Mohon tunggu...
aryavamsa frengky
aryavamsa frengky Mohon Tunggu... Lainnya - A Passionate and Dedicated Educator - Dhammaduta Nusantara

Aryavamsa Frengky adalah seorang pembelajar, pendidik, juga pelatih mental untuk diri sendiri dan banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berubah Tanpa Diubah

27 September 2023   15:16 Diperbarui: 27 September 2023   15:39 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:www.freepik.com

Persahabatan yang erat antar penulis dengan salah satu sahabat penulis (katakan namanya Fery) memberikan sebuah pembelajaran yang sangat berarti bagi penulis. Fery adalah seorang anak yang dibesarkan dalam keluarga yang berpendidikan tidak tinggi hanya lulusan SMP. Waktu Fery berusia SD hingga kuliah, Orangtua Fery bekerja sebagai buruh pabrik. Kehidupan Fery sangat penuh warna, dimana ia kurang sekali menerima waktu yang berkualitas bersama kedua orangtuanya lantaran mereka sibuk dalam kesibukan mesin pabrik yang terus bergerumuh mencari cuan.

Fery menjadi liar, kasar, dan juga keras kepala sebagai respon kerasnya kehidupan yang ia jalani. Ia bahkan tidak luput dari perkelahian dengan teman kelasnya jika ia merasa dihina atau dirundung. Tak segan-segan Fery mengayunkan kepalannya untuk membalas perlakukan teman kelasnya yang menurut ia semena-mena.

Belum lagi jika Fery beradu mulut dengan kakak perempuannya, kata-kata kasar, kosakata kebun binatang hingga kata-kata melecehkan lainnya terucap dengan lantang dan sungguh menyakiti lawan bicaranya.

Fery tidak pernah memahami kebinalan yang ia lakukan ini sebagai sesuatu yang menggambarkan ketidakbahagiaan masa muda Fery. Hingga suatu saat ia terkejut dan memahami bahwa dirinya ini adalah seseorang yang penuh dengan kebobrokan mental, seorang yang keras kepala, seorang yang kasar dalam bicara, yang sulit diberi nasehat dan seorang yang tidak bahagia. Pemahaman ini dipahami seorang Fery setelah mengikuti sebuah pelatihan menjadi pertapa sementara selama 15 hari di sebuah tempat yang sangat jauh dari hiruk pikuk duniawi.

Secara otomatis, tanpa perlu ekstra nasehat, Fery menjadi sangat peka atas dirinya. Pelatihan yang diperolehnya yang tidak banyak teori, tidak banyak yang harus dihafal atau yang harus diulangkan, hanya melalui kegiatan rutin mulai bangun pagi jam 4:30 lalu melakukan meditasi, selanjutnya berdiam diri hingga berhari-hari, tidak berbicara sesama peserta, hanya mengamati, mendengarkan ajaran dari para pendidik atau guru, selanjutnya makan hanya dua kali dengan perenungan apa yang dimakan hanya untuk menghilangkan rasa lapar dan bukan untuk mengemukan badan, membaca dan di akhiri dengan meditasi serta dilengkapi dengan diskusi perihal kehidupan hingga pukul 9:30 malam.

Fery sangat detail dan dapat memberikan penjelasan kegiatan yang ia lakukan secara lengkap padahal kegiatan itu telah berlangsung 17 tahun lamanya. Fery mengatakan,"Ingatan ku semakin tajam setelah mengikuti pelatihan pertapaan ini, entah kenapa? Dan aku juga bisa memaafkan perlakukan orangtuaku, khususnya papa ku yang dahulu sangat kasar dengan mamaku".

Kegiatan pelatihan yang berlangsung hanya 15 hari ini mengungah penulis untuk menceritakan kembali dalam tulisan ini karena begitu dasyatnya sebuah pelatihan yang disusun dengan rapi, dengan penuh nilai-nilai membawa arti bagi seorang Fery. Bagaimana dengan sebuah pendidikan formal yang berlangsung hingga minimal 9 tahun? Dapatkah memberikan manfaat sebesar yang 15 hari ini?

Berita dukanya ternyata pendidikan formal sebagian besar gagal dalam memberikan penguatan kepada peserta didiknya khususnya dalam pengembangan mental yang berkualitas, mental yang kuat terutama dalam menghadapi permasalahan diri sendiri dan kehidupan sendiri. Alhasil tidak sedikit pejabat negara ini yang berpendidikan formal dari satuan pendidikan ternama masih saja senang menghabiskan uang rakyatnya untuk kepentingan pribadinya. Sedikit pejabat yang memiliki mentalitas pejuang yang betulan berjuang untuk kepentingan bangsanya daripada pribadinya.

Fenomena pelatihan 15 hari yang diperoleh Fery 17 tahun lalu adalah sesuatu yang nyata dan ada di tanah air ini, namun keberadaannya tersembunyi di luar hiruk pikuk duniawi. Fery menambahkan bahwa ia mendapat sebuah kekuatan yang sangat berarti yang ia sering gunakan dalam kehidupannya saat ini, yaitu penyadaran diri untuk hidup di saat ini atau dalam bahasa inggris disederhanakan dengan kalimat being at the present moment.

Hidup berpenyadaran dan hidup saat ini menjadi sebuah makna yang dalam dan tidak mudah dipraktekkan. Berpenyadaran diri itu memberikan kesempatan kita hadir dalam setiap momen yang ada dalam hidup kita saat ini. Biasanya kehidupan kita ini berlalu begitu saja dan kita isi hidup kita dengan informasi yang telah berlalu atau sebuah informasi mendatang. Batin kita dipenuhi oleh kenangan dengan segala bentuk keindahan di masa lalu, atau batin kita penuh dengan kebencian ketika kita mengenang masa suram di masa lalu. Batin kita pun bisa memiliki kegelisahan yang mendalam karena pikiran kita berkelana ke masa depan yang belum pasti. Segala bentuk pikiran masa lalu dan masa depan yang tidak disadari akan memberikan dampak ketidakbahagiaan bagi batin kita.

"Hidup menjadi semu, tidak hidup hanya ada kehidupan tetapi tidak ada yang hidup", tambah Fery. Untuk itu Fery menjelaskan tentang bagaimana ia bisa memaafkan masa lalunya dan tidak mengelisakan masa depannya, ia hanya menikmati kehidupanya saat ini. Kehidupan saat ini sangat berarti untuk dijalani, karena saat inilah yang membuat kita ada, dan dapat membuat kita hadir di sini. Ferry menjelaskan,"Berkat ketrampilan untuk hidup saat inilah yang akhirnya membuat saya dapat mengembangkan kualitas mental yang unggul bukan pecundang, juga membuat batin saya lebih tenang, damai dan bahagia, sehingga segala usaha yang saya lakukan dapat memberi makna ke kehidupan saya, keluarga dan lingkungan saya".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun