untuk acara penobatan pendeta/orang yang disucikan pada saat itu.
  • Sarwa Nedha Yadnya  yaitu persembahan berbagai jenis binatang untuk kesuburan/mendapatkan berkah.
  • Dan yadnya kurban lainnya.

Pada zaman veda ini juga adanya upakara Agni hotra, bentuk tempat pelaksanaan Agni hotra yang berupa pasepan berbentuk binatang dan ukurannya tertentu (baca ayurveda tentang agni hotra), upakara Agni hotra ini yang digolongkan menjadi 3 macam jenis antara lain:

  • Dhaksina agni
  • Graha agni (dipakai saat upakara perkawinan)
  • Ahawaniya agni

Pentingnya Pelaksanaan Upakara Kematian

Pada zaman veda dilaksanakan upakara kematian, pada zaman veda upakara kematian berupa:

  • Dengan cara penguburan/ditanam yang dikenal dengan nama An Agni Dagdha.
  • Dengan cara dibakar/ dikremasi yang dikenal dengans ebutan Agni Dagdha.

Tidak Adanya Pemujaan Leluhur secara khusus

Pada zaman Veda ini peracya setelah menjadi leluhur akan tinggal di tempat Indra Yama (alam para Dewa) dengan standard sama seperti para dewa. disebutkan bahwa :

  • Leluhur akan memeberikan perlindungan, kesejahteraan/rejeki, dan kesehatan
  • Leluhur tidak akan menyakiti keturunannya yang bersalah/berdosa
  • Leluhur akan memberikan keturunan serta kekayaan kepada keturunannya.

Tidak Adanya Pemujaan Patung-patung

Tentang pemujaan dengan menggunakan patung-patung tidak disinggung pada zaman veda ini, sehingga ditafsirkan tidak menggunakan sarana berupa patung-patung seperti pada zaman  Lembah Sungai Shindu adanya archa/benda sejarah yang ditemukan bahwa menggunakan sarana Patung-patung sebagai sarana pemujaan. Tidak disebutkan adanya tempat persembahyangan tertutup seperti gedong (dibali) mandir (di India) namun ditafsirkan hanya berupa altar terbuka serti Palinggih Surya, padmasana (di Bali). Pada zaman veda ini yang terpenting adalah upakara yadnya, diyakini bahwa sorga didapat dari upakara yadnya. Pada zaman ini suatu ajaran yang optimisme, para dewa sangat baik sehingga yakin benar baik, merupakan agama kepuasan hati atau agama rasa yang disebutkan sebagai symbol rasa bhakti (Amanastuti). Benih-benih filsafat sudah disampaikan namun belum begitu berkembang karena pada zaman ini hanya ada Rig Veda. Lainnya setelah Zaman Rig Veda sekitar 1000 sebelum masehi – 800 sebelum masehi dapat dijumpai pada kitab suci Sama veda, Ayur Veda dan Atharwa Veda termasuk kitab kitab Vedanta. Ke empat veda tersebut diatas oleh  Bhagawan Byasa atau Krisna Dwipayana mengkondifikasikan kedalam Catur Veda.  Bhagawan Byasa juga menulis kitab-kitab Purana dan Mahabharata.  Seperti kita ketahui bahwa Kitab Suci Veda dibedakan menjadi 4 kelompok Veda, antara lain: 1. Rig Veda: Suatu veda yang memuat tentang Mantra/Doa kepada paraa dewa-Dewi yang pemakaiannya dominan dibaca. 2. Sama Veda: Suatu Veda yang berisikan tentang Mantra/Doa kepada Dewa-Dewi namun pemakaiannya dinyanyikan. 3. Yayur Veda: Suatu veda yang berisikan tentang Mantra/Doa pada Dewa-Dewi yang pada umumnya memuat tentang upacara Yadnya. 4. Atharwa Veda:  Suatu  veda yang berisikan tentang ilmu Gaib. Pada zaman sama Veda ini perekonomian , politik dan budaya sangat maju pesat sehingga tersebarnya agama veda makin meluas. Sehingga pada zaman ini isi veda yang berupa pujuan/doa atau mantra-mantra mulai dinyanyikan bukan sekedar dibaca saja pada acara keagamaan seperti pada zaman Rig Veda. Kemudian nyanyian pujian/doa atau mantra ini dikondifikasikan dalam kitab Sama veda. Selanjutnya Zaman Yayur Veda, mulai lagi dikumpulkan sloka-sloka baru, dan pada zaman ini economi sangat subur dan situasi politik membaik dan orang-orang Arya saat itu memperkuat kekuasaan dan kedudukan di masyarakat maka mulailah disusun berupa cara-cara melakukan upakara yadnya(kurban suci) dan diperkuat dengan petunjuk-petunjuknya kedalam kitab suci Veda Yayur Veda. Dan yadnya-yadnya itu dibagi-bagi menjadi beberapa klasifikasi menurut tujuannya masing-masing. Kedudukan yadnya pada saat itu sangat penting.Yadnya adalah satu-satunya jalan untuk bisa mencapai moksa. Yadnya pada saat itu sudah disesuaikan pada daerah-daerah setempat. Diteruskan dengan zaman Atharwa veda yang memuat  berbagai hal tentang nilai kemagisan/magic. Suatu kitab yang berisikanmantra-mantra penolak ilmu sihir/ilmu hitam, untuk melindungi orang sakit dan mantra untuk melawan penyakit itu sendiri. Dan juga di kitab Atharwa Veda ini berisikan mengenai upakara pemakaman Jenasah. Pada saat upakara berlangsungnya upakara yadnya ketiga kitab suci Veda (Rig Veda, Sama Veda dan Yayur Veda) harus dibawa dibaca dan atau dinyanyikan oleh para pendeta(Brahmana) dan semua upakara yadnya mengacu pada petunjuk kitab veda suci Ayur veda. Pada kitab Ayur veda (mandala X) juga disebutkan adanya upacara yang dilakukan harus memakai selempot/selendang senteng (Mekhala) yang dililitkan sekitar pinggang, dan juga memakai destar atau ketu (Ushnisha) yang dipakai di kepala. Pada zaman Veda ini ada berupa korban binatang dengan tujuan: Mengharmoniskan keadaan alam (Rta), Untuk mendapatkan kekuatan, kekuasaan, kemenangan, untuk memproleh kemakmuran, kesejahteraan, keselamatan, agar tanah subur, dan untuk mendapatkan pengampunan dosa dan untuk mendapatkan sorga. Pada zaman Veda ini (zaman agama Veda) penganutnya memuja Sinar atau Dewa dari Prakerti (Alam) yang mana sinar ini sebagai manesfestasi dari Brahma(Tuhan). Berasal dari kata Brh yang memiliki arti Tumbuh atau tercipta, dari kata Brhati yang memiliki arti penyebab sesuatu yang tumbuh atau yang tercipta. Orang-orang Arya sangat tertarik dan terpesona akan cahaya yang cemerlang keindahan dan kedahsyatan serta keagungan Prakerti yang kemudian dipuja sebagai Surya (Matahari), Indra (Halilintar)  Wahyu (Angin), Agni (api), Pratiwi (bumi) dan lain sebagainya. Menurut suku bangsa Arya saat itu dewa-dewa yang terpenting adalah Dewa Indra dan Dewa Waruna. pada zaman itu orang Arya dan orang asli lembah Sindhu dan orang Dravida menyebut agama mereka berbagai nama, antara lain Agama WaidikaTantrika dan juga Sanatana Dharma.  Namun orang-orang Persia menyebutnya agama Hindu, karena menyebut kata Shindu dengan huruf S nya tidak bisa.  Kemudian zaman Purana disebutkan orang Arya di lembah Sungai Sindhu memebri nama agama mereka Agama Purana, mamun ada lain yang menyebut agama Veda. Pada agama Veda diajarkan secara lisan dari mulut kemulut kemudian ditulis dikit demi sedikit. Kitab Veda ini berisikan pengaturan masalah-masalah keagamaan seperti upacara-upacara keagamaan dan ritual-ritual lainnya serta Yadnya yang mana semua ini wajib dilaksanakan oleh setiap orang dari masa di dalam kandungan sampai meninggal.  Di Veda ini disebutkan konsep Catur Ashrama sebagaai sebuah kerangka hidup yang berlaku.  Serta di veda tersebut disebutkan kedudukan dan pelaksanaan Yajna, juga disebut  pengucapan dan pembacaan sloka-sloka suci veda yang menemani hidup sampai mati adalah konsep penting menurut Veda, namun di India konsep ini sudah mulai punah bahkan di Bali seperti kita lihat sendiri nyaris punah karena masyarakat lebih cendrung mencari jalan pintas agar lebih efficient karena berharganya waktu dan kesempatan untuk berkarya memenuhi kebutuhan hidup yang lebih modern sesuai tuntutan zaman yang ada. Jadi Hindu yang berkembang sekarang ini sudah perpaduan antara Suku bangsa Arya, suku bangsa Dravida yang hidup di lembah Sungai Shindu dan combinasi dari evolusinya termasuk budaya dari suku bangsa-bangsa lainnya yang contak langsung dengan perkembangan Hindu sampai saat ini.

Evolusi Budaya dan Agama Hindu Pada zaman Brahman (sekitar 1000 Sebelum Masehi - 600 Setelah Masehi)

Pada zaman Brahmana ini hanya ada catur veda, veda ini susah dipahami sehingga timbul berbagai penafsiran yang berbeda-beda. Pada zaman penafsiran isi veda ini timbul beberapa zaman yang membawa sejarah sangat penting dalam perkembangan agama hindu sampai sekarang ini. Pada zaman Brahmana ini dibagi dalam beberapa tahapan perkembangan zaman hindu sebagai berikut:

  • Perkembangaan Budaya dan Agama Hindu di Lembah Sungai Shindu. (sekitar 3000 sebelum masehi)
  • Evolusi Budaya dan Agama Hindu (Periode sekitar 1000 SM sampai sekarang). Evolusi ini terdiri dari beberapa zaman:
  • Zaman Kejayaan Agama Hindu (sekitar 1000 SM-600 SM)
  • Zaman Kemunduran Agama Hindu (sekitar 600 SM-200 SM)
  • Zaman Kebangkitan Agama Hindu (sekitar 200 SM-300 M)
  • Zaman Purana /Zaman Keemasan Hindu (sekitar 300 M-700 M
  • Zaman Hindu baru (700 M-1200 M)
  • Zaman Gerakan Bhakti Hindu (1200 M–1800 M)
  • Zaman Gerakan Hindu Modern (1800 M-1947)
    • Gerakan 1800M – 1905;
    • Gerakan 1905-1947)
    • Zaman Hindu sampai sekarang (penutup)

Zaman Kejayaan Agama Hindu (±1000 SM-600 SM)

A.a  Periode Brahmana Pada zaman ini merupakan zaman perluasan dan tersebarnya agama Brahmana (Brahmanaism atau Brahmanical Religion) dan kebudayaan Brahmana itu sendiri. Kehidupan masyarakat India pada saat ini cukup sejahtera dengan ekonomi yang kuat. Perdagangan dengan negara lainnya berkembang dengan sangat pesat.  Pada zaman ini masyarakat sudah mulai memakai peralatan dari besi. Dan pada zam,an ini pula terjadi pembagian warna dalam arti Kasta. Dan tanah-tanah sudah dimiliki oleh kaum bangsawan. Kegiatan upakara yang berupa yadnya dari sederhana, meningkat terus, pada acara-acara tertentu yang sifatnya khusus juga diadakan upacara yang besar dan  rumit dan yang sifatnya mewah.  Seperti upakara Rajasuya yadnya, Ashwameda yadnya, Wajapeya yadnya, sarwamedha yadnya dan lain sebagainya. Banyak para sejarawan menyebutkan bahwa kurban suci dilengkapi dengan beberapa binantang seperti kuda, kerbau, sapi dan lain sebagainya. Persembahan ini dipimpin oleh pendeta dan bisa berlangsung untuk beberapa hari bahkan bisa berbulan-bulan. Pada zaman ini mulai muncul kekuasaan dari para golongan Pendeta yang mengajarkan adanya beberapa golongan upakara ritual, process pelaksanaan. Para pemuka masyarakat dan para Pendeta di kota dan di desa sering diskusi mengenai upakara, tradisi-tradisi dan procesinya yang berlaku pada zaman itu. Setiap kegiatan upakara dihubungkan dengan arti dan makna mistis. Pada zaman ini ada suatu kitab yang terkenal diberi nama kitab Satapatha Brahmana. Dalam kitab ini ditemukannya pertamakali istilah Panca yadnya dan Tri Rna.  Dikitab ini diuraikan dengan terperinci berbagai jenis upakara yadnya yang harus dilaksanakan baik oleh keluarga rumah tangga maupun masyarakat umum.  Dalam lingkup upakara rumah tangga melingkupi rangkaian kehidupan manusia, mulai dari orang mengandung, melahirkan sampai meninggal. Dan juga upakara yang berhubungan dengan roh orang yang telah meninggal. Pada zaman ini juga suku bangsa Arya menyebar ada ke daerah utara dan timur India dan pada akhirnya menyebar keseluruh India termasuk daerah India selatan. Mereka menyebarkan kebudayaan dan dan agama Veda, mereka juga mendirikan kerajaan-kerajaan dan mengusai tanah jajahannya. Pada zaman ini orang-orang Arya sudah mengenal system Kasta (Warna).  Para kesatriya memiliki kekuasaan atas Negara secara keseluruhan. Dan para Brahmana sangat di hormati sebagai pendeta kerajaan sekaligus sebagai penasehat raja.  Dalam zaman ini system kasta sangat ketat dan keras serta kaku, berlaku secara turun temurun. Kitab-kitab Brahmana yang ditulis berbahasa Sangsekerta Klasik mulai menggantikan bahasa Sangsekerta Veda mulai tersebar dimasyarakat India. Agama brahmana ini pun meyakini bahwa surge dan moksa (doktrin iman tentang kelepasan dan bersatunya Atmandengan Brahman) tergantungdan berdasarkan atas kesediaan Yadnya-Kurban (Karma-Kanda). A.b  Periode Aranyaka Seperti kita ketahui bahwa di Hindu kita mengenal kitab suci veda. Kitab Suci Veda dibedakan menjadi 4 kelompok Veda, antara lain: 1. Rig Veda: Suatu veda yang memuat tentang Mantra/Doa kepada para dewa-Dewi yang pemakaiannya dominan dibaca. 2. Sama Veda: Suatu Veda yang berisikan tentang Mantra/Doa kepada Dewa-Dewi namun pemakaiannya dinyanyikan. 3. Yayur Veda: Suatu veda yang berisikan tentang Mantra/Doa pada Dewa-Dewi yang pada umumnya memuat tentang upacara Yadnya. 4. Atharwa Veda:  Suatu  veda yang berisikan tentang ilmu dan matra-mantra Gaib. Para pendeta yang sudah usia lanjut meninggalkan kediamannya untuk mengasingkan diri ke hutan-hutan. Disana mereka banyak melakukan tapa-brata (Upasana) disamping merenungkan dan memikirkan dunia dan akhirat dengan jalan membaca, mempelajari kembali secara mendalam, dan meneliti kitab suci veda serta kitab-kitab Brahmana lainnya. Dari hasil perenungan, belajar dan kontemplasi ini mereka menemukan bahwa upakara, ritual dan kurban suci bukanlah satu-satunya jalan untuk mencapai “moksartham Jagaddhitaya” kebahagiaan dunia akhirat dan moksa. Sehingga mereka menulis sebuah pengalaman batin hasil tapa-brata mereka tersebut, dan menyimpulkan untuk mendapatkan sorga tidak cukup dengan melakukan yadnya upakara saja. Dan dari sini dikenal betapa penting juga Tapa-Brata-Samadhi  atau yang kita kenal Meditasi (Etika dan spiritual) atau Upasana kanda. Maka muncullah suatu kitab baru yang diberi nama Kitab Aranyaka, Sehingga banyak kaum terpelajar mempelajari Kitab Aranyaka dan melakukan Tapa-Brata /meditasi sebagai pengganti upakara,  Ritual, dan kurban Yadnya.  Begitu yakinnya bahwa hal yang paling sederhana untuk mendapatkan surga dan moksa dengan Tapa-Brata di hutan , sehingga makin banyak orang-orang pergi kehutan, bukan hanya kaum usia tua tetapi beberapa kaum mudapun ikut termasuk para raja dan putra mahkota yang bergelimpahan kemewahan duniawi pergi kehutan untuk melakukan Tapa-Brata/meditasi. Dengan membaca kitab Aranyaka ini, orang-orang memutuskan meninggalkan keramaian kota dan mengasingkan diri. Lambat laun kekacauan muncul baik sosial, politik dan economi sehingga para Brahmana ini membuat suatu aturan yang dikenal dengan nama Catur Ashrama. Agar tidak semua meninggalkan rumah atau kerajaan untuk pergi ke hutan melakukan Tapa-Brata-Samadhi. Lalu konsep Catur Asrama ini mulai tersebar keseluruh India. A.b  Periode Upanisad (± 800 SM-600 SM) Para Brahmana yang melakukan Tapa-Brata-Shamadi merenung dan mempelajari lebih jauh  tentang isi veda dan tentang kehidupan di alam ini, mereka menemukan ilmu tentang keberadaan Brahma, atman, Punarbawa, Samsara dan Moksa (panca Srada). Hasil penemuan ini kemudian dikondifikasikan kedalam kitab yang kita kenal dengan sebutan Upanisad (upa berarti dekat, Ni berarti di bawah, dan sad berarti duduk). Upacara kurban dan ritual mistik mulai berkurang namun ajaran moralaritas atau etika mulai meningkat. Dan kebanyakan orang percaya ini sebagai kendaraan untuk mencapai sorga. Para cendekiawan mulai penasaran melakukan penelitian kembali kitab suci Veda dan mengasilkan kitab-kitab Upanishad (Jnana Kanda) dan memproklamirkan bahwa sebuah kebebasan dari terang akal-budi bahwa ia mengetahui Tuhan, akan mencapai Tuhan dan ia sendiri adalah Tuhan.  Ajaran upanisad muncul berbagai penafsiran mendalam dari isi kitab suci catur veda.  Sebagian besar kitab upanisad ini membahas hakikat tentang Brahman, Atman, hubungan antara Brahman dan Atman, hakikat maya, widya dan kelepasan.  Dalam ajaran ini disebutkan bahwa segala yang ada bersumber dari satu asas sebagai realitas  tertinggi (Brahman) Brahman adalah asas pertama dari alam semesta, prinsip tertinggi yang tanpa perubahan, sumber dari segala penciptaan, dan pengendali seluruh hukum alam (Rta).  Hakikat Brahman dan Atman tidak berbeda, Brahman adalah asas kosmis, sedangkan Atman adalah asas hidup manusia. Oleh karena akikat Brahman sama dengan Atman maka sifat dari Atman adalah kekal dan abadi (Nitya) dia tidak pernah terlahir atau mati. Akan tetapi karena Atman bersatu dengan tubuh (asas materi) maka seolah-olah mengalami ia mengalami process kelahiran dan kematian berulang-ulang  artinya, setelah orang meninggal maka Atma-nya akan berpindah kebadan yang lain, dan seterusnya. Ajaran kelahiran berulang-ulang ini dikenal dengan samsara atau punarbhawa. Dialam kitab upanisad dijelaskan bahwasetelah orang meninggal maka jiwanya akan pergi ke dunia nenek moyang melalui asap pembakaran. Perjalanan itu terjadi ketika matahari bergerak dari arah selatan ke utara (uttarayana). Didunia nenek moyang itulah perbuatan baik dan buruk dinikmati, setelah itu mereka akan menjelma kembali. Penjelmaan ini akan terjadi berulang-ulang sesui dengan hukum karma, sampai akhirnya Atma bersatu dengan Brahmanatau Paramaatman. Keadaan bersatu ini yang disebut dengan Moksa. Jadi pada zaman upanisad ini ditafsirkan secara Jnana Kanda bahwa moksa itu tidak hanya dapat dicapai dengan upakara yadnya, etika, tapa brata, dan meditasi tetapi juga dengan pengetahuan mengenai Brahman (Brahma Widya). Oleh karena itu pada zaman ini tidak lagi hanya berkiblat keluar diri, kealam semesta saja namun mencari Brahman dalam diri sendiri melalui kosentrasi.

Zaman Kemunduran & Kebangkitan Kembali Hindu (± 600SM-300M)

A . Zaman Kemunduran  Agama Hindu (± 600 SM-200 SM)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun